Pierre Tendean, Letnan Tampan Berdarah Prancis yang Jadi Rebutan

Pierre Tendean, Letnan Tampan Berdarah Prancis yang Jadi Rebutan Banyak yang percaya bahwa Pierre Tendean sejatinya punya masa depan

Net
Pierre Andreas Tendean 

Bulan November 1958 Pierre diterima dan masuk pendidikan Akademi Teknik Angkatan Darat (Aktekad) di Bandung.

Baca: Pengasuh Cekoki Bayi dengan Cabai Hijau Hingga Mati Cuma Dihukum Segini, Warganet Marah

Tahun 1962 lulus dengan sangat memuaskan dan dilantik sebagai Letnan Dua.

Pierre yang tampan, gagah, menjadi bintang semasa taruna. Bukan hanya karena ia selalu menjadi pusat perhatian dalam pertandingan voli dan bola basketa.

Bukan di kalangan para pemudi saja, tetapi juga di antara teman-teman seangkatan maupun para pelatih Pierre.

Karena ketampanannya itulah Pierre dijuluki "Robert Wagner dari Panorama", seorang bitang film tampan dan Amerika.

Baca: Heboh Video Mesum UIN Sunan Gunung Djati, Ternyata Ini Dua Pelakunya

Panorama sendiri merupakan tempat pendidikan Aktekad.

Humor yang banyak dipelajari dari pergaulan di Jawa Tengah mempermudah dan memperluas pergaulan Pierre.

Pierre mempunyai pengalaman dalam berbagai tugas. Seperti disebut di awal, sewaktu masih Kopral Taruna tahun 1958, dia sudah ikut dalam Operasi menumpas Pemberontakan PRRI di Sumatra.

Pierre ditempatkan dalam kesatuan Zeni Tempur yang mengikuti Operasi Sapta Marga. Jabatan Letnan Dua Pierre yang pertama adalah sebagai Komandan Peleton pada Batalyon Zeni Tempur 2/DAM II di Medan.

Dalam pelaksanaan tugas ini Pierre melaksanakan dengan hasil yang dipujikan.

Sewaktu konfrontasi dengan Malaysia, Letda Pierre memasuki pendidikan intelejen. Selesai pendidikan, dia menelusup ke Malaysia, diperbantukan pada Dinas Pusat Intelejen Angakatan Darat (DIPLAD) yang bertugas di garis depan.

Selama setahun bertugas di garis depan, Pierre bisa menelusup ke Malaysia tiga kali. Menyamar sebagai turis, berbelanda.

Yang kedua bahkan bisa mengambil teropong milik tentara Inggris yang disimpan sebagai kenangan.

Yang ketiga kalinya adalah saat yang kritis. Di tengah laut dia dikejar oleh sebuah destroyer, kapal perusak Inggris.

Pierre melarikan speedboatnya, membelokkan, dan kemudian menyelam.

Dia bergantung di belakang perahu dengan seluruh badan tenggalam dalam air.

 
Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved