Gempa Donggala
Gempa Donggala Sulteng: Apa Benar Hewan Mampu Memprediksi Terjadinya Gempa?
Gempa Donggala Sulteng: Apa Benar Hewan Mampu Memprediksi Terjadinya Gempa?
TRIBUNSUMSEL.COM - Gempa Donggala Sulteng: Apa Benar Hewan Mampu Memprediksi Terjadinya Gempa?
Gempa Donggala di Sulteng yang berkekuatan 7,4 SR, Jumat (28/9/2018), telah menimbulkan beberapa dampak.
Sampai berita ini diturunkan, data menunjukkan satu orang meninggal dunia, 10 orang terluka, serta sejumlah bangunan rusak.
Selain itu, gempa ini juga memicu tsunami setinggi 1-2 meter yang tidak hanya melanda Donggala sebagai pusat gempa, tapi juga Palu dan Mamuju.
Baca: Gempa Donggala Memicu Tsunami Palu: Ini Ciri-ciri Terjadinya Tsunami yang Wajib Kamu Ketahui
Rasa panik tersebut dipastikan muncul karena gempa tersebut datang secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi.
Tapi, konon hal serupa tidak terjadi pada hewan. Sebab beberapa hewan dianggap mampu memprediksi datangnya gempa.
Benarkah hewan bisa memprediksi kedatangan gempa?
Banyak cerita yang tersebar hampir di seluruh budaya bahwa beberapa jam sebelum gempa, semua binatang bertingkah laku gelisah.
Baca: Gempa Donggala - Roy Kiyoshi Ternyata Pernah Ramalkan Bencana Dahsyat Indonesia Tahun 2018
Anjing melolong tanpa alasan, kuda melompat-lompat tinggi, ikan berenang berputar-putar.
Cerita hewan berperilaku tak menentu sebelum gempa bumi telah beredar selama ribuan tahun.
Salah satu contoh penting adalah evakuasi di Haicheng, China, pada 1975.
Saat itu, evakuasi murni didasarkan pada laporan adanya perilaku aneh para hewan.
Baca: Ikan Aneh Ini Muncul Dipercaya Bakal Ada Gempa & Tsunami? Pakar Juga Setuju, Ini Alasannya
Suatu tindakan yang diyakini telah menyelamatkan ribuan nyawa dari gempa berkekuatan 7,3 SR yang datang tidak lama kemudian.
Saat gempa yang terjadi Samudra Hindia, yang selanjutnya menimbulkan tsunami di Aceh dan beberapa negara Asia lainnya, banyak laporan yang menyatakan banyak hewan melarikan diri ke pedalaman beberapa saat sebelum gelombang tsunami menyapu daratan.
Laporan-laporan yang meluas tersebut memicu para peneliti dari University of California untuk mempelajari kemungkinan hewan sebagai prediktor gempa.