Berita Ekonomi

Dibina BSN, Kopi Tunggu Tubang Semende Sumsel Diharapkan Angkat Derajat Kopi Lokal

Kopi Sumsel yang lebih banyak dijual di luar provinsi kemudian diberi brand terkenal sehingga ciri dan nama Sumsel redup

Penulis: Hartati | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM/ HARTATI
Nurmaini menerima sertifikasi SNI untuk kopi Tunggu Tubang yang diproduksinya berkat hasil binaan BSN Palembang, Kamis (12/7/2018). 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Hartati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Prihatin dengan kondisi kopi Sumsel yang lebih banyak dijual di luar provinsi kemudian diberi brand terkenal sehingga ciri dan nama Sumsel redup membuat Badan Standardisasi Nasional (BSN)/melalui Kantor Layanan Teknis Wilayah Palembang mengajak pelaku usaha kopi meningkatkan derajat kopi lokal.

BSN melatih pelaku usaha kopi bagaimana memproduksi kopi bubuk yang sesuai standar nasional karena selama ini kopi hanya dipanen tanpa tahu bagaimana kualitas kopi yang baik sehingga mutunya rendah.

Baca: Diisukan Kembali ke Arema, Adam Alis Gelandang Sriwijaya FC Akui Ada Perpecahan di Tim

Petani dan pelaku usaha kopi dibimbing untuk memanen kopi matang sempurna dengan 100 persen biji kopi merah bukan kopi pelangi yang beragam warga karena matang tidak sempurna.

Kematangan kopi sangat diperhatikan karena mempengaruhi kualitas bubuk kopi yang dihasilkan nantinya.

Setelah biji kopi yang dipanen tepat, langkah selanjutnya juga tidak kalah penting.

Proses pengeringan kopi, penyangraian hingga komposisi kopi yang akan disajikan juga diperhatikan benar kehigenisannya, kadar airnya, pengemasannya, dan detail lainnya apakah sudah susai standar nasional atau belum.

Baca: Semifinal Piala AFF U-19: Indonesia Lakukan Latihan Tertutup, Malaysia Terancam Tanpa Neymar

Jika belum memenuhi standar maka akan diperbaiki kembali agar pengolahannya pas untuk bisa mendapatkan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kepala Badan Standardisasi Nasional melalui Kantor Layanan Teknis Wilayah Palembang, Hariyanto mengatakan Sumsel adalah produsen biji kopi mayoritas Robusta tertinggi di Indonesia rata-rata 135 ribu ton per tahun atau 21,20% dari nasional luas kebun kopi 250 ribu hektare.

Lima wilayah produsen biji kopi terbesar di Sumsel, yaitu OKU Selatan dengan produksi 33 ribu ton per tahun), Empat Lawang 26 ribu ton per tahun), Muara Enim 25 ribu ton per tahun, Lahat 20 ribu ton per tahun, OKU 15 ribu ton per tahun.

Baca: Jadwal Siaran Langsung Pertandingan Sepakbola Hari ini: Semifinal AFF U-19 Indonesia vs Malaysial

Hadir sejak 2016, Badan Standardisasi Nasional melalui Kantor Layanan Teknis Wilayah Palembang telah melakukan pembinaan kepada 15 UKM kopi, 6 dari Sumsel, 9 dari Lampung Barat.

Dua diantaranya telah meraih SPPT (Sertifikat Produk Penggunaan Tanda) SNI, yakni Kopi Bubuk Benua Palembang dan satu lagi Kopi Bubuk Tunggu Tubang Semende Sumsel.

Dikatakan Haryanto capaian ini diharapkan dapat meningkatkan brand Kopi Semende khususnya dan Kopi Sumsel umumnya karena sudah terjamin keamanan dan kualitasnya, sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para petani kopi yang di Sumsel jumlahnya lebih dari 200 ribu kepala keluarga.

Baca: Kamu Lulusan SMA? Petrokimia Gresik Lagi Buka Lowongan, Cek di Sini Syarat dan Cara Daftar

" Kopi Tunggu Tubang Semende, meski masih skala home industry dengan 12 karyawan ibu-ibu tapi sudah bisa memproduksi kopi dengan kapasitas produksi 4 ton per tahun, dan berlokasi di wilayah terpencil 8-9 jam darat dari Palembang ternyata mampu meraih SNI sekaligus Sertifikat Halal MUI," terang Haryanto, Kamis (12/7/2018).

Nurmaini, owner Kopi Tunggu Tubang Semende mengatakan merintis usaha kopi ini sejak 2005 karena ingin meningkatkan kesejahteraan keluarga sebab dia termasuk wanita asli daerah Semende yang masih memegang adat tunggu tubang yang merupakan sistem kekeluargaan matrilineal, diantaranya hak waris dan keturunan menjadi hak perempuan tertua.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved