Dikabarkan Tewas Usai Ditembak, Begini Gaya Hidup 'Mewah' Pangeran Arab Mohammed Bin Salman
Pekan lalu, surat kabar Iran, Kayhan melaporkan bahwa Putra Mahkota terkena dua peluru pada serangan tembakan di luar area kerajaan.
TRIBUNSUMSEL.COM -- Pangeran Arab, Mohammed bin Salman tak terlihat di mata publik sejak pertemuannya dengan keluarga kerajaan Spanyol pada 12 April 2018 lalu.
Kemudian tragedi terjasi pada 21 April 2018 lalu, adanya tembakan senjata kaliber berat terdengar di dekat istana kerajaan di Riyadh, ibukota kerajaan.
Meskipun kantor berita negara Arab Saudi mengklaim itu adalah pasukan keamanan yang menembak jatuh mainan (drone) yang sudah terlalu dekat dengan properti kerajaan.
Beberapa mempertanyakan apakah tembakan itu sebenarnya kudeta untuk menggulingkan Raja Salman, ayah Bin Salman.
Beberapa musuh Arab Saudi bahkan merasa sangat yakin.
Pekan lalu, surat kabar Iran, Kayhan melaporkan bahwa Putra Mahkota terkena dua peluru pada serangan tembakan di luar area kerajaan.
Hal ini yang jadi alasan banyak yang mengira Pangeran Arab, Mohammed bin Salman meninggal dunia, mengutip laporan dinas rahasia yang dikirim ke pejabat senior dari negara Arab yang tidak disebutkan namanya.
"Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa ketidakhadiran hampir 30 hari dari Muhammad bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi, adalah karena insiden yang disembunyikan dari publik," kata surat kabar harian itu.

Untuk meyakinkan pembaca, surat kabar Kayhan menunjukkan bahwa Pangeran Arab, Mohammed bin Salman tidak terlihat di depan kamera ketika Menteri Luar Negeri AS yang baru Mike Pompeo mengunjungi Riyadh pada akhir April lalu.
Sementara ayahnya, Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud, dan Menteri Luar Negeri Adel al Jubeir terlihat di foto rilis kerajaan.
Iran dan Arab Saudi adalah saingan lama di Timur Tengah yang bersaing untuk pengaruh yang lebih dominan di wilayah tersebut.
Untuk menepis rumor itu, keluarga kerajaan Saudi pada hari Rabu merilis foto Pangeran Arab, Mohammed bin Salman pada pertemuan kabinet di Jeddah dan menegaskan bahwa dia masih hidup.
Hilangnya Pangeran Arab, Mohammed bin Salman selama sebulan dari sorotan media kontras usai kunjungan ke Amerika dan Eropa beberapa minggu sebelumnya.
Ia mendatangkan sejumlah pebisnis raksasa Amerika untuk membahas transaksi bisnis.
Di lingkungan kerajaan, Pangeran Arab, Mohammed bin Salman menghadapi ancaman berbahaya dari keluarga kerajaan.
Menurut PressTV Iran, sepupu Pangeran Arab, Mohammed bin Salman, Bin Nayef, dan Mutab Bin Abdullah, putra mendiang raja, keduanya menentang invasi agresifnya ke Yaman dan blokade Qatar.
Pada hari Senin, seorang anggota keluarga kerajaan Saudi yang diasingkan, Pangeran Khaled bin Farhan, mengatakan kepada Mata Timur Tengah bahwa jika paman-pamannya Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, khususnya akan melakukan kudeta terhadap raja saat ini.
Bahkan 99 persen dari anggota keluarga kerajaan, dinas keamanan dan tentara akan berdiri di belakang mereka.
Pangeran Khaled, yang diberi suaka politik ke Jerman sejak 2013 lalu, mengatakan ia telah menerima sejumlah besar email dari orang-orang di kepolisian dan tentara di Arab Saudi untuk mendukung kudeta.
Tembakan misterius pada bulan April, dikatakan Pangeran Khaled bukan merupakan upaya untuk menjatuhkan Mohammad bin Salman.
Tetapi lebih merupakan tindakan protes atas kebijakannya.
Jika benar terjadi kudeta, kemungkinan besar adalah tindakan balas dendam terhadap penumpasan anti-korupsi yang dilakukan Pangeran Arab, Mohammed bin Salman pada bulan November 2017 lalu.
Pangeran Arab, Mohammed bin Salman menahan puluhan anggota kerajaan yang kaya dengan tuduhan korupsi.
Gaya Hidup Pangeran Mohammed Mewah
Dikutip CNBC, Kamis (28/12/2017), beberapa pihak menganggap pembelian tersebut merupakan tanda kemunafikan dan ancaman bagi legitimasi sang pangeran. Laporan ini muncul ketika kampanye antikorupsinya tengah berjalan.
Sebagaimana diketahui, lembaga antikorupsi yang dipimpin Pangeran Mohammed menangkap sejumlah pangeran, pejabat, dan pebisnis Arab Saudi karena dugaan korupsi. Mereka ditahan di Hotel Ritz-Carlton di Riyadh.
Pangeran Arab Saudi Merosot Tajam Namun, beberapa pihak lain menganggap pembelian tersebut murni merupakan investasi dan bukan hal yang aneh bagi calon raja.
Pun pangeran berusia 32 tahun ini telah mencuri perhatian dunia finansial. Pangeran Mohammed menjalankan perombakan ekonomi Arab Saudi. Ia pun melancarkan rencana invasi ke Yaman dan blokade Qatar.
Dalam laporan tersebut, Pangeran Mohammed dikaitkan dengan pelelangan lukisan Salvator Mundi karya Leonardo da Vinci seharga 450,3 juta dollar AS. Kemudian, ada pula laporan penjualan kastil Chateau Louis XIV di Perancis seharga 300 juta dollar AS kepada Pangeran Mohammed.
Selain itu, dilaporkan pula pada tahun 2015 silam, Pangeran Mohammed membeli yacht seharga 500 juta dollar AS. Pemerintah Arab Saudi enggan berkomentar soal pembelian yacht, namun menyangkal laporan pembelian lukisan da Vinci atas nama Pangeran Mohammed.
Mantan Duta Besar AS untuk Arab Saudi Robert Jordan menyatakan, pembelian yacht dan kastil memberikan sinyal adanya ketidakkonsistensian dengan reformasi ekonomi dan sosial Pangeran Mohammed.
Jordan menjadi dubes semasa pemerintahan Presiden George W Bush. "Minimnya kepeduliaan diri dari tindakan yang terefleksi inilah yang saya rasa mengejutkan," jelas Jordan.
Ia mengatakan, tidak menutup kemungkinan akan ada anggota keluarga kerajaan atau masyarakat yang berpikir bahwa Pangeran Mohammed adalah orang yang amat munafik.
Sehingga, imbuh Jordan, ada baiknya Pangeran Mohammed menyeimbangkan gerakan antikorupsi dengan pola belanjanya.
Akan tetapi, ada pula pihak yang menyatakan, kebiasaan belanja Pangeran Mohammed dengan gerakan antikorupsinya adalah dua hal yang berbeda. Bernard Haykel, profesor di Princeton University mengungkapkan, warga Arab Saudi tidak menganggap pembelian barang-barang mewah adalah korupsi.
"Ini bukan pria yang pergi ke Monako dan menghambur-hamburkan 100 juta dollar AS untuk berjudi. Kalau itu ceritanya lain," tutur Haykel.
Ia mengatakan, media-media Barat lebih fokus pada pembelian barang-barang mewah sang pangeran. Namun, warga Arab Saudi lebih fokus memikirkan pengenalan pajak baru, yakni pajak pertambahan nilai (PPN) dan pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM).