Ternyata Ini Penyebab Munculnya Hotspot, Sering Dianggap Sepele Padahal Vatal Akibatnya
Menurutnya, beruntung titik hotspot yang terbakar adalah lahan-lahan mineral, bukan lahan gambut seperti di wilayah OKI, OI dan Banyuasin.
Penulis: Eko Hepronis | Editor: Hartati
Laporan wartawan Tribunsumsel.Com, Eko Hepronis
TRIBUNSUMSEL.COM, MUSIRAWAS -- Kurangnya kesadaran masyarakat memberikan informasi titik hotspot kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Musi Rawas (Mura) akibatnya titik hotspot di kabupaten Mura cukup tinggi.
Sepanjang bulan Juni sampai dengan Agustus sudah 43 titik hotspot terpantau.
Kebanyakan dari 43 titik hotspot yang muncul itu di dominasi oleh kebiasaan masyarakat membuang puntung rokok dan pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat untuk membuka lahan perkebunan.
"Kebakaran besar sejauh ini belum ada. Kemaren ada hot spot di Muara Kelingi, tapi berhasil kita padamkan bersama pihak Polsek Muara Kelingi dan tim," ungkap Kepala BPBD Kabupaten Mura, Paisol di dampingi Kasi Kedaruratan Logistik, Eko, Senin (4/9).
Dijelaskannya, ketakutan masyarakat untuk memberi tahu disebabkan karena berbagai faktor, pertama karena minimnya pengetahuan, kedua karena masyarakat takut ketahuan jika mereka melakukan pembakaran.
Bahkan parahnya setiap ada lahan yang terbakar rata-rata masyarakat mengatakan tidak tahu.
Menurutnya, beruntung titik hotspot yang terbakar adalah lahan-lahan mineral, bukan lahan gambut seperti di wilayah OKI, OI dan Banyuasin.
"Untuk kabupaten Mura kadang tidak menentu, bisa saja pagi muncul titik api kemudian siangnya sudah padam, tidak seperti daerah lain itu. Sekarang padam tiba-tiba muncul lagi," katanya.
Dari 14 kecamatan paling sering muncul titik hotspot di Kecamatan Bulang Tengah Suku Ulu (BTS Ulu), Kecamatan Muara Lakitan dan Kecamatan Muara Kelingi.
Sedangkan Kecamatan Megang Sakti hanya sedikit jauh menurun dari tahun-tahun sebelumnya.
Hanya saja, BPBD tidak bisa memaparkan berapa luas lahan yang sudah terbakar karena mereka beralasan tidak melakukan pendataan. Karena BPBD hanya melakukan pendataan titik koordinat.
Sementara yang melakukan penindakan dan pendataan semuanya dilakukan oleh TNI dan Polri.
"Tugas kita adalah menunggu informasi baik informasi dari Tripika, manggala akmi, Bhabinsa dan masyarakat. Setelah ada informasi ada lahan yang terbakar baru kita datang melakukan pemadaman," ucapnya.
