10 Tahun Derita Radang Otak, Kondisinya Bikin Haru dan Butuh Uluran Tangan Pemerintah dan Dermawan
Bahkan saat ini mereka hanya bisa merawat buah hati mereka itu di rumah sembari berharap uluran tangan pemerintah atau Dinkes Kota Lubuklinggau
Penulis: Eko Hepronis | Editor: Hartati
Laporan wartawan Tribunsumsel.Com, Eko Hepronis
TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU -- Sisilia Anggraini (14), warga Rt12, kelurahan Kenanga II, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kota Lubuklinggau hanya bisa terbaring lemah di tempat tidurnya menahan sakit radang otak yang dideritanya 10 tahun terakhir.
Kedua kaki dan tangannya terlihat mengecil matanya selalu menerawang ke arah atas.
Untuk bergerak saja putri pasangan Imam Syafii (66) dan Yanti ini harus dibantu orang lain.
Namun ditengah penyakit yang dideritanya ia terlihat tegar dan tidak menangis.
Mirisnya sejak Sisilia menderita sakit belum pernah mendapatkan perhatian pemerintah kota Lubuklinggau, terutama dari Dinas kesehatan (dinkes) untuk mendapat bantuan dan pengobatan.
Kedua orang tua Sisilia saat ini hanya bisa pasrah, karena mereka hidup dalam keterbatasan.
Bahkan saat ini mereka hanya bisa merawat buah hati mereka itu di rumah sembari berharap uluran tangan dari pemerintah atau pun Dinkes Kota Lubuklinggau.
Imam Syafii bercerita sakit yang diderita anaknya itu bermula pada tahun 2007 silam, ketika Sisilia masih berumur 4 tahun.
Saat itu, Sisilia mengalami demam panas tinggi dan langsung dilarikan menuju Rumah Sakit (RS) untuk mendapatkan perawatan.
"Kalau diagnosa dokter, Sisilia anak kami ini terkena radang otak. "ujar Imam pada Tribunsumsel.com, ketika dibincangi kediamanya. Minggu (27/8) siang.
Setelah mendapat perawatan selama satu bulan, kesehatan Sisilia tak kunjung membaik.
Akhrinya karena tak ada perubahan pihak keluarga sepakat membawanya pulang dan mencoba pengobatan alternatif lainnya dengan cara menjalani pengobatan dengan cara tradisional.
"Namun pengobatan yang dilakukan pun sampai saat ini belum membuahkan hasil. Hingga kondisi Sisil sendiri kini seperti sekarang hanya bisa terbaring di dalam rumah saja," ucap Imam dengan suara lirih.
Laki-laki yang kesehariannya bekerja sebagai tukang ojek ini, mengungkapkan derita yang dialami putrinya itu kian bertambah parah dalam enam tahun terakhir.