Kisah Nyata: Mayat Ini Mengeluarkan Ulat dari Mulutnya, Ternyata Semasa Hidupnya

Ini adalah kisah nyata, kisah proses penguburan seorang pejabat mengerikan akhir tragisnya

net
ilustrasi 

Tidak mengapalah, mungkin saya yang salah mengukur dikala memotongnya.

Lalu saya pun mengambil kain lainnya, saya potong, dan disambungkan dengan kafan tadi agar bisa menutupi kaki jenazah.

Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung-menyambung, tapi apa mau dikata, itulah yang bisa saya lakukan.

Lalu saya berdo’a kepada Allah, “Ya Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah sebagai peringatan kepada hamba-Mu ini.”

Sehabis saya beri taklimat tentang shalat jenazah tadi, satu lagi masalah timbul, yaitu jenazah tidak dapat diantar ke tanah pekuburan karena tidak ada mobil jenazah maupun ambulans.

Saya hubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan sebagainya, tapi tetap tidak ada jalan keluar.

Semua mobil sedang terpakai, beberapa tempat tersebut juga tidak punya kereta jenazah lebih dari satu karena semua kereta juga sedang digunakan.

Saya pikir hal ini bukan sekedar kebetulan.

Dalam keadaan sulit itu seorang lelaki muncul menawarkan bantuan.

Lelaki itu meminta saya menunggu sebentar agar dia bisa mengeluarkan mobil van dari garasi rumahnya.

Kemudian muncullah sebuah van. Tapi ketika dia sedang mencari tempat untuk memarkir vannya itu di rumah almarhum, tiba-tiba istrinya keluar.

Dengan suara yang tegas dia berkata di hadapan orang-orang yang hadir:

“Mas, saya tidak izinkan mobil kita ini digunakan untuk mengangkat jenazah itu, sebab semasa hidupnya dia tidak pernah mengizinkan kita naik mobilnya.

” Jadi saya menyuruh lelaki yang punya van itu untuk membawa kembali vannya.

Selepas itu muncul pula seorang lelaki lain yang menawarkan bantuannya.

Lelaki itu mengaku sebagai murid saya. Dia meminta izin kepada saya untuk mengambil dan membersihkan mobilnya selama kira-kira 10-15 menit.

Akhirnya, muncullah mobil tersebut, tapi dalam keadaan basah sehabis dicuci. Mobil itu sebenarnya sebuah lori.

Dan lori itu sebenarnya digunakan oleh lelaki tadi untuk menjual ayam ke pasar.

Akhirnya jenazah almarhum pun diangkut menggunakan lori tersebut diikuti rombongan pengiring jenazah.

Dalam perjalanan menuju kawasan pemakaman, saya berpesan kepada dua orang yang membantu saya tadi agar masyarakat tidak usah membantu kami menguburkan jenazah, cukup tinggal di kamp saja.

Hal ini dikarenakan saya tidak mau mereka melihat peristiwa yang ganjil lagi.

Rupanya apa yang saya takutkan berlaku sekali lagi, takdir Allah yang terakhir terasa amat memilukan.

Sesampainya Jenazah tiba di tanah pekuburan, saya perintahkan tiga orang anaknya untuk turun ke dalam liang lahat dan tiga orang lagi menurunkan jenazah dari atas.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha berkehendak atas semua makhluk ciptaan-Nya!

Saat jenazah itu menyentuh tanah liang lahat, tiba-tiba air hitam yang busuk baunya keluar dari celah tanah yang pada awalnya kering.

Hari itu tidak ada hujan, tapi dari mana air itu muncul? Saya pun tidak tahu jawabannya.

Lalu saya arahkan anak almarhum untuk memasukkan jenazah bapak mereka di dalam keranda dengan hati-hati karena saya takut nanti ia terlentang atau telungkup, na'udzubillah.

Kalau mayat terlungkup, maka tak ada harapan untuk mendapat syafa’at Nabi.

Papan keranda pun diturunkan perlahan dan kami segera menimbun kubur tersebut dengan tanah.

Setelahnya kami injak-injak tanah tersebut supaya padat dan bila hujan ia tidak longsor ke bawah.

Tapi sungguh mengherankan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu, jenazah yang ada di dalam pasti tenggelam oleh air hitam yang busuk itu.

Melihat keadaan tersebut, saya arahkan anak-anak almarhum supaya berhenti menginjak tanah itu dan meninggalkan lubang kubur sedalam 1/4 meter.

Jadi kuburan itu tidak ditimbun hingga ke permukaan lubangnya, jadi seperti ada lubangnya.

Tidak hanya itu, ketika saya hendak membaca talqin, saya melihat tanah yang diinjak itu ada resapan airnya. Masya Allah, peristiwa seperti ini bisa terjadi.

Melihat keadaan ini, saya memutuskan untuk menyelesaikan penguburan secepat mungkin.

Sejak lama mengerjakan penguburan jenazah, inilah mayat yang saya tidak bacakan talqin. Jadi saya bacakan tahlil dan do’a yang paling ringkas.

Kemudian saya kembali ke rumah almarhum dan mengumpulkan keluarganya.

Saya bertanya kepada istri almarhum, apakah yang telah dilakukan oleh almarhum semasa hidupnya.

Pernahkah dia pernah menzalimi orang?

Pernahkah dia mendapat harta dengan jalan yang haram seperti merampas, menipu, riba, atau mengambil yang bukan haknya?

Pernahkah dia memakan harta masjid atau anak yatim?

Pernahkah dia menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi?

Atau apakah dia tidak pernah berzakat, bersedekah, atau infaq?

Istri almarhum tidak dapat memberikan jawabannya. Saya rasa mungkin dia malu untuk memberi tahu.

Lalu saya pun memberikan nomor telepon rumah saya kepada mereka dan pamit untuk beranjak dari sana.

Namun sedihnya, hingga sekarang, tidak seorang pun anak almarhum yang menghubungi saya.

Sekedar tahu saja, anak almarhum merupakan orang yang berpendidikan tinggi.

Malah ada di antara anak almarhum yang beristrikan orang Amerika, anak yang lain dapat istri orang Australia, dan seorang lagi beristri orang Jepang.

Peristiwa ini akan tetap saya ingat.

Ini adalah kisah nyata yang saya alami.

Semua kebenaran saya kembalikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala pemilik langit dan bumi.
Tanyakanlah pada diri kita masing-masing.

Apakah kita menginginkan peristiwa itu terjadi pada diri kita, ibu kita, bapak kita, anak kita, atau keluarga kita.?

Semoga akhir hidup kita semua dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin.

Itulah pengalaman yang dialami oleh seorang modin (pengurus jenazah).

Semoga ini bisa jadi renungan untuk kita semua yang masih hidup. Semoga bermanfaat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved