Mereka Terus Berjuang
Subhanallah, Hatinya Tentram Usai Sedekah, Pedagang Kue ini Masuk Islam, Hidupnya Berubah Drastis
Sejak kecil anak terakhir dari delapan bersaudara tersebut selalu merasa tidak tenang, perasaan yang selalu gelisah dan cepat emosi.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
"Dulu pernah bertemu seorang Psikolog, dia berkata kepada saya kalau saya harus bisa menentukan jalan hidup", tutur Jauhari.
Tanpa ada ajakan dan paksaan dari pihak manapun, ia terus terfikir perkataan tersebut.
Seperti mendapat hidayah, hatinya tergerak mempelajari tentang Islam.
"Itu datang dengan begitu saja, tanpa ada paksaan, semuanya ikhlas dari hati saya", jelasnya.
Ia memutuskan untuk memeluk agama Islam satu tahun yang lalu.
"Alhamdulilah saya merasa lebih baik saat menjadi mualaf, saya sangat bersyukur bisa memeluk Islam yang membuat saya merasakan bahagia", katanya.
Satu tahun memeluk Islam, banyak sesuatu yang berubah dari Jauhari.
"Saya dulu adalah sosok yang pemarah dan selalu mengalami perasaan yang gelisah, alhamdulilah sangat bersyukur sekarang sifat buruk dan perasaan gelisah yang mengganggu sudah perlahan hilang terkikis", jelasnya.
Sebagai seorang mualaf ia sungguh - sungguh ingin mendalami Islam, dirinya seperti terlahir kembali dengan ketenangan yang ia dapat.
Bahkan ia rutin belajar membaca Ayat Suci Al - Quran.
"Dalam satu minggu saya belajar mengaji sebanyak 3 kali dengan memanggil guru agama untuk datang ke rumah, kalau untuk sholat alhamdulilah sudah bisa tapi belum begitu baik, butuh belajar lagi", jelasnya sambil tersenyum.
Jauhari sendiri mempunyai rencana yang sang mulia.
Betapa tidak, dalam tempo jarak satu tahun ia sudah berniat menaikan temannya beribadah haji ke tanah suci.
"Ingin sekali menaikan haji teman saya, dia orangnya baik sudah seperti keluarga", terang Jauhari.
Dirinya menyimpulkan kalau temannya saja yang berangkat haji terlebih dahulu, sementara ia akan belajar lebih dalam tentang agama Islam dan setelah itu barulah berangkat haji.