Kesulitan Uang, Pria Ini Disarankan Masukkan Rantai Babi di Peti 40 hari, Saat Dibuka Ia Terkejut

Rantai tersebut bila dipakai mirip dengan gelang biasa. Rantai itu selalu dalam peti terkunci dan tidak boleh dipegang oleh siapa pun, kecuali Chairu

Kolase Tribunsumsel.com/ IST
Rantai Babi 

TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU - Edi Kusendang (30), warga Lubuklinggau, korban penipuan oleh Chairul Ambri (63) dengan modus penipuan penggandaan uang menggunakan rantai babi, betul-betul merasa malu.

Dia menceritakan bagaimana dapat terpedaya sehingga kehilangan uang Rp 160 juta.

Ditemui Tribun di rumahnya, Edi menuturkan, saat itu istrinya sedang hamil besar dan dia sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Kedua orangtuanya juga terlilit hutang.

Masalah itu diceritakan Edi kepada sahabatnya, Edi Boy, warga Muara Nilau, Kecamatan Selangit, Kabupaten Mura.

Edy Boy pun menyarankan agar Edi meminta bantuan kepada Chairul, sosok yang dikatakannya dapat membantu.

Edi tidak menaruh curiga sama sekali kepada Edy Boy karena keduanya sudah lama saling mengenal. Bahkan keduanya sudah seperti saudara sendiri.

Akhirnya, dua sahabat ini mendatangi rumah Chairul di Jln Suro Baru RT 05 Desa Suro Baru, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahyang, Provinsi Bengkulu.

Chairul mengaku bisa mengandakan uang dengan menggunakan rantai babi miliknya.

Sebagai bukti panjar Chairul minta Edi mentransfer uang Rp 3,2 juta ke rekening 813401001135536 Atas Nama (AN) Susilawati, istri Chairul. Uang itu, katanya, untuk membeli syarat-syarat ritual.

Selanjutnya Edi menyerahkan uang untuk digandakan.

"Pertama saya menyerahkan Rp 50 juta, kedua Rp 25 juta, ketiga 40 juta, terakhir keempat Rp 43 juta, total hampir 160 saya menyerahkannya. Prosesnya selama kurun waktu selama dua minggu," kata Edi.

Uang sebesar Rp 160 juta itu diperoleh Edi dari pinjaman dan menggadaikan tanah.

Untuk meyakinkan Edi dan keluarganya, sebelum melakukan ritual Chairul selalu menunjukkan rantai babi.

Menurut Edi bentuknya seperti rantai ring bulat tujuh dan dibalut dengan kulit babi.

Rantai tersebut bila dipakai mirip dengan gelang biasa.

Rantai itu selalu dalam peti terkunci dan tidak boleh dipegang oleh siapa pun, kecuali Chairul.

"Chairul bilang ke kekeluarga kalau rantai itulah yang akan bekerja nyedot uang, tapi kalau saya melihat langsung rantai itu nyedot uang belum pernah sama sekali, itu hanya penuturannya saja saat menjalankan ritual di rumah," ucapnya.

Untuk tambah meyakinkan Edi dan keluarganya, Chairul pernah bilang kalau dirinya sudah banyak membantu orang lain dengan cara menunjukkan sebuah daftar nama-nama orang yang pernah dibantu menggandakan uang.

Edi percaya saja tanpa banyak bicara dan bertanya-tanya.

"Padahal secara logika apa yang dilakukan oleh Chairul perbuatannya tersebut tidak masuk akal," kata Edi.

Selain menggunakan rantai Babi, Chairul juga mendatangkan sejumlah orang dikenalkannya sebagai ustad.

"Chairul bilang ustadnya dari Bandung, yang pertama dua orang, lalu ritual yang kedua kali dua ustad lagi, masing-masing berbeda, jumlahnya ada empat orang," ungkapnya.

Proses ritual dilakukan dikamar Edi. Setiap ustad-ustad tersebut masuk dalam kamar sembari membawa rantai babi.

Selang sejam kemudian mereka keluar, percobaan pertama belum berhasil, lalu percobaan kedua Edi pun disuruh Chairul masuk kamar dan melihat dalam kamar sudah banyak uang dalam kardus.

"Namun Chairul mengatakan uang tersebut belum bisa dilipat gandakan menjadi Rp 1,5 miliar, sebelum sampai 40 hari, ternyata setelah 40 hari hasilnya tidak ada semuanya kotaknya kosong," ucapnya.

Lalu dengan penuh rasa curiga Edi menghubungi Chairul dan menanyakan uangnya.

"Namun Chairul menolak, bahkan ketika diundang lagi tidak mau, tapi komunikasi jalan terus , alasannya selalu berubah-ubah kadang di jakarta dan kadang juga di Bengkulu," katanya.

Bahkan alasan Chairul, pasca 40 hari penggandaan, uang tersebut sudah tidak ada padanya lagi.

Ia berdalih Semunya sudah dibawa ustad-ustad tersebut.

Namun Chairul sempat bilang akan mengembalikan uang itu setelah Ramadan, karena Chairul berdalih tidak bisa melakukan ritualnya saat bulan puasa kemarin.

Pasca kejadian itu, Chairul kembali mengiming-imingi keluarga Edi agar mencoba satu kali lagi.

"Saya tidak tahu maksudnya apa, kalau satu dan dua saya yang ketipu, tidak tahu maksudnya yang ketiga kali apakah mau dibodohi lagi atau tidak," ujarnya

Karena kesal, Edi sempat marah dan mengancam sembari mengatakan, "Kalau kamu tidak bisa, tolong kembalikan uang milik saya."

Respon Chairul malah menantang. "Kalau mau lapor, ya, silakan laporkan, saya tidak takut dilaporkan."

"Akhirnya karena sudah kesal, saya pancing dengan cara kirim SMS baik-baik menanyakan kabar, tak berapa lama akhirnya dijawabnya."

"Kemudian kami langsung menghubungi teman di Kepahiang, ternyata benar teman kami itu melihat kalau Chaiurul beli rokok, lalu kita telepon Kasat, dan Chairul ditangkap di rumahnya," kata Edi.

Edi juga menuturkan dugaan korban penipuan lainnya.

Bahkan menurut Edi ada yang mencapai 280 juta lebih.

Namun tidak melapor karena merasa malu karena telah dibodoh-bodohi.

"Diduga korbannya itu mulai dari 2014-2015 namun kemungkinan tidak mengingatnya lagi," ujarnya.

Kapolres Lubuklinggau, AKBP Hajat Mabrur Bujangga, melalui Kasatreskrim Mapolres Lubuklinggau, AKP Ali Rojikin mengatakan, pihaknya terus memburu ustad gadungan yang membantu tersangka Chairul Ambri.

Ustad Anom kini sudah masuk menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Lubuklinggau karena perannya sangat sentral dalam meyakinkan korban agar mempercayai pelaku utama .

Pelaku Ustad HA masih dalam pengejaran, dia sebenarnya bukan ustad dan bukan haji, gelar itu bohong, identitasnya sudah diketahui.

"Dalam memuluskan aksinya para pelaku membagi peran dalam meyakinkan korban agar mau menyetorkan uang."

"Ustad Anom sendiri berperan layaknya seorang ustad dan komat kamit membaca sesuatu agar korban percaya. Sedangkan Chairul berdiri di luar pintu rumah," ungkapnya. (Eko Hepronis)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved