Kisah Herman, Jual Ginjal demi Biaya Sekolah Anak
"Saya dari rumah membuat tulisan di sampul karton 'dijual ginjal untuk biaya sekolah anak'
Sebelum menganggur, dua tahun sebelumnya ia bekerja sebagai kuli serabutan.
Sebelumnya juga ia menjadi pegawai kontrak di Dinas Kebersihan pada tahun 2000 sebelum diputus kontraknya.
"Sekarang ini saya ingin melihat anak saya tetap sekolah sampai lulus, tanggungan saya masih ada empat orang dan yang paling kecil masih duduk di kelas 4 SD," katanya.
Setelah dibantu, Fitrianti pun sedikit lega, Pipit yang tidak memiliki penghasilan tetap ini kini bertumpu kepada pemerintah untuk membantunya.
"Alhamdulilah semalam (Sabtu malam) Pak Wali datang, dia berjanji akan membantu untuk urusan sekolah anak saya, rencananya Senin ada orang Dinas yang membantu mengurus sekolah, mudah-mudahan bisa masuk sekolah tanpa biaya," ujarnya.
Bukan hanya membantu urusan sekolah orang nomor satu di Palembang itu juga mempersilakan Herman bekerja di Dinas Kebersihan dan Pertanaman.
Hal itu setelah Pipit menolak apabila dibantu dengan sembako dan menginginkan suaminya lebih baik bekerja untuk mencari nafkah.
Pipit mengaku tak tahu apabila suaminya mengambil cara untuk mendapatkan uang dari berjual ginjal.
Ia menilai suaminya itu masih sakit karena pernah di rawat selama 10 hari di Rumah Sakit Jiwa dan rawat jalan selama enam bulan pada 2016 lalu.
Uang yang dibutuhkan untuk anaknya sekolah merupakan biaya untuk pembelian seragam Rp 1,3 juta dan Rp 600 ribu uang pembangunan.
Sebelumnya ia tidak tahu kalau akan dikenakan biaya sebab setelah lulus dia menilai akan serba gratis karena warga tidak mampu.
"Kami uang dari mana, tidak ada pekerjaan, saya hanya seorang guru ngaji dan kadang dapat panggilan pijat yang hasilnya sebulan tidak sampai Rp 1 juta, beruntung untuk makan sehari-hari bisa memakai uang kas arisan tingkat RT, itupun pengurus RT tidak keberatan," ungkap wanita berkacamata ini.
Kini Fitrianti tinggal menunggu berkas yang tengah diurus pihak RT untuk administrasi sekolah anaknya.
Dan Senin direncanakan disuruh menghadap ke kantor Walikota untuk mengurus berkas lamaran kerja suaminya.
"Saat ini pak Herman saya suruh istirahat dulu, takut ditanya-tanya orang, tadi pagi dia malah mau ke KI untuk jaga parkir tapi saya larang dulu," pungkasnya. (men)