Miliki Kekurangan Sari Tetap Semangat Membantu Perekonomian Keluarga dan Menuntut Ilmu

Omzet berjualan makanan ringan ini tidak kecil, diakui Sari mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Hartati
Tribunsumsel.com/Agung Dwipayana
Sari, Warga Dusun III Tanjung Lubuk, Kecamatan Inderalaya Selatan ini selain berjualan kemplang, juga menjual aneka makanan seperti kue semprong, kerupuk dan opak ubi membantu perekonomian keluarga dan juga aktif menuntut ilmu meski mengidap penyakit Achondroplasia. 

Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Agung Dwipayana

TRIBUNSUMSEL.COM, OGAN ILIR - Dengan tangannya yang lincah, Sari (22) membolak-balik kemplang panggang yang akan ia jual di pinggir jalan.

Warga Dusun III Tanjung Lubuk, Kecamatan Inderalaya Selatan ini selain berjualan kemplang, juga menjual aneka makanan seperti kue semprong, kerupuk dan opak ubi.

Saat dijumpai TribunSumsel.com di lapak berjualannya di Jalan Lintas Timur (Jalintim) desa setempat, Kamis (1/6/2017), Sari sedang memanggang kemplang di atas pasir yang dipanaskan.

Dengan ramah dan bersahaja, ia menawarkan berbagai makanan ringan yang ia jual.

"Kalau kue semprong sebungkus Rp 10 ribu, kerupuk ada yang Rp 10 ribu, ada yang Rp 20 ribu, tergantung kemasan, kemplang bakar Rp 15 ribu, opak ubi Rp 10 ribu," katanya sambil melanjutkan aktivitas memanggang kemplang.

Sari menuturkan, dirinya berjualan setiap hari mulai pukul  6 pagi hingga pukul 9 malam.

Di bulan Ramadan, Sari mengaku tetap semangat berniaga karena banyak kendaraan yang melewati Jalintim dan otomatis akan banyak pembeli yang singgah untuk membeli oleh-oleh makan khas desa setempat.

"Lebaran juga jualan karena banyak pemudik yang melintasi Jalintim ini," ujarnya.

Selain berjualan, Sari juga sibuk memanggang kemplang di lapaknya tersebut.

Dalam sehari, ia mengaku dapat memanggang 500 keping  kemplang perhari dan mengerjakan aktivitas lainnya yakni membuat kue semprong, opak ubi dan kerupuk.

Omzet berjualan makanan ringan ini tidak kecil, diakui Sari mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

"Hari biasa omzetnya paling kecil Rp 50 ribu, kalau hari Minggu bisa sampai Rp 500 ribu. Kalau lebaran Idul Fitri, omzet bisa sampai Rp 2 juta  perhari selama musim mudik," jelasnya.

Sari tidak hanya sibuk mencari nafkah, wanita pengidap achondroplasia atau terhambatnya pertumbuhan ini juga giat mencari ilmu.

Sari mengaku sebagai mahasiswa semester V (lima) jurusan Pendidikan TK dan PAUD Universitas Terbuka (UT) di Pondok Pesantren Al-Ittifaqiyah, Inderalaya.

"Biasanya pagi berjualan, kalau sore kuliah. Tapi sekarang sedang libur kuliah selama 4 bulan, masuk lagi setelah lebaran haji," tuturnya.

Meski tidak menjelaskan secara gamblang kekurangan fisik yang dialaminya, Sari mengaku senang dapat membantu perekonomian ia dan keluarganya.

Ia mengaku semangat dan bangga dapat menjalankan dua aktivitas sekaligus, kuliah dan berjualan.

"Ya senang karena saya mampu menjalankannya. Duduk diam saja di rumah tidak ada guna," tuturnya dengan bangga.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved