Peluk Guci Keinginan Terkabul

Keinginan Tercapai Usai Peluk Guci, Lihat yang Dilakukan Oleh Orang-orang Ini

Beberapa diantara orang yang datang itu mengaku keinginannya tercapai setelah mendatangi guci ini. Terkabulnya keinginan itu diketahui setelah orang

tribunsumsel.com
guci keramat 

TRIBUNSUMSEL.COM - "Banyak orang sudah datang kemari, dari mana-mana, tidak tahu siapa yang memberitahu, tiba-tiba datang saja," ungkap Nek Amna (68), sembari menaiki anak tangga rumahnya di Desa Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Muba.

Sejumlah orang sengaja mendatangi kediaman Nek Amna untuk memeluk guci tua peninggalan abad 14-16 Masehi.

Mereka percaya apabila mampu memeluk guci itu maka semua keinginan bisa tercapai.

Beberapa di antara yang datang untuk menang pada pemilihan kepala desa, lulus tes masuk pegawai negeri, diterima jadi anggota polisi, dan masih banyak niatan lainnya.

Bukan hanya orang Sumsel, ada yang berasal dari Jambi, Riau, Lampung, Jawa, dan luar negeri.

Menurut Indo Gunawan, adik Nek Amna, guci itu ditemukan di kebun rotan oleh bapaknya, Alex sebelum kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

“Setelah menemukan guci itu, kemudian bapak (Alex) mendapatkan mimpi. Ada sesorang yang mengatakan apabila bisa mengabulkan keinginan,” ungkap Gunawan, anak kelima dari tujuh bersaudara ini.

Orang-orang mulai ramai datang ke rumah ini sejak tahun 1966.

Sampai saat ini tidak terhitung lagi berapa banyak orang yang datang.

Beberapa diantara orang yang datang itu mengaku keinginannya tercapai setelah mendatangi guci ini.

Terkabulnya keinginan itu diketahui setelah orang itu datang kembali ke rumah panggung ini.

Mereka datang kembali sebagai wujud syukur dan mengucapkan terima kasih.

Biasanya beberapa dari mereka memberikan sumbangan uang atau makanan.

“Wujud terima kasih dengan memberikan sesuatu ke rumah ini. ada yang memberi uang. itu dihadirkan untuk biaya doa dan yasinan,” ujarnya.

Selain guci, bapaknya waktu itu juga menemukan satu batu yang juga dianggap keramat.

Berbeda dengan guci yang ditempatkan khusus, batu itu diletakkan di bawah rumah.

Pada April 2008 tim Balai Arkeologi Palembang melaksanakan penggalian arkeologis di Situs Sentang yang terletak di Dusun Sentang, Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin.

Situs Sentang tampak seperti “lidah tanah” yang dikelilingi rawa lebak dari limpasan banjir Sungai Medak, Sungai Sentang dan Sungai Putot.

Sungai-sungai itu merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Lalan.

Rawa-rawa yang terdapat di DAS Lalan terdiri dari dua jenis rawa yaitu rawa pasang surut (tidal swamp) di daerah hilir mendekati pantai dan rawa lebak (backswamp) di bagian hulu Sungai Lalan.

Situs Sentang berada pada jarak lurus sekitar 85 km dari garis pantai terdekat.

Penggalian arkeologis (ekskavasi) dilakukan di belakang rumah-rumah penduduk.

Pada kedalaman sekitar 100 cm dari permukaan tanah ditemukan pecahan tepian periuk retak.

Setelah ditelusuri dijumpai tempayan-tempayan yang berasosiasi dengan beberapa periuk kecil.

Sebilah mata tombak dari besi penuh karat ditemukan tertancap ke tanah di samping tempayan.

Penggalian kotak berukuran 2 X 2 meter itu menemukan dua tempayan ganda (double jar burial) dan satu tempayan tunggal pada lapisan pasir geluhan kedalaman mulai 150 cm sampai 250 cm dari permukaan tanah.

Maksud tempayan ganda adalah tempayan yang mulutnya ditutup oleh tempayan pula di atasnya.

Dalam tempayan yang dipenuhi tanah ditemukan sisa-sisa tulang manusia dan manik-manik dari kaca.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved