Tidak Tahan 20 Tahun Menahan Sakit Lumpuh, Kekek Ini Berharap Ajal Segera Menjemput Agar Bebas

Di teras rumah kayu itu tampak sebuah gubuk kecil berukuran 2x3 meter berdindingkan bambu dan beralaskan kayu.

Editor: Hartati
KOMPAS.com/Syarifudin
Abdul Hamid (60), warga Desa Tonggorisa, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima ini menderita lumpuh selama 20 tahun. Karena miskin, Ia hanya bisa pasrah menunggu ajal lantaran tak punya biaya untuk berobat. Ketika menjerit kesakitan, sesekali Ia harus menarik ikatan tali sekuat tenaga untuk menahan rasa sakit. 

Di tempat tidurnya, Abdul hanya bisa terbaring lemah.

Sebuah pernyataan mengharukan terdengar bahwa dia ingin segera mati karena tak kuasa lagi menahan rasa sakit yang selalu tiba-tiba menyerang.

“Sudah 20 tahun saya menderita sakit ini. Siang dan malam tak bisa tidur, badan panas seperti api. Lebih baik mati tapi daripada saya harus menderita setiap hari,” tutur Abdul sambil meneteskan air mata.

Faktor ekonomi menjadi penyebab Abdul tak pernah mendapat perawatan medis.

Ia hanya bisa pasrah dan menunggu ajalnya tiba karena sadar penyakit yang dialaminya sulit disembuhkan.

Ia tak punya keluarga yang bisa diandalkan untuk meringankan beban hidup.

Sementara Junadin, anak pertamanya sudah berumah tangga dan memiliki dua orang anak.

Junadin tak bisa berbuat banyak karena tak memiliki pekerjaan tetap, sehingga harapan untuk membantu pengobatan ayahnya sulit dilakukan.

“Buat makan saja susah, Pak. Untungnya ada bantuan raskin yang bisa diandalkan. Itu pun tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sesekali saya terpaksa jadi buruh tani ketika dibutuhkan warga,” kata Junadin.

Beruntung dia memiliki adiknya, Husain yang merawat ayahnya menderita sakit selama bertahun-tahun.

Bahkan, Husain harus rela kehilangan pekerjaan sebagai buruh di pelabuhan demi mengurus orangtuanya selama bertahun-tahun.

Karena tak bisa bekerja, Husain tak mampu membeli obat ke apotik.

Apalagi, bapaknya belum terdaftar di BPJS, sehingga menyulitkan ayahnya berobat ke rumah sakit.

Husain mengaku, hingga saat ini tidak ada perhatian serius dari pemerintah untuk membantu mereka.

Selama ini, mereka hanya hidup dari belas kasihan warga di sekitar untuk meringankan beban hidup.

Halaman
123
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved