Taruna Tewas Dianiaya
Selain Kematian Amirulloh, Inilah Kasus-kasus Penganiayaan yang Terjadi di STIP Jakarta
Penganiayaan berujung kematian terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP)
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Penganiayaan berujung kematian terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Marunda, Cilincing, Jakarta Pusat.
Peristiwa nahas tersebut terjadi kepada Amirulloh Adityas Putra (19 tahun), taruna STIP Tingkat I Angkatan Tahun 2016 Jurusan Nautika.
Almarhum meninggal pada Selasa 10 Januari 2017 yang diduga dianiaya oleh seniornya.
Taruna kelahiran 1998 itu tewas usai dipanggil oleh beberapa seniornya ke ruang atas (tempat senior tingkat dua) di Gedung Dorm Ring 4, STIP Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TRIBUNNEWS.com, kasus penganiayaan tersebut bukan kali pertama yang terjadi di STIP Jakarta.
Berikut kasus-kasus penganiayaan yang pernah terjadi di STIP Jakarta:
1. Telan cabe sambil dipukuli senior
Peristiwa penganiayaan terhadap siswa STIP Jakarta ini terjadi pada Senin 6 April 2015 silam.
Korban yang diketahui bernama Daniel Roberto Tampubolon, dianiaya dengan tangan kosong oleh seniornya.
Lalu Roberto juga dipaksa makan cabe rawit.
Akibatnya perut Roberto mual dan sesak nafas akibat pukulan.
Dia juga mengalami sakit di bagian ulu hatinya.
Peristiwa tersebut sempat dilaporkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Ternyata, diketahui ada tujuh mahasiswa yang disinyalir melakukan penganiayaan tersebut.
Buntutnya, pihak STIP Jakarta memberikan hukuman kepada tujuh mahasiswa tersebut.
Hukuman diputuskan melalui sidang kehormatan sekolah. Di sidang tersebut dihadirkan para pelaku.
Di hadapan para petinggi sekolah mereka mengakui perbuatan.
Hukuman yang diberikan berupa pemecatan dan sanksi skorsing selama 1 tahun.
Sebanyak lima pelaku dipecat, mereka yaitu, PS, MM, ISS, HP, dan R.
Sementara, K dan AW di sanksi skorsing selama 1 tahun.
2. Disiksa karena tidak respek terhadap senior
Penganiayaan yang berujung kematian Dimas Dikita Handoko, mahasiswa semeter satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, sempat menggegerkan publik pada 2014.
Dimas tewas karena dianiaya para seniornya. Motif penganiayaan diduga karena Dimas dianggap tidak respek terhadap para seniornya.
Menurut Kapolres Jakarta Utara saat itu, Komisaris Besar Polisi Mohammad Iqbal, para pelaku yang berjumlah tujuh orang ditegur oleh senior semester empat bila para korban tidak memiliki respek terhadap mereka (senior).

Pihak Polres Jakarta Utara mengamankan satu baju seragam, gayung warna merah dan minyak angin fresh care sebagai barang bukti penganiayaan Dimas Dikita Handoko, mahasiswa STIP yang tewas, Sabtu (26/4/2014).
Dimas beserta keenam temannya kemudian dipanggil ke kos para seniornya.
Di sana mereka dipukul di bagian dada, perut dan ulu hati.
Akibat tindakan kekerasan tersebut, Dimas tersungkur, namun tetap dipukul ketiga pelaku ANG, FACH dan AD.
Dimas yang tidak berdaya akhirnya pingsan.
Melihat Dimas pingsan, para pelaku menggosok minyak angin di hidungnya dan juga menciprat-ciprat air di wajah Dimas agar dia siuman.
Dimas mengalami luka memar yang parah sehingga dibawa ke RS Pelabuhan Jakarta Utara.
Namun, nyawanya sudah tidak tertolong lagi.
Sedangkan keenam teman korban mengalami luka yang parah di bagian wajah, dada sampai perut.
"Dari hasil autopsi, korban Dimas mengalami pendarahan di otak karena benturan benda tumpul," sambungnya.
Polisi mengamankan tiga pelaku yang diduga menganiaya Dimas dan empat orang lainnya berinisial SAT, WID, DE dan AR yang diduga menjadi pelaku tindak kekerasan terhadap enam teman Dimas.
Polisi juga telah mengamankan barang bukti berupa seragam korban, sebuah gayung berwarna merah dan minyak angin Fresh Care.
Dimas tewas akibat dianiaya para seniornya pada Jumat 25 April 2014 silam.
Keluarga curiga karena sejak beberapa hari dia mengaku serinh mengalami tindakan kekeraaan dari para seniornya.