Mirip Adegan Film Titanic, Eli Tenggelam Demi Selamatkan Anak

Eli rela menyerahkan pelampung satu-satunya yang ia dapat, tanpa memikirkan keselamatan jiwanya.

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Eli Aliyah menjadi salah satu dari sedikitnya 23 korban tewas insiden KM Zahro Express terbakar dalam perjalanan wisata dari Muara Angke menuju Pulau Tidung.

Saat kejadian Eli sebenarnya berhasil mendapatkan pelampung, tetapi ia rela nyawanya terenggut demi sang anak.

Pelampung yang didapat Eli Aliyah dari atas KM Zahro Express diberikan kepada sang anak. Eli rela menyerahkan pelampung satu-satunya yang ia dapat, tanpa memikirkan keselamatan jiwanya.

Ibu ini kemudian tenggelam di perairan Jakarta setelah berpegangan tangan dengan sang anak. Mirip dengan tragedi di film Titanic yang dibintangi Kate Winslet dan Leonardo Di Caprio.

Niat liburan dengan sang anak ke Pulau Tidung, Kepulauan Seribu akhirnya berujung nahas. Eli Aliyah warga Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, pergi bersama keluarga.

"Eli pergi dadakan pagi-pagi," kata saudara Eli, Hermawati saat ditemui di rumah duka, Senin (2/1).

Menurut Hermawati Eli bersama anak semata wayangnya, Elsa Maritza sekitar pukul 06.00 WIB. Sementara suami Eli, Haris Hartanto tidak ikut karena ada acara.

Eli pergi dengan kakak dan adiknya yang juga membawa anak. Kakak Eli bernama Mila Hanifah, sementara adiknya bernama Megantri yang membawa dua anaknya.

Hermawati menjelaskan kejadian saat kapal yang akan membawanya ke Pulau Tidung terbakar. Eli saat itu hanya mendapat satu pelampung.

Kala itu Eli lebih memilih untuk memberi pelampung itu ke anaknya, Elsa.

"Jadi Elsa nyebur duluan ke laut, setelah itu ibunya, kemudian di laut mereka berdua sempat pegangan tangan juga dan Elsa nangis menjerit, terus katanya Eli udah kelihatan lemes dan akhirnya tenggelam," lirih Hermawati.

Sementara kakak dan adiknya, Hermawati menjelaskan bahwa keduanya terpisah usai menyelamatkan diri dari kecelakaan itu.

"Kakak sama adik Eli masih bareng di atas kapal, tapi ketika nyebur ke laut mereka terpisah," jelasnya.

Lain Eli lain pula Jackson Wilmas. Laki-laki berusia 40 tahun itu tewas karena tenggelam setelah meloncat dari kapal ke laut lepas.

Hal itu diutarakan seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan Posko Ante Mortem, Rumah Sakit Polri Dr Soekamto Kramatjati. Namanya Heckson, dia mengaku sebagai adik kandung Jackson.

Heckson yang tinggal di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan itu, menyebutkan tindakan inspiratif sang kakak diketahui penumpang lain yang selamat. Penumpang itu, juga teman satu rombongan Jackson.

Dia menuturkan, Jackson yang bekerja di sebuah kafe bilangan Bogor, pada Minggu (1/1) bertolak ke Pulau Tidung untuk berlibur dengan rekan-rekan kerjanya. Saat kapal mulai mengeluarkan asap, Jackson yang telah menggunakan pelampung badan seketika meloncat.

Namun, ketika banyak penumpang lain yang juga loncat dari kapal tidak mengenakan pelampung, Jackson merasa perlu menyerahkan satu-satu penyelamatnya.

"Dia sebenarnya sudah pakai pelampung, tapi diberikan ke seorang perempuan yang sedang hamil di laut," kata Heckson.

Akibat pengorbanannya, Jackson pun tewas karena tenggelam. "Setahu saya, dia tidak bisa berenang," kata adik Jackson itu.

Meski demikian, kondisi jenazah Jackson lebih baik ketimbang korban lainnya yang tubuhnya terbakar hingga tidak dikenali lagi.

Keluarga masih mengenali tubuhnya, perubahan hanya sedikit karena banyak air laut yang tertelan saat tenggelam.

Saat ditemui di depan Posko Ante Mortem RS Polri, Heckson tampak menemani anak kandung Jackson yang tengah menunggu giliran diambil sampel DNA-nya.

Sedang anggota lain tampak larut dalam duka di luar gedung. Mereka saling berpelukan dalam tangis.

"Sekarang kami sedang mempersiapkan dokumen-dokumen yang diminta untuk memulangkan jenazah. Kami harap bisa pulangkan malam ini," katanya.

Penyebab Terbakar

Kapal Zahro Express terbakar saat beranjak dari salah satu pelabuhan di Muara Angke menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Minggu (1/1/) pagi.

Penumpang kapal tersebut merupakan wisatawan yang hendak menghabiskan masa liburan awal tahun 2017 dengan rekreasi ke Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.

Penyebab terbakarnya kapal masih terus diselidiki. Untuk sementara, Kementerian Perhubungan menduga penyebab terjadi kebakaran adalah akibat korsleting listrik di ruang mesin.

"Dugaan sementara, insiden itu kemungkinan besar akibat korsleting di ruang mesin," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut Tonny Budiono melalui keterangan tertulis.

"Diasumsikan mesin kapal tersebut meledak kemudian terbakar di kamar mesin yang di dalamnya terdapat tangki bahan bakar," kata dia.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi membebastugaskan (mencopot) Syahbandar Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Deddy Junaedi, sebagai pihak yang menerbitkan surat persetujuan berlayar.

"Kami sudah bebastugaskan yang bersangkutan. Kami juga akan meminta klarifikasi kepada dia, sejauh apa prosedur standar operasi (SOP) dijalankan di lapangan," ujar Budi ketika ditemui di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Senin (2/1).

Budi menyebutkan berencana meminta Pelni dan PT Angkutan Sungai, Danau, dan Perairan (ASDP) untuk menggantikan operasi kapal rakyat i Muara Angke. "Saya sampaikan di tempat tersebut akan tingkatkan servis (pelayanan) dan menunjuk PT Pelni dan PT ASDP untuk menggantikan kapal rakyat," ungkap menteri kelahiran Palembang itu.

Kapal Zahro Express ludes dilalap si jago merah dalam pelayaran dari Pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Tidung, Kabupaten Kepulauan Seribu, Minggu. Kapal yang membawa ratusan wisatawan domestik itu terbakar setelah melakukan pelayaran sekira 1 mil laut dari Pelabuhan Muara Angke.

Data penumpang masih simpang siur. Data sementara, sebanyak 23 penumpang dinyatakan tewas, sebagian besar akibat luka bakar. Sedangkan korban selamat sebanyak 130 dan korban dalam perawatan berjumlah 31 orang.

Menteri Budi Karya berharap PT ASDP dan PT Pelni sebagai perusahaan BUMN bisa dipercaya oleh masyarakat dari segi kualitas dan keamanan.

"Kami berharap kapal rakyat juga bisa meningkatkan kualitas pelayanan, baik safety (keamanan) dan kenyamanan," kata Budi.

Pencopotan Deddy Junaedi sebagai Syahbandar Pelabuhan Muara Angke juga dibenarkan oleh Direktur Jenderal Perahubungan Laut (Dirjen Hubla), Tonny Budiono. Ia menyebut Deddy lalai dalam tugasnya.

"Betul dicopot, atas nama Deddy Junaedi. Dia bertugas baru beberapa bulan, masih baru," kata Tonny Budiono.

Deddy manadatangani sertifikat kelaikan kapal Zahro Express pada Desember 2016. Kapal tersebut sudah beroperasi sejak 2013.

"Jadi izin terakhir itu untuk perpanjangan. Setiap 6 bulan sekali itu izin diperpanjang," ujar Tonny. Ia menambahkan seorang syahbandar seharusnya juga memastikan apakah pelayaran kapal sesuai dengan standar operasional.

Syahbandar juga seharusnya memastikan kesesuaian antara manifes dan penumpang. "Spesifikasi kapal bisa mengangkut 285 orang, tetapi di manifes hanya terdapat 100 nama. Kapal tersebut berbahan kayu yang dilapisi fiberglass," tambah Tonny.

Mengenai data penumpang yang masih simpang siur, Menhub menyerahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang tengah melakukan penyelidikan. Budi mengaku mendapat laporan yang berbeda-beda terkait jumlah penumpang kapal..

"Manifest (data penumpang) akan diselidiki KNKT. Selama ini kita hanya dapatkan angka yang berasal dari katanya katanya," ujar Budi.

Budi juga menyebut masih banyak kesimpangsiuran informasi perihal munculnya api di kapal Zahro Express.

"Kita berikan kewenangan kepada KNKT untuk investigasi. KNKT yang akan mendapatkan angka-angka tersebut baik tercantum manifest maupun yang sebenarnya ada di kapal tesebut," ungkap Budi.

Informasi terakhir, 23 tewas, 17 terluka, dan 17 hilang. Sementara 194 penumpang selamat.

Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono menyebut kondisi di dalam kapal KM Zahro Express saat kejadian masih sangat lapang. Sejumlah anak-anak, katanya, masih dapat berlarian di atas dek kapal.

"Dari beberapa korban selamat yang saya temui, mereka bilang dalam kapal itu masih lapang. Masih ada yang bisa berlari-lari," jelasnya saat ditemui di RS Polri, Kramatjati, Jakarta, Senin.

Penjelasan para penumpang itu menepis anggapan kapal Zahro kelebihan penumpang. "Jadi kalau dikatakan overcapacity (kelebihan penumpang), sepertinya tidak. Kemarin Kemenhub juga sudah jelaskan itu," tambahnya. (tribunnetwork/fer/jar/wah/kar/val/wly)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved