LRT Palembang

Pengeboran di Sungai Musi Segera Dilakukan, Bagaimana Dampak ke Jembatan Ampera, Ini Penjelasannya

Ia juga mengaku wajar jika LRT di Palembang ini tak jarang disebut proyek sumpah serapah. Proyek nekat. Orang gila, crazy.

Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM/ ARIEF B ROHEKAN
Mashudi (tengah) usai mengikuti seminar Pembangunan LRT; Mitigasi Jalan dan Lalu Lintas Kota Palembang, di Grand Atyasa Convention Center, Selasa (13/12/2016). 

Erika mengapresiasi dengan Waskita Karya, yang dinilainya satu-satunya kontraktor yang berani melakukan desain, planing, jalan.

"Ketemu pagar, geser. Karena planingnya tidak normal. Dipacu dengan waktu. Risikonya Sumsel harus hati-hati capital costnya tinggi. Bayangkan ibu-ibu bangun rumah sendiri, sedikit-sedikit ganti. Berapa ya mahasiswa harus cost biaya. untuk mengembalikan capital cost," ucapnya.

Ia juga mengaku wajar jika LRT di Palembang ini tak jarang disebut proyek sumpah serapah. Proyek nekat. Orang gila, crazy.

"Kita ambil positifnya. Bagaimana mengawalnya. Kebutuhan informasi traveler. Misal saya berangkat dari rumah. Berubahkah rute hari ini harus diinformasikan. Siapa yang menginformasikannya. Apakah Dishub atau Waskita Karya," ujarnya.

Lalu rute kalau ada perubahan rute, belokan harus diinformasikan apakah ke tv lokal, radio. Biar tidak terkunci.

"Tidak akan semacet itu kalau kita kelola bersama. Sifat dinamis. Kalau di Jakarta ada radio Elshinta. Mereka perlu update dari proyek. Bapak perlu memperkerjakan orang untuk menginformasikan realtime. Jadwal transit, besok akan dikerjakan apa. Ada insiden apa perlu direport. Ketersedian parkir," jelasnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved