Polemik Nama Kuto Gawang

Eksklusif: Sebelumnya Sudah Ada Peringatan Tak Pakai Nama Kuto Gawang

“Mereka tahu tidak makna dan arti sejarah itu? Coba setuju tidak kalau dibuat nama Kecamatan Benteng Kuto Besak (BKB). Itu lucu. Bahwa republik ini ad

zoom-inlihat foto Eksklusif: Sebelumnya Sudah Ada Peringatan Tak Pakai Nama Kuto Gawang
Tribun Sumsel

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Semangat DPRD dan Pemkot Palembang untuk melestarikan nama Kuto Gawang patut diapresiasi.

Namun sayang, penempatan kawasan dan penggunaan nama Kecamatan Kuto Gawang, kecamatan baru hasil pemekaran Kecamatan Ilir Timur II, dinilai tidak tepat dan melenceng dari sejarah.

Dua Sultan Palembang mendesak dilakukan revisi.

Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin protes keras Kuto Gawang dijadikan nama kecamatan. Sebagai nama institusi kerajaan, sultan menganggap ini adalah sesuatu yang sakral.

Saat dibincangi dikediamannya, Jalan Torpedo, Sekip Ujung, Rabu (28/9) sore, Sultan berambut panjang ini meyakinkan Tribun Sumsel tentang sejarah Kuto Gawang dengan menunjukkan ulasan dari dua buku.

Sultan Iskandar, yang juga Ketua Umum Yayasan Raja Sultan Nusantara ini, kaget mengetahui Peraturan Daerah (Perda) tentang pemekaran kecamatan ini telah disahkan.

Padahal pada pembicaraan awal sudah diberikan peringatan agar tidak menggunakan nama Kuto Gawang.

Sebelumnya Perda itu dibuat, Sultan Iskandar pernah menghadiri undangan diskusi dari DPRD Palembang di Kantor Camat Seberang Ulu (SU) 1.

Waktu itu dikatakan bahwa pemerintah akan memekarkan Kecamatan SU 1, wilayah baru itu akan dinamakan Kuto Gawang.

Sultan Iskandar protes, sebab itu sudah menyimpang. Bahwa dalam sejarahnya tidak pernah Kuto Gawang berada di Seberang Ulu.

Rencana itu kemudian batal, tetapi tiba-tiba nama itu telah digunakan untuk kecamatan baru di Seberang Ilir.

“Mereka tahu tidak makna dan arti sejarah itu? Coba setuju tidak kalau dibuat nama Kecamatan Benteng Kuto Besak (BKB). Itu lucu. Bahwa republik ini ada, kami ada sebelum kamu ada, kamu ada karena kamu akui kami ada,” ujar Sultan Iskandar tentang pentingnya makna sebuah sejarah.

Ia menyebut Palembang sebagai kota tertua di Indonesia tidak terlepas dari konteks pertempuran dengan VOC Belanda. Pertama kali terjadi di Kuto Gawang.

Sultan Iskandar minta Kuto Gawang tidak dijadikan nama kecamatan. Meskipun lokasinya persis berada di 1 Ilir, tempat lokasi keraton.

“Cari nama lain banyak. Jangan mengaburkan sejarah," tegas Sultan Iskandar. (wan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved