Calya dan Sigra Goyang Pasar Mobil Bekas
Eksklusif: DP Murah Mobil Baru Merusak Harga Mobil Bekas
"Memang ada aturannya terkait DP itu. Mobkas minimal 25 persen. Kalau Rp 10 juta sudah dapat mobil baru, itu merusak benar," kata dia.
TRIBUNSUMSEL.COM - Hadirnya duet Calya dan Sigra yang bermain di kelas mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) membuat ketar-ketir para pengusaha mobil bekas (mobkas).
Dengan harga yang dianggap murah bila dibandingkan mobkas sejenis low MPV, Calya-Sigra bisa menjadi senjata pembunuh yang sangat mengkhawatirkan.
Senada dikatakan pelaku usaha jual beli mobkas Daysta Mobilindo Palembang, Erwin. Down Payment (uang muka/DP) diakui menjadi biang keladi goyangnya penjualan mobil bekas. DP yang murah untuk kendaraan baru, benar-benar merusak penjualan mobkas.
"DP murah itu yang merusak penjualan mobil bekas," katanya.
Kata dia, dengan DP yang murah untuk mobil baru calon pembeli sudah bisa mendapatkan kendaraan. Jelas hal ini berdampak pada penjualan mobkas.
Sementara, DP untuk mobkas diakui dia tidak bisa semurah DP mobil baru yang biasanya diterapkan pada sebuah pameran-pameran.
"Memang ada aturannya terkait DP itu. Mobkas minimal 25 persen. Kalau Rp 10 juta sudah dapat mobil baru, itu merusak benar," kata dia.
Oleh sebab itu, harus ada pengaturan lagi terkait perang DP ini. Harus ada penetapan berapa DP minimal pada mobil baru. Jika ini tidak dilakukan, maka bencana bagi penjualan mobil bekas.
Kelesuan ekonomi yang ditandai dengan menurunnya harga komoditi andalan masyarakat Sumsel pada semester kedua tahun 2014 akan semakin terasa.
"Kelesuan pasar mokas sudah terjadi sejak tahun 2014 lalu, kita yakin akan semakin parah dengan kehadiran pasangan dua mobil murah itu," ungkap seorang pengusaha Jual Beli Mokas di kawasan Veteran Palembang, Andi.
Ia menegaskan, kelesuan tersebut mengakibatkan belasan mobil lama hanya parkir di showroom karena belum ada yang pembeli yang cocok.
Bahkan di antaranya ada yang sampai setengah tahun tidak laku, sehingga hanya menambah biaya operasional seperti pembayaran pajak dan oli.
Dalam kondisi tersebut pihaknya menegaskan dalam beberapa kesempatan lebih memilih menolak membeli mobil seken supaya jumlah uang yang mengendap tidak bertambah.
Ia lebih fokus menjual kendaraan tersedia, baru kemudian berinvestasi kembali.
"Sama seperti tubuh kita, kalau makan banyak tapi tidak ada yang dikeluarkan, pasti tubuh akan sakit, duit ratusan juta mandek di mobil sampai setengah tahun," katanya