Kehidupan Malam di Air Sugihan
Eksklusif: Banyak PSK Eks Dolly Jadi Wanita Malam di Air Sugihan
"Banyak juga dari Dolly. Di sana kan ditutup, ada yang ke sini juga. Pokoknya dari mana-mana lah, tapi memang kebanyakan dari pulau Jawa," ujar Hen.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pembangunan pabrik PT OKI Pulp & Paper Mills di Desa Bukitbatu Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, menyedot ribuan pekerja lokal maupun mancanegara.
Mereka menetap di kawasan itu dan membentuk perkampungan kecil.
Segala kebutuhan tersedia, termasuk hingar bingar hiburan malam. Judi, mabuk-mabukan, dan perempuan.
Perempuan di kafe-kafe itu banyak berasal dari pulau Jawa. Eks Dolly Surabaya pun ada.
"Banyak juga dari Dolly. Di sana kan ditutup, ada yang ke sini juga. Pokoknya dari mana-mana lah, tapi memang kebanyakan dari pulau Jawa," ujar Hen.
Di dalam kafe, beragam minuman tersedia di meja yang dikelilingi bangku. Harga minuman tergolong mahal.
Uang Rp 100 ribu hanya untuk satu jenis minuman saja. Sementara para wanita di sana terlihat muda-muda. Berpakaian serba minim dan menggoda.
Menurut Hen, pengunjung kafe didominasi para pekerja, tetapi ada juga penduduk lokal.
Kawasan pasar malam itu, kate Hen, merupakan daerah "Texas". Perkelahian sering terjadi, bahkan hingga menyebabkan kematian. Pesta bebas berlangsung sampai sekira pukul 03.00.
Hen sudah satu tahun terakhir bekerja dalam proyek PT Pulp & Paper. Bujangan ini bekerja di sebuah perusahaan terbatas yang memenangkan tender membangun pabrik pengolahan kayu kertas terbesar se-Asia Tenggara itu. Ia bekerja dibidang perlistrikan.
Warga perairan ini tidak sekonyong-konyong bekerja di perusahaan ini. Hen diajak teman yang terlebih dahulu bekerja di tempat itu.
Sebelumnya ia hanyalah bujangan pengangguran.
"Teman sudah ada yang kerja di sini. Mungkin lihat saya nganggur, dia ngajak saya untuk bekerja disini. Melamar dan akhirnya diterima hingga sampai sekarang," katanya berbincang-bincang dengan Tribun Sumsel di mess tempat ia tinggal.
Selama tinggal di kawasan industri itu, Hen bertempat tinggal di sebuah mess pekerja yang sudah disediakan oleh perusahaan.
Dalam satu ruangan, ia bersama tiga pekerja yang sama-sama berasal dari daerah perairan, tetapi berbeda desa.
Bekerja di tempat ini memang dirasakan sangat nyaman dan menguntungkan. Upah yang diteriman sangat lebih dari cukup. Apalagi, perusahaan tempatnya bekerja selalu tepat waktu dalam menggaji.
Hen juga dianggap memiliki keahlian yang lumayan baik dalam bidang perlistrikan. Terbukti, beberapa bulan yang lalu ia ditunjuk perusahaan berangkat ke luar Sumatera untuk proyek pembangunan lainnya.
"Kalau gaji jelas lebih besar lagi. Tapi kupikir-pikir, kasihan ayah di desa, sendirian. Kakak dan adik pada jauh semua," katanya.
Memang kata Hen, pekerja di tempat itu berasal dari seluruh Indonesia. Suku Jawa, Sunda, Batak hingga Papua ada bekerja di tempat tersebut.
Jangankan dari berbagai suku di Indonesia, dari berbagai macam negarapun diakuinya sangat banyak. Eropa, Afrika dan China juga ada di pabrik tersebut.
"Komplit di sini, dari mana-mana saja ada semua. China banyak, Eropa ada, semua ada," ungkap dia.