Zao An

Tradisi Perayaan Cheng Beng

Nyekar ke makam, merupakan salah satu wujud bukti bakti kepada orang yang sudah ditinggalkan. Biasanya ini dilakukan setiap momen t

TRIBUNSUMSEL.COM - Nyekar ke makam, merupakan salah satu wujud bukti bakti kepada orang yang sudah ditinggalkan. Biasanya ini dilakukan setiap momen tertentu atau setiap saat, tergantung dari keluarga masing-masing. Dalam keluarga Tionghoa, nyekar ke makam sudah menjadi tradisi sejak ribuan tahun yang lalu, dan sampai saat ini masih dilakukan. Tradisi ini disebut dengan cheng beng.

Perayaan cheng beng atau dalam bahasa Tionghoa disebut dengan 清明 (qīng míng) pada tahun ini, dilaksanakan pada tanggal 4 April 2016 sebagai puncaknya. Tujuan dari ritual nyekar ke makam leluhur adalah untuk menghormati keluarga yang sudah meninggal. Perayaan cheng beng tidak hanya nyekar ke makam, tetapi ada penganan yang disajikan menjadi ciri khas tradisi ini.

Ribuan tahun yang lalu perayaan cheng beng ini berdekatan dengan festival makanan dingin atau 寒食 (hán shí), maka dari itu ada banyak makanan yang bersifat “dingin” untuk festival ini. Salah satu jenis makanan adalah 餳大麥粥 (xíng dà mài zhōu) atau bubur gandum manis. Makanan ini dibuat dari gandum yang digiling menjadi bubur, dimasak dengan kacang almond (杏仁 xìng rén), setelah didinginkan menjadi keras dan dipotong. Bubur gandum manis ini pada saat dimakan ditaburi dengan gula-gula. Tidak hanya itu, ada juga makanan kue kurma Tiongkok (棗糕 zǎo gāo), bubur kering (乾粥 gān zhōu) dan lain-lain.

Kue kurma Tiongkok dibuat dari terigu yang dicampur dengan kurma Tiongkok lalu dikukus. Kue kurma Tiongkok ini dipotong dan ditusuk menggunakan ranting pohon willow (柳條 liǔ tiáo). Setelah itu digantung di atas ambang pintu (門楣 mén méi) dianggap sebagai rumah burung swallow atau burung walet. Salah satu makanan yang menjadi favorit dalam perayaan cheng beng pada saat itu adalah 饊子 (sǎn ​zi), makanan ini terbuat dari tepung terigu yang digoreng, rasanya gurih dan wangi yang juga disebut dengan 寒具 (hán jù).

Legenda Cheng Beng

Ada pepatah Tiongkok yang menyebutkan “死人吃什麼,活人就吃什麼。sǐ rén chī shén me huó rén jiù chī shén me”, yang berarti “apa yang dimakan oleh orang yang sudah meninggal, dimakan juga oleh orang yang masih hidup.”

Konon cerita ini berasal dari negara Qi (齊國 qí guó), ada seorang laki-laki miskin yang sering keluar jalan-jalan. Kepada istrinya, laki-laki ini berkata bahwa dia memiliki banyak teman yang berasal dari orang kaya yang selalu mengundang makan. Setiap kali pulang ke rumah selalu dalam kondisi perut kenyang dan mabuk arak. Akibat dari itu, laki-laki ini malah menyalahi keluarga istri yang sangat miskin dan tidak pernah mengundang makan.

Istri merasa aneh, karena tidak pernah ada seorang pun teman dari suaminya yang kaya raya datang berkunjung ke rumahnya. Suatu hari, laki-laki bercerita kepada istrinya bahwa ada seorang pejabat yang mengundang dirinya untuk makan siang. Istri pun curiga mendengar informasi dari suaminya, langsung secara diam-diam mengikuti kemana suaminya pergi. Rasa curiga dari istri langsung hilang ketika melihat suaminya bukan diundang oleh pejabat kerajaan, tapi datang ke daerah tanah pemakaman.

Pada hari itu kebetulan ada seorang pejabat yang meninggal, dan dimakamkan di sana. Laki-laki tersebut menyantap semua makanan di depan makam yang digunakan untuk sembahyang pejabat yang meninggal pada hari itu. Si istri melihat kejadian ini langsung sedih dan kemudian tertawa serta tidak heran kalau suaminya mengatakan ada seorang pejabat yang mengundang makan. Bagi laki-laki ini, menurutnya apa yang dimakan oleh orang yang meninggal, juga dimakan oleh orang yang hidup.

Sesaji Di Makam

Pada masa dinasti Sui (隋朝 suí cháo) dan dinasti Tang (唐朝 táng cháo) perayaan cheng beng dengan menghidangkan makanan 醴酪 (lǐ lào) terbuat dari gandum yang dimasak dengan buah almond menjadi bubur. Di zaman dinasti Song (宋朝 sòng cháo) di pasar ramai menjual kembang gula (稠餳 chóu xíng), kue gandum (麥糕 mài gāo), keju (乳酪 rǔ lào). Di setiap keluarga biasanya membuat semacam makanan yang berbentuk burung swallow terbuat dari kurma Tiongkok yang disebut 棗錮飛燕 (zǎo gù fēi yàn).

Perayaan cheng beng sampai saat ini masih dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa, biasanya pada saat nyekar ke makam, membawa makanan kesukaan dari keluarga yang sudah meninggal. Jenis makanannya tergantung keluarga yang membawanya, biasanya ada buah dan kue serta makanan tambahan lainnya sesuai dengan selera keluarga masing-masing. (henky honggo)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Sejarah Pakaian Han Fu

 

Mengenang Teresa Teng

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved