Sebelum Ilham Meninggal, Thamrin Mengaku Matanya Selalu Bergerak Sendiri
"Saya takut, nanti saat ditelepon dia dijalan, kan bahaya. Paling kalau mau menanyakan Ilham, saya tanya kepada ibunya," katanya.
Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Slamet Teguh Rahayu
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kesedihan tengah melanda keluarga Thamrin (60). Bagaimana tidak, putra bungsunya, Ilham Akbar (19), harus tewas usai tubuhnya tersambar gardu listrik kampus Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) yang meledak pada Selasa (2/2/2016) malam yang lalu.
Dibincangi di kediamannya, di wilayah Pakjo. Thamrin mengaku, masih teringat betul ketika terakhir kali ia bertemu dengan Ilham. Saat itu, Ilham hendak pamit untuk pergi naik ke puncak gunung Dempo, sekitar seminggu yang lalu.
"Setelah pamit, ia langsung berangkat. Saya juga berangkat mengajar ke Muba. Sejak saat itu saya belum pernah bertemu lagi," ujar Thamrin, sembari meneteskan air mata di balik kacamata yang dipakainya, saat dibincangi Tribunsumsel, Rabu (3/2/2016).
Thamrin mengatakan, ia memang jarang menghubungi Ilham. Menurutnya, ia khawatir jika untuk menghubungi Ilham, karena Ilham sering kali berada di jalan dengan mengendarai sepeda motor kesayangannya.
"Saya takut, nanti saat ditelepon dia dijalan, kan bahaya. Paling kalau mau menanyakan Ilham, saya tanya kepada ibunya," katanya.
Tak ada firasat serius yang dirasakan oleh Thamrin menjelang meninggalnya Ilham. Namun Thamrin mengaku, matanya selalu bergerak sendiri, beberapa hari terakhir ini.
"Ya tidak tahunya, itu merupakan firasat," cetusnya.
Dalam kesehariannya, Ilham merupakan anak yang baik. Thamrin mengungkapkan, Ilham yang mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan di UIGM ini, bercerita kepadanya, jika ia bercita-cita untuk menjadi seorang camat.
"Karena alasan itulah ia mengambil ilmu pemerintahan," katanya.
Thamrin mengatakan, pihak dari UIGM sendiri sudah ada datang kekediamannya. Mereka berharap agar kasus tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Namun Thamrin mengaku belum bisa memutuskan, karena saat ini masih bermusyawarah dengan pihak keluarganya yang lain.
"Jenazah belum dikuburkan tadi, jadi kita bisa ngomong. Anak kami juga sekarang sudah meninggal," keluhnya.