Eksklusif Tribun Sumsel
Eksklusif: Di Kampung Ini Hampir Semua Anaknya Tak Bisa Membaca dan Berhitung
Selepas mengucap angka 13, Alamsyah terdiam. Dia tak mengenal angka 14 dan seterusnya. "Tidak bisa," katanya.
TRIBUNSUMSEL.COM, BANYUASIN - "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas," Alamsyah, bocah umur sepuluh tahun, mencoba berhitung.
Dia menggunakan jari tangannya sampai hitungan kesepuluh dan melanjutkannya dengan nada ragu.
Selepas mengucap angka 13, Alamsyah terdiam. Dia tak mengenal angka 14 dan seterusnya. "Tidak bisa," katanya.
Tribun Sumsel meminta dia untuk membaca. Bocah di kampung nelayan Desa Jurutaro, Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, itu menggelengkan kepala. "Pernah diajarkan bapak, tapi tidak bisa, malah kena marah," ucapnya.
Alamsyah sama sekali tak mengenal huruf. Dan dia bukan satu-satunya anak buta huruf di kampung nelayan itu. Hampir seluruh anak tak bisa membaca dan berhitung.
Entah bagaimana mereka akan menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Jarum jam menunjuk pukul 09.00 WIB. Tidak ada tanda-tanda anak di kampung nelayan di Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, untuk berangkat ke sekolah. Termasuk Alamsyah dan adiknya Rizki (5).
Pagi itu Alamsyah sudah menimba air yang menggenangi perahu ayahnya. Pekerjaan itu telah ia lakukan sejak lima tahun lalu. Selain itu ia juga mempersiapkan semua peralatan mencari ikan sebelum pergi ke laut.
"Sudah melaut sejak seumuran adik saya (Rizki)," ujar Alamsyah bercerita.
Dia sama sekali tidak ada niatan untuk sekolah. Selain memang tidak ada sekolah dirinya juga merasa kasihan melihat ayahnya harus melaut sendiri.
Di umurnya yang sudah menginjak sepuluh tahun, Alamsyah hanya bisa berhitung sampai angka 13. Kemampuan itu ia dapat dari kehidupannya sebagai nelayan. Secara tidak sadar dirinya mengingat angka-angka saat ayahnya menjual ikan ke pengepul.
"Tahunya dari orang-orang. Misal setiap menimbang ikan orang-orang suka berhitung. Ingat saja," terangnya.
Meski hanya bisa berhitung sampai angka 13, Alamsyah cukup pandai menghitung uang. Kemampuan ini juga didapat secara otodidak dari ibunya.
Ibunya memiliki warung kecil di rumah yang menjual kebutuhan sehari-hari. Disaat ada orang yang berbelanja ia sering disuruh ibunya melayani. Saat itulah ia diajarkan ibunya berhitung.
"Jika uangnya Rp 20 ribu belanjanya Rp 5 ribu. Kembaliannya Rp 15 ribu," ujar Alamsyah
Namun kemampuan berhitung uang itu juga terbatas. Ia baru bisa menghitung uang hingga Rp 50 ribu.