Wajah Ceria Supriatno Berubah Pucat Saat Akan Disunat

Namun, suasana mulai berubah setelah satu persatu nama mereka dipanggil, dan akan melakukan proses sunat massal.

TRIBUNSUMSEL.COM/SLAMET TEGUH RAHAYU
Supriatno saat menjalani proses sunat massal di Akbid dan Pondok Pesantren ‎Assanadyah, Minggu (20/12/2015) 

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Slamet Teguh Rahayu‎‎ Rahay‎u

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pagi hari, kampus Akbid Pondok Pesantren Assanadyah telah ramai didatangi oleh masyarakat yang membawa anak laki-lakinya. Bukan hendak berdemo, namun di sana tengah diadakan kegiatan sunatan massal maupun pemeriksaan kehamilan gratis, Minggu (20/12/2015).

Tak seperti kegiatan pemeriksaan kehamilan yang minim diminati oleh masyarakat, peserta kegiatan sunatan massal malah melebihi target. Awalnya, pihak Assanadyah hanya menargetkan 150 anak yang akan disunat, namun yang datang 153 anak.

Dalam kegiatan ini, Akbid dan Pondok Pesantren Assanadyah menyediakan 11 tempat tidur yang terbagi dalam dua ruangan. 11 tempat tidur itu nantinya akan digunakan untuk proses sunat massal bagi 153 orang anak yang telah mendaftar.

Dibawah tenda yang disediakan, tampak anak-anak ramai bermain dengan berbincang dengan teman sebayanya. Namun, suasana mulai berubah setelah satu persatu nama mereka dipanggil, dan akan melakukan proses sunat massal.

"Supriatno," ujar panitia memanggil anak berusia lima tahun untuk masuk dan berbaring disalah satu tempat tidur yang disediakan.Tak sendiri ia masuk kedalam ruangan tersebut. Ia masuk didampingi oleh Awaludin (38) ayahnya, dan Sartina (36) ibunya.

Saat masuk keruangan itu, wajah Supriatno yang awalnya ceriapun berubah pucat. Keringat tampak bercucuran diwajahnya. Namun, dengan dipapah oleh ayahnya, Supriatno akhirnya berbaring tempat tidur.

Suasana semakin mencekam bagi Supriatno, ketika sekitar enam perawat cantik berpakaian putih-putih mendekatinya. Merekalah yang akan saling bantu membantu melakukan sunat yang hukumnya wajib bagi agama islam.

Sunatpun dimulai, para perawat mulai memainkan peralatannya satu persatu. Tak kalah aktif, Supriatno pun mulai bergeliat sambil berteriak histeris menolak alat "kejantanannya" akan di sunat.

"Aduhh, tolong, mati nian aku," ujar bocah cilik ini, sembari sang ayah memegangi tubuhnya dengan erat. Tak lama kejadian tersebut berlangsung. Namun, meski prosesi sunat sudah dilaksanakan, linangan air mata masih membasahi dua bilah pipih Supriatno.

"Padahal dia mau sendiri lho mas, dia yang minta. Eh pas sampai disini malah teriak-teriak begini. Tapi tidak apa-apalah, yang penting sudah disunat," ujar Sartina yang tercatat sebagai warga Jalan Prajunit Nangyu Kelurahan 4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I ini.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved