Rekaman Suara Pramugari Sebelum Tragedi WTC 11 September, Terungkap

Hari Minggu, tanggal 11 September, 14 tahun yang lalu, dua pesawat Boeing 767 yang dioperasikan oleh maskapai American Airlines dan United Airlines,

TRIBUNSUMSEL.COM, AMERIKA SERIKAT - Hari Minggu, tanggal 11 September, 14 tahun yang lalu, dua pesawat Boeing 767 yang dioperasikan oleh maskapai American Airlines dan United Airlines, masing-masing dengan nomor penerbangan American 11 dan United 175, ditabrakkan ke menara kembar World Trade Center di pusat kota New York, AS, oleh para pembajak.

The New York Times mengungkap rekaman suara yang dirilis oleh investigator, menggambarkan detik demi detik kejadian yang oleh dunia kini disebut dengan peristiwa 11 September atau nine eleven (9/11).

Tidak menjawab panggilan ATC

Dari beberapa rekaman suara tersebut, terdapat rekaman percakapan radio antara petugas pengontrol udara atau air traffic controller (ATC) Boston dan pesawat American 11 yang hilang dari radar.

Pada pukul 08.34 pagi, menara pengawas Boston memerintahkan American 11 yang menerbangi rute Boston-Los Angeles untuk naik ke ketinggian 35.000 kaki.

"American 11, climb maintain level three five zero..."

Namun, tidak ada jawaban dari American 11. ATC berusaha untuk terus melakukan hubungan radio, tetapi American 11 sama sekali tidak merespons.

Informasi penting dari telepon pramugari

Pada pukul 08.19, sekitar 30 menit sebelum pesawat yang dibajak ditabrakkan, pramugari American 11 bernama Betty Ong menelepon pusat reservasi maskapai dengan Airfone yang tersedia di pesawat.

Betty yang berbicara dengan agen reservasi Nydia Gonzales mengatakan bahwa pilot dan kopilot di dalam kokpit tidak bisa dihubungi.

Ada dua awak kabin di kelas bisnis yang ditusuk, satu dalam kondisi kritis, dan satu lagi sudah tidak bernyawa.

Nydia kemudian menyampaikan informasi yang diterimanya kepada pusat kendali krisis American Airlines.

Petugas krisis American Airlines kemudian melakukan pelacakan dan profiling pesawat yang dibajak tersebut.

Diketahui, radar transponder pesawat ternyata dimatikan oleh para pembajak.

Dengan transponder yang mati, petugas di darat tidak bisa melihat data ketinggian dan kecepatan pesawat, tetapi mereka sadar bahwa pesawat sedang menurunkan ketinggian.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved