Tukang Bakso Langganan Cendana: Pak Harto itu Pahlawan di Hati Saya

Ia adalah satu-satunya 'wong cilik' yang diizinkan berdagang oleh keluarga Presiden Soeharto di 'jalan sakral', Jalan Cendana sejak 1965.

Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNNEWS.com
(Kiri) Presiden ke-2 RI Soeharto. (Kanan) Rumah keluarga Cendana. 

Saat ini, ia telah dikaruniai enam anak dan sembilan cucu.

Seiring perubahan zaman dan kenaikan harga pokok, kini Andi menjual baksonya dengan harga Rp16 ribu per porsi.

Ia mengenang masa-masa kejayaan saat masih berjualan bakso di ujung Jalan Cendana.

"Saya dagang sejak Pak Harto belum jadi presiden, waktu Pak Harto masih Mayjen. Waktu itu yang dagang cuma saya. Tadinya, Jalan Cendana ini sepi, sejuk dan sangat banyak pepohonan," kenangnya.

"Dan sejak Pak Harto jadi presiden, jalan ini sudah nggak bisa sembarangan dilewati, dijaga ketat sama TNI. Untung saja saya dibolehkan dagang sama keluarga Pak Harto di sini," sambungnya. Sore itu, belasan mobil dan motor ramai melintas Jalan Cendana.

Menurutnya, selain warga penghuni komplek, keenam putra-putri Soeharto hingga jenderal TNI yang tengah bertamu di kediaman Soeharto saat itu adalah pelanggan baksonya.

Putra-putri Soeharto sudah membeli dan memesan bakso dagangan Andi sejak masih kanak-kanak hingga dewasa. Pun mereka masih tetap memesan kendati sang ayah berhenti dari tampuk kekuasaan sebagai presiden pada 21 Mei 1998.

"Pendapatan saya turun sejak Pak Harto meninggal (pada 27 Januari 2008). Biasanya yang beli banyak. Karena banyak orang yang bertamu ke rumah Pak Harto, seperti perwira TNI, sopirnya atau wartawan suka nongkrong dan beli bakso di tempat saya," kenangnya.

Bahkan, bakso dagangan Andi kerap diborong untuk acara tertentu di kediaman Soeharto dengan harga lebih mahal dan beberapa kali dipesan oleh pihak hotel bintang lima.

"Kemarin-kemarin kalau ada acara di rumah Pak Harto, orang dari Pak Tomy suka pesan 20 mangkok. Harganya semangkok Rp20 ribu, mungkin bagi-bagi rezeki ke saya," selorohnya seraya tertawa ringan.

Meski lama berjualan bakso di Jalan Cendana, Andi baru sekali seumur hidupnya bertemu dan bersalaman dengan Presiden Soeharto di kediamannya, yakni pada Hari Raya Idul Fitri 1980.

"Beberapa hari sebelum Hari Lebaran itu saya diminta sama pegawainya untuk jangan pulang kampung dulu. Karena Bapak mengundang warga-warga ke acara Lebaran di rumahnya itu," kenang Andi seraya menunjuk kediaman Soeharto yang terpisah empat rumah darinya.

"Saat itu, saya cuma salaman saja sebentar, nggak sempat mengobrol. Setelah itu makan bersama," sambungnya.

Pak Harto, pahlawan di hati saya

Andi terdiam beberapa saat ketika ditanya pendapatnya tentang layak atau tidaknya mantan Presiden Soeharto diberikan gelar pahlawan nasional oleh pemerintahan Jokowi-JK seperti ramai diberitakan saat ini.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved