Sri Tak Mau Pulang karena Takut Sama Orangtuanya

Ada luka biru-biru bekas pukulan

Editor: Weni Wahyuny
Kompas.com/Robertus Belarminus
Sri Rahayu Ratu Pangestu, bocah berusia 8 tahun ini diduga ditelantarkan orangtuanya. Sabtu (17/10/2015) 

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Seorang gadis cilik berusia delapan tahun diduga ditelantarkan orangtuanya. Sri, nama gadis itu, ditemukan oleh Ari Kuswati (35) dalam kondisi takut pulang ke rumah.

Malam itu, Kuswati yang tengah berdagang di warung sotonya di samping Plaza Cibubur, Jatisampurna, Bekasi Timur, heran melihat sesosok gadis cilik berpakaian lusuh melintas di depan warungnya. Apalagi, jam kala itu telah menunjukan pukul 00.00.

Penasaran dengan gadis cilik ini Kuswati kemudian menghampiri dan bertanya kepada bocah yang belakangan diketahui bernama Sri Rahayu Ratu Pangestu itu, mengapa masih keluyuran di tengah malam begini. Ia menasehati untuk pulang karena banyak penculik.

Namun, gadis cilik berusia 8 tahun itu mengaku takut pulang. "Katanya enggak mau pulang karena takut sama orangtuanya," kata Kuswati, di kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Jakarta Timur, Sabtu (17/10/2015).

Kuswati kemudian bertanya di mana alamat Sri. Bocah ini kemudian menceritakan bahwa ia tinggal bersama ayah dan ibu tirinya di Nagrak, Gunung Putri, Bogor. Namun, ia takut pulang karena uang "setoran" untuk orangtuanya kurang.

Di usianya yang masih di bawah umur itu Sri mengaku disuruh menjual baju oleh ibu tirinya. Namun, uang yang baru terkumpul hingga tengah malam baru Rp 47.300. "Dia bilang kalau belum Rp 50.000 enggak berani pulang," ujar Kuswati.

Karena kasihan, Kuswati menanyakan apakah Sri sudah makan atau belum. Sri mengaku ia belum makan. Ia kemudian mengajak anak itu ke warungnya untuk beristirahat menginap. Kemudian, ia hendak membersihan badan Sri yang nampak kotor dan lusuh.

"Pada saat itu dia bilang mandiinnya jangan keras-keras," ujar Kuswati. Sri ternyata mengalami kesakitan di bagian punggungnya. Kuswati yang sebelumnya tidak memperhatikan dengan jelas kemudian kaget karena melihat punggung Sri membiru seperti bekas pukulan.

"Ada luka biru-biru bekas pukulan," ujar Kuswati.

Keesokan harinya, Kuswati menawarkan untuk memberi uang tambahan agar korban mau pulang ke rumah. Namun, korban tetap ketakutan untuk pulang. Ibu dua anak ini sempat khawatir kalau ia nanti dibilang penculik.

Kuswati kemudian minta salah satu anak angkatnya Nur untuk mencarikan sopir angkot yang mau mengantar ke rumah orangtua Sri di Nagrak. Tapi, tak ada yang mau. Anak angkat Kuswati bahkan sempat meninggalkan Sri di lampu merah.

"Tapi besok pagi jam enam saya buka warung, ternyata dia tidur di depan warung," ujar Kuswati.

Akhirnya, Kuswati memilih melaporkan kepada RT dan RW serta Polsek Gunung Putri. Ternyata, di kantor polisi memang ada laporan anak hilang yang sesuai dengan korban. Menurut Kuswati, polisi sudah berupaya menghubungi ayah korban selaku pelapor.

"Tiga kali dihubungi masuk tapi setelah itu nomornya tidak aktif lagi. Kemudian saat polisi ke rumah kontrakan orangtuanya, ternyata sudah kosong," ujar Kuswati.

Ia pun akhirnya melaporkan kasus ini ke Komnas PA. Sri akhirnya menjalani pemeriksaan visum di RS Polri.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved