HUT RI ke 70
Demi Peringati HUT RI ke-70 Belasan Pemuda Lakukan Ekspedisi Gunung Patah
Tujuan mereka melakukan ekspedisi Gunung Patah ini bersama-sama dengan semangat untuk melihat kembali hutan lindung yang ada yang diperkirakan
TRIBUNSUMSEL.COM - Malam itu kami ramai-ramai berkumpul di Kedai Jajan Jogja yang ada di Kelurahan Gunung Gajah, Kota Lahat sekitar sepekan lalu.
Kami merencanakan kegiatan peringatan Kemerdekaan RI ke-70 di 2015 ini. Menyeruput kopi panas yang kami pesan satu persatu pemuda yang naik ke Gunung Patah berkumpul.
Wahyu (23) pemuda Lahat yang sedang mengenyam bangku kuliah di salah satu perguruan tinggi di Pulau Jawa ini membuka pembicaraan.
Bahwa baru saja di awal Agustus tepatnya 3 Agustus 2015 sebanyak sebelas pemuda menyelesaikan pendakian ke Gunung Patah di jajaran Bukit Barisan yang berada di sebelah timur laut Gunung Dempo dengan ketinggian sekitar 2855 Mdpl.
Sebetulnya posisi Gunung Patah berada di perbatasan Lahat, Kabupaten Kaur (Bengkulu), Muara Enim dan Pagaralam menurut Wahyu saat itu.
Karenanya mereka pemuda dari Lahat, Pagaralam, Kaur, Muara Enim ini berencana mengadakan ekspedisi Gunung Patah.
Tujuan mereka melakukan ekspedisi Gunung Patah ini bersama-sama dengan semangat untuk melihat kembali hutan lindung yang ada yang diperkirakan merupakan lapisan terakhir dari ketujuh lapisan bukit barisan yang berjajar dari Lampung hingga Aceh.
"Selain itu juga melakukan pendataan flora dan fauna yang ada disana, sebab dari sumber penduduk setempat bahwa setelah adanya eksploitasi perusahaan yang ada di dekat Gunung Patah tersebut terjadi beberapa kerusakan alam dan tidak tampak lagi hewan yang ada di sekitar sana," ungkap Richard (23) salah satu pendaki yang kini mengenyam pendidikan di Yogyakarta.
Sementara malam makin larut pembicaraan kami mengenai ekspedisi ini makin seru.
Yang menyedihkan mereka selama 7 hari pendakian tidak lagi melihat Tapir, kambing hutan, macan, beruang madu, yang sebelumnya saat pendakian beberapa rekan mereka di tahun 2010 masih terlihat beragam jenis hewan hutan asli daerah tersebut.
“Hanya bekas cakaran saja yang masih kita liat,” ungkap Ricad, malam (17/8) itu.
Keelokan hutan hujan tropis di sana dikenal memiliki banyak jenis kupu-kupu nan cantik, kijang, rusa, ular phyton, beragam anggrek Catleya berwarna ungu, tanaman kantong semar dan yang paling terkenal adalah rotan manau.
“Tampak dari pegunungan pantai di Kaur, kita memulai perjalanan dari Desa Bandar, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam,” ungkap Ali Akbar (21) salah satu pemuda Pagaralam yang ambil bagian dalam ekspedisi ini.
Mereka berharap dengan adanya perusahaan yang berkembang disana tidak memperparah kerusakan pegunungan Bukit Barisan di Gunung Patah yang menjadi denyut nadi 2 Provinsi yang dilintasi Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Tidak hanya untuk keuntungan semata, tapi menyisakan kehidupan yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.