Malaysia Ingin Ambil Bukit Siguntang
Perlu Kajian Datangkan Investor Asing ke Bukit Siguntang
“Masih banyak peninggalan tersimpan di sana. Setiap orang mau gali, misalnya waktu itu untuk bangun septic tank ternyata ditemukan bebatuan dari zaman
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ketua Yayasan Vihara Dharmakirti, Darwis Hidayat mengingatkan, ada baiknya rencana kedatangan investor asal Malaysia itu dikaji matang oleh sejumlah pakar sejarah, arkeolog, budayawan, dan pemerintah daerah. Jangan sampai pembangunan kawasan itu menghilangkan dan merusak peninggalan yang sudah ada.
“Masih banyak peninggalan tersimpan di sana. Setiap orang mau gali, misalnya waktu itu untuk bangun septic tank ternyata ditemukan bebatuan dari zaman Sriwijaya,” ujar Darwis, Minggu (12/7).
Darwis mengakui, tidak mudah mengelola kawasan Bukit Siguntang seluas 12,5 hektare itu. Apalagi di dalam tanah dataran tertinggi Kota Palembang ini juga masih tersimpan banyak peninggalan beharga.
Pihaknya pernah ditawari oleh beberapa Gubernur Sumsel untuk mengelola Bukit Siguntang. Dengan alasan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dan dana, maka tawaran itu ditolak.
Umat budha memiliki kepentingan terhadap Bukit Siguntang. Wilayah itu dianggap tempat suci, lokasi meditasi pemuka agama Budha di zaman Sriwijaya.
Buktinya bisa dilihat dari temuan archa budha di tempat itu yang tahun pembuatannya diperkirakan pada masa kerajaan Sriwijaya.
Menurut Darwis, banyak umat Budha setiap kali datang ke Palembang selalu mampir ke Bukit Siguntang. Kendala yang ditemui selama ini tidak tersedianya tempat meditasi dan peristirahatan di sana.
Bahkan pada perayaan Waisak yang digelar sejak tahun 1984, umat Budha yang mencapai 3.000 orang datang ke sana hanya duduk beralaskan tikar. Sedangkan untuk altarnya menggunakan panggung dan tenda.
“Semestinya kita bisa belajar dari Candi Prambanan dan Borobudur yang selalu ramai. Semestinya kita bisa mengembangkan Bukit Siguntang apabila semua orang ikut terlibat. Tidak perlu mendatangkan investor asing,” jelas Darwis.
Bukit Siguntang dikatakan Darwis, bukan sekedar lokasi makam. Wilayah itu erat kaitanya dengan Kerajaan Sriwijaya yang dibuktikan dengan temuan Prasti Kedukan Bukit. Wilayah itu juga melambangkan keharmoniasan agama yang ada di Sumsel.
“Tempat itu sangat penting bagi Sumsel. Jangan sampai pembangunan membuat gejolak dan keresahan,” pungkas Darwis.
Selain sebagai pusat peribadatan umat budha, Bukit Siguntang sesuai keterangan di Kitab Sejarah Melayu yang ditulis 13 Mei 1612 Masehi menyebutkan, di tempat itu telah turun manusia setengah dewa yang menjadi moyang raja-raja melayu.
Setiap bulan ada saja orang Malaysia datang untuk berdoa ke Bukit Siguntang. Tidak ada even atan kalender khusus, mereka yang setiap kali datang biasanya terdiri dari rombongan sejumlah tiga sampai empat orang (wan/and/bbn)
Selengkapnya di edisi cetak Tribun Sumsel hari ini, Senin (13/7/2015)
