Malaysia Ingin Ambil Bukit Siguntang

EKSKLUSIF: Bukit Siguntang Merupakan Tempat Sakral Bagi 'Wong' Palembang

Parameswara Heritage yang digagas oleh Yayasan Malaysia Indonesia dan Yayasan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Malaysia akan mengubah Bukit Siguntang

Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL/M.A.FAJRI
BUKIT SIGUNTANG - Pengunjung sedang berjalan di kawasan Bukit Siguntang Palembang, Sabtu (28/3/2015). Bukit Siguntang merupakan tempat pemakaman yang dijadikan tempat wisata (TRIBUNSUMSEL/M.A.FAJRI) 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Beberapa hari lalu orang dari Balai Arkeologi Nurhadi Rangkuti, Retno Purwanti, dan Sejarawan Farida diundang Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Irene Camelyn bertandang ke kantornya.

Selain mereka bertiga adapula beberapa akademisi dan peneliti yang hadir. Raut wajah Irene cukup serius saat itu, Nurhadi beranggapan ada hal yang sangat penting yang akan disampaikan. Terlebih cara Irene berbicara seolah akan menyampaikan kabar buruk.

Benar saja Irene mengatakan bahwa Yayasan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) dari Malaysia akan melakukan investasi di Sumsel. Bukit Siguntang menjadi pilihannya. Melalui sistim Build Operate and Transfer (BOT) Yayasan DMDI akan mengelola Bukit Siguntang. Mereka sendiri telah mengutarakan niatnya kepada Gubernur Sumsel, Alex Noerdin, Juni lalu.

Bukit Siguntang sendiri merupakan bukit kecil setinggi 29—30 meter dari permukaan laut yang terletak sekitar 3 kilometer dari tepian utara Sungai Musi. Secara administratif situs ini masuk Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang.

Di atas Bukit Siguntang terdapat kompleks pemakaman yang menurut penduduk lokal dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Melayu-Sriwijaya seperti Raja Sigentar Alam, Pangeran Raja Batu Api, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Tuan Junjungan, Panglima Bagus Kuning, dan Panglima Bagus Karang.

Rencananya kawasan Bukit Siguntang akan dibagi menjadi dua bagian, pertama untuk tempat-tempat bersejarah seperti makam, kampung buku, museum kapal, teater, dan bagian kedua untuk tempat rekreasi masyarakat seperti tempat untuk memberi makan hewan, taman bunga, dan restoran tradisional. Tempat ini kelak akan diberi nama Parameswara Heritage.

"Kita telah menyatakan sikap bahwa Bukit Siguntang fokus sebagai situs Kerajaan Sriwijaya dan menolak dipergunakan untuk yang lain," ujar Nurhadi Rangkuti saat diwawancarai Tribun Sumsel, Minggu (12/7)

Usai pembicaraan dengan Irene tersebut para peneliti dari Balai Arkeolog Palembang merasa was-was. Mereka khawatir situs Kerajaan Sriwijaya Bukit Siguntang akan mengalami nasib serupa dengan situs-situs lain yang kini menjadi pemukiman warga. Menurutnya sebelum situs Bukit Siguntang ada beberapa situs di Palembang yang telah hilang seperti di sekitaran Pelabuhan Boom Baru dan Pusri.

"Sampai sekarang kita (peneliti) belum tahu seperti apa rencana itu. Masih wacana," jelasnya

Nurhadi mengatakan pertemuan tersebut digagas oleh Irene. Selaku Kadisbudpar Irene juga tidak setuju atas rencana BOT Bukit siguntang tersebut. Karena itu ia mengumpulkan para peneliti dan sejarahwan untuk meminta pendapat atas usulan tersebut. "Saya lihat bu Irene menolak, yang lain juga menolak," ujarnya

Adanya rencana BOT Bukit Siguntang tersebut membuat Nurhadi bingung karena wacana mengubah wajah Bukit Siguntang tersebut akan perlahan mengikis sejarah Kerajaan Sriwijaya yang ada di sana. Sementara Gubernur Sumsel, Alex Noerdin sempat meminta kepadanya agar terus melakukan penelitian untuk memperkuat bukti-bukti Kerajaan Sriwijaya. "Salah satu penelitian di sana bahkan dibantu gubernur. Gubernur ingin mengungkap sejarah Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang," terangnya

Selain itu pengubahan nama Bukit Siguntang menjadi Parameswara Heritage akan berdampak buruk bagi sejarah Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang. Selama ini orang mengenal Bukit Siguntang sebagai tempat bersejarah. Apalagi nama tersebut bertujuan untuk komersil. "Pastinya akan mengubah pandangan masyarakat, tidak bisa seperti itu (mengubah nama)," lanjut Nurhadi

Dikhawatirkannya sejumlah peninggalan juga turut hilang seperti batu bata struktur candi. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga akan mengalami kesulitan padahal masih banyak bukti-bukti sejarah yang perlu diungkap.

Selama penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Palembang di Bukit Siguntang Nurhadi mengungkapkan telah banyak menemukan bukti-bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti Arca Budha ukuran besar yang sekarang berada di museum serta prasasti.

Pada tahun 90an Balai Arkeologi juga menemukan sisa-sisa bangunan dan keramik dari abad kedelapan hingga abad ke 10. Saat ini Balai Arkeologi tengah menyiapkan untuk melakukan penelitian sisa bangunan dari abad ke-7. "Untuk membuktikan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 berada di palembang," ujarnya

# Tempat Sakral

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Sumsel, Farida R Wargadalem mengatakan Bukit siguntang merupakan tempat sakral bagi warga Palembang, dan ini telah berlangsung dari masa ke masa.

Parameswara Heritage yang digagas oleh Yayasan Malaysia Indonesia dan Yayasan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Malaysia akan mengubah Bukit Siguntang dari pakem aslinya. "Bukan soal sepi atau ramai. Apakah ramai akan menjadikan lebih baik," ungkapnya

Bagi masyarakat yang mengetahui sejarah Bukit Siguntang pasti akan menolak adanya rencana menjadikan Bukit Siguntang sebagai Parameswara Heritage. Dirinya juga yakin pemerintah akan mengerti tentang hal tersebut.

Dalam paparannya bersama Disbudpar Sumsel Yayasan DMDI tertarik mengelola Bukit Siguntang karena mereka menganggap tempat tersebut adalah asal leluhur mereka, Parameswara.

Menurut Farida Parameswara muncul pada abad ke 13-14 sementara Kerajaan Sriwijaya telah ada di Bukit Siguntang pada abad ke-7. Hal ini dibuktikan dengan penemuan-penemuan benda seperti struktur batu candi yang telah ada sejak abad ke-7.

"Artinya ada rentang waktu panjang hingga 700 tahun antara Kerajaan Sriwijaya dan Parameswara di Bukit Siguntang," jelasnya

Ia menambahkan tidak hanya Malaysia yang mengakui leluhur mereka berasal dari Bukit Siguntang tapi juga Aceh, Jambi, dan Minangkabau.

Selain itu Pusat Unggulan Sriwijaya tengah mempersiapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Bukit Siguntang menggunakan teknik Geo Radar. Analisa mereka ada sejarah yang belum terungkap yang berada di bawah Bukit Siguntang.

Penelitian Geo Radar ini akan mampu mengetahui benda-benda apa yang berada di bawah tanah hingga kedalaman 20-30 meter.

"Selama ini penelitian hanya di permukaan saja. Penggalian dua hingga tiga meter,"terangnya

Penelitian yang menggunakan dana cukup besar ini diyakini Farida akan disetujui. Saat ini proposal sudah diajukan. Ia juga yakin pemerintah akan mendahulukan kepentingan yang lebih besar (penelitian) dibanding BOT Bukit Siguntang. (wan/and/bbn)

Selengkapnya di edisi cetak Tribun Sumsel hari ini, Senin (13/7/2015)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved