Mimbar Jumat

Jihad Sebenar Jihad

Tidak ada yang memungkiri bahwa bulan Ramadan adalah bulan jihad yang di dalamnya umat Islam menahan diri dan

zoom-inlihat foto Jihad Sebenar Jihad
TRIBUNSUMSEL.COM
Icon Tribunsumsel.com

TRIBUNSUMSEL.COM - Tidak ada yang memungkiri bahwa bulan Ramadan adalah bulan jihad yang di dalamnya umat Islam menahan diri dan mengendalikan hawa nafsunya dengan ibadah puasa. Puasa bukan sekedar perang melawan lapar dan dahaga serta syahwat atau segala hal yang membatalkan puasa belaka, namun sejatinya puasa merupakan perang dahsyat antara spirit kesalehan berhadapan dengan beringasnya hawa nafsu.
Sejarah mencatat bahwa perang badar adalah sebuah perang besar yang dimenangkan oleh umat Islam pada awal kejayaannya, terelebih lagi pada saat itu dengan jumlah pasukan yang sedikit Rasulullah dan para laskarnya berhasil memukul mundur pasukan Quraisy yang jumlahnya lebih besar, sungguh merupakan sebuah kemenangan dahsyat yang tak terbantahkan dan itu terjadi pada buan Ramadhan. Namun, sejarah pula menceritakan bahwa sekembalinya dari perang itu Rasulullah mengingatkan para pengikutnya bahwa jangan terlena dengan kemenangan di medan badar, karena sesungguhnya mereka baru saja pulang dari sebuah perang yang lebih kecil dan akan menghadapi perang yang lebih dahsyat yaitu perang melawan hawa nafsu, yakni puasa.

Sungguh berbahagialah umat islam yang dianugerahi Allah metode ampuh untuk mengendalikan hawa nafsu dalam dirinya berupa ibadah puasa yang difungsikan untuk melatih diri guna berjihad memenangkan akal dan ketaatan kepada Allah terhadap hawa nafsu dan kemaksiatan kepada Allah.

Makna Jihad

Jihad secara sempit seringkali dipahami sebagai perjuangan yang bersifat perang pisik semata. Pemahaman ini paling tidak disebabkan beberapa hal, yaitu pertama, karena pembahasan tentang jihad dalam kitab-kitab fikih selalu dikaitkan dengan perang dan ekspedisi militer sehingga meninggalkan kesan bahwa jihad tidak lain daripada perang; kedua, kata jihad selalu muncul dalam al-Quran manakala umat Islam sedang berjuang untuk menyelamatkan hidup dan agama mereka dari ancaman kaum kafir Qurays dan koalisinya, hal ini menimbulkan kesan bahwa jihad identik dengan perang pisik; ketiga, sempitnya pemahaman terhadap makna kata bi anfusihim (dengan jiwa mereka) dalam Q.S. al-Anfal: 72) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad dengan dengan harta dan dengan jiwanya di jalan Allah dan yang memberikan tempat tinggal serta menolong -kaum muhajirin- mereka itu adalah menjadi pelindung antara yang satu dengan yang lainnya.” Padahal, kata “anfus” dalam konteks jihad tidak dapat hanya dipahami sebagai jiwa dalam pengertian nyawa semata, melainkan semestinya dipahami sebagai diri manusia secara utuh yang meliputi nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga dan pikirannya.
Dengan demikian, jihad harusnya dipahami sebagai seluruh aktifitas dengan mengerahkan segenap kemampuan (pisik, nyawa, pikiran, kecerdasan, emosi dan harta benda) secara maksimal di jalan Allah untuk kepentingan membawa kemaslahatan umat manusia dengan hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.


Aplikasi Jihad

Dari segi bentuknya, jihad dapat dibagi menjadi 3 macam. Pertama, jihad menghadapi musuh yang secara nyata ingin menghancurkan umat Islam dan menjajah kemerdekaan serta melanggar hak kemanusiaan umat Islam. Jihad dalam bentuk yang pertama ini sejatinya adalah jihad yang paling mudah, karena aktifitasnya jelas mengingat musuh yang akan dilawan adalah nyata dan terlihat berhadapan dengan kita; Kedua, jihad menghadapi gangguan syetan yang merupakan musuh abadi bagi umat manusia yang harus selalu dilawan dengan segenap kemampuan. Jihad jenis ini cukup berat karena yang dihadapi adalah makhluk gaib yang tidak nampak di depan mata tetapi setiap saat selalu mengintai di sekitar manusia; Ketiga, jihad melawan hawa nafsu yang merupakan jihad paling besar dan paling berat, karena hawa nafsu yang dihadapi ada dan melekat pada diri manusia itu sendiri yang selalu menjerumuskannya agar melanggar larangan Allah dan mengabaikan perintah-Nya. Jihad seperti inilah yang selalu dilatih setiap tahun dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Dari aspek aplikasinya, jihad dapat dilakukan dalam 3 cara pula. Yakni pertama, Jihad melalui perang melawan musuh di medan perang yang sesungguhnya dengan menggunakan persenjataan militer. Perang seperti ini dilakukan untuk kepentingan membela agama, jiwa, kehormatan, keturunan (baca: generasi) dan harta benda umat Islam dari rongrongan musuh. Jihad ini hanya memungkinkan untuk dilaksanakan melalui pengorganisasian yang teratur dan terlatih, jika tidak hasilnya tidak akan efektif; Kedua, Jihad melalui hujjah, yaitu dilakukan dengan mempertahankan kehormatan Islam dari gangguan musuh Islam menggunakan argumentasi syar’iyyah dan ilmiah yang kuat baik secara lisan maupun tertulis.

Jihad seperti ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kapabilitas keilmuan yang cukup dalam memahami dan menjelaskan ajaran Islan secara baik dan benar sesuai tuntunan al-Quran dan sunnah Nabi; Ketiga, Jihad ‘amm, yakni jihad yang mencakup segala aspek kehidupan. Jihad seperti ini dapat dilakukan oleh siapa saja di antara orang Islam, kapanpun dan di manapun ia berada. Musuh yang dihadapi dalam jihad seperti bukanlah pasukan perang atau ahli berdebat, melainkan segala jenis keterpurukan yang dihadapi Islam dan umat Islam, mulai dari kemiskinan, kebodohan, kemaksiatan, dan segala hal lain yang merupakan akibat dari kekalahan akal terhadap hawa nafsu. Akhirnya, semoga bulan Ramadan ini menjadi momentum umat Islam untuk berjihad di jalan Allah dengan sebenar jihad, yakni jihad menyelamatkan diri dari penjajahan hawa nafsu terhadap akal sehat kita.

Oleh : M Arqom Pamulutan
Hakim Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci
Alumnus IAIN Raden Fatah Palembang

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved