Pemilihan Rektor Unsri

EKSKLUSIF: Calon Rektor Unsri Melobi Menteri

Upaya-upaya lobi, misalnya, merasa didukung oleh menteri merupakan suatu hal yang tidak perlu dideklarasikan.

SRIPOKU.COM/BERI SUPRIYADI
Sejumlah Mahasiswa Unsri yang Tergabung Kedalam Gerakan Diskusi dan Aksi Sriwijaya (Garda Sriwijaya) Menggelar Aksi Seruan Peduli Pilrek Unsri di Depan Gedung Rektorat 

TRIBUNSUMSEL.COM - Yuwono mengaku belum berani melobi senat dan pihak terkait lainnya sebelum ada kepastian namanya lolos proses penyaringan. Setelah diumumkan lolos, dia akan bertemu dan menyapa semua anggota senat, mantan rektor, kepala daerah, dan pejabat di kementerian.

“Saya akan assalamualaikum ke semua anggota senat dan tokoh-tokoh berpengaruh. Akan kusentuh hati dan pikirannya, bukan kepentingannya. Aku punya akses juga ke menteri sebagai sesama orang NU,” kata Yuwono.
Calon terkuat, Prof Amzulian Rifai, Dekan Fakultas Hukum (FH) Unsri, mengatakan, lobi-lobi yang terjadi saat Pilrek Unsri sah-sah saja dilakukan.

"Sah-sah saja orang (melobi) menggunakan jabatannya, memanggil seseorang, nelpon-nelpon. Paling penting bagi saya ujian sejak masuk Unsri. Saya tidak mau membebani diri saya dengan kepentingan-kepentingan orang lain," ujarnya saat dibincangi Tribun Sumsel.

Menanggapi lobi-lobi yang terjadi nanti, Amzulian mengatakan, bahwa ini adalah perguruan tinggi dan ia adalah sosok yang percaya bahwa para calon rektor adalah guru demokrasi, sehingga janganlah guru demokrasi itu mempertontonkan hal hal yang tidak demokratis.

"Upaya-upaya lobi, misalnya, merasa didukung oleh menteri merupakan suatu hal yang tidak perlu dideklarasikan. Pendeklarasian itu mungkin tujuannya untuk psywar. Silakan saja. Apakah anggota senat yang terhormat orang-orang yang terdidik begitu saja percaya. Masa iya menteri di negara demokrasi ini yang tengah mencanangkan revolusi mental akan melakukan hal seperti ini (dilobi)," ungkapnya

"Atas dasar itu, bagi saya silakan saja orang berkata didukung menteri segala macam, bagi saya, saya fokus persiapan pemaparan di depan anggota senat tanggal 15 ini," tambahnya.

Terkait suara kementerian, Amzulian mengaku yakin bahwa kementerian akan mempertimbangkan suara di bawah. Teknisnya, misal, kementerian memiliki 40 kertas suara. Maka 40 suara itulah yang diconteng menteri kepada kandidat yang dikehendaki.

"Saya yakin pemerintah di bawah reformasi dan juga mengumandangkan revolusi mental tentu memilih calon rektor tidak berdasarkan politis, tetapi berdasarkan integritas, karakter, kapabilitas, dan bagaimana dia di masa lalu. jangan sampai terpilih rektor yang publik tidak terima, baik publik Unsri maupun publik Sumsel, karena Unsri ini milik publik. Malulah Unsri jika memilih rektor yang tidak disukai publik," lanjutnya.

Menjadi orang nomor satu di institusi yang dipimpin adalah modal yang sangat kuat bagi Amzulian. Baginya semua kandidat calon rektor adalah orang-orang potensial dan bagus, tinggal kejelian anggota senat untuk menjatuhkan pilihan.

Lanjut Amzulian, komunikasi yang dibangun kepada kepala daerah oleh para calon rektor bukan karena adanya keterlibatan kepala daerah tersebut dalam menentukan siapa yang pantas menjadi rektor, melainkan kepala daerah (gubernur) merupakan ketua dewan penyantun di Unsri.

Amzulian tidak merasa terganggu dengan karakternya yang sering mengkritisi permasalahan pemerintah. Pemimpin haruslah memiliki karakternya sendiri. Tidak meniru orang lain. Kebanyakan pemimpin saat ini tidak menjadi diri sendiri.

"Amzulian Rifai harus menjadi Amzulian, seorang Anis Sagaf dia menjadi Anis, kemudian seorang yang namanya misalnya Slamet (Prof Slamet Widodo) harus menjadi Slamet, seorang misal nanti ada Erizal (Prof Erizal) ia harus menjadi Erizal. Seringkali yang terjadi pemimpin-pemimpin kita itu tidak menjadi dirinya sendiri," ucapnya. (tim)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved