Rumah Bari Suku Basemah Diburu Kolektor

Tak Semua Tergiur Jual Rumah Meski Ditawar Puluhan Juta

"Sudah banyak yang menawar rumah ini (rumah bari) namum bapak tidak mau," ujar Des, menantu Arsan.

TRIBUNSUMSEL.COM/ANDI AGUS TRIYONO
Rumah Bari khas Semende di Desa Air Puar, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat jadi incaran kolektor asal Bali dan Bogor 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tidak semua pemilik rumah bari tergiur untuk menjual rumah bari miliknya meski telah ditawar hingga puluhan juta.

Rumah bari milik Arsan, masih terjaga keasliannya. Ukiran-ukiran khas suku Basemah masih melekat di dinding rumahnya. Daun pintu yang menggunakan satu keping kayu juga masih terpasang. Beberapa bagian ukiran terlihat usang. Umur rumah bari milik Arsan telah mencapai 50-an tahun.

Rumah yang terletak di Desa Air Puar, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat, ini berada tepat di pinggir jalan desa. Setiap orang yang melintas akan melihat rumah tersebut.

"Sudah banyak yang menawar rumah ini (rumah bari) namum bapak tidak mau," ujar Des, menantu Arsan.

Sejak dinikahi anak Arsan, Des telah menetap di rumah tersebut selama enam tahun. Selama enam tahun itu banyak orang yang datang untuk menawar rumah. Mulai dari ukiran, pintu, bahkan semua bagian rumah.

Orang yang datang menawar tersebut mengaku tertarik dengan kayu-kayu rumah bari. Menurut cerita Des, orang tersebut mengaku ingin membeli rumah bari karena kayu tersebut sangat baik untuk digunakan sebagai media pengembangbiakan jamur.

"Dia cerita dengan saya untuk itu (pengembangbiakan jamur). Tidak tahu benar atau tidak," terangnya

Meski ditawar Rp 40 juta untuk semua bagian rumah, rumah bari tersebut tidak dijual pemiliknya. Alasannya, rumah bari merupakan rumah peninggalan nenek moyang dan harus dijaga.

Tawaran-tawaran untuk menjual bagian rumah bari miliknya terus berdatangan. Seorang pria yang mengaku dari Bali berminat untuk membeli ukiran rumah bari. Ia menghargai ukiran rumah bari senilai Rp 60 juta. Harga tersebut tetap tidak membuat pemilik rumah bergeming.

"Pintunya saja pernah juga ditawar Rp 500 ribu. Tiang-tiangnya Rp 1 juta," ungkapnya.

Menurutnya, harga yang ditawarkan oleh pembeli memang sangat menggiurkan. Hanya saja ia dan keluarganya masih berpikir panjang. Uang puluhan juta tersebut tidak akan cukup untuk membuat rumah baru yang lebih baik dari rumah barinya sekarang.
"Kalau mau buat rumah dari beton tidak akan cukup juga. Bapak milih tidak mau menjual," lanjut Des.

Meski telah mengalami perubahan (renovasi), rumah bari yang didiami mertua Des tetap menjaga bagian-bagian penting rumah bari. Rumah tersebut hanya ditambahi dinding beton di bagian bawah rumah.

Sedangkan bagian atas tetap rumah bari. Tiang-tiang rumah juga masih menggunakan sistem knock down untuk menyambungkan kayu satu dengan kayu lainnya.

"Kebetulan bapak bisa nukang (tukang) jadi setiap ada yang rusak diperbaiki sendiri," ujarnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved