Opini
Orangtua dan Guru Tim Sukses UN Jujur
MENDIDIK anak hanya pintar tanpa karakter jujur, berpotensi menciptakan koruptor masa depan. Biaya Ujian Nasional tahun 2015
TRIBUNSUMSEL.COM - MENDIDIK anak hanya pintar tanpa karakter jujur, berpotensi menciptakan koruptor masa depan.
Biaya Ujian Nasional tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp 560 miliar, dengan jumlah peserta ujian sebanyak 7,3 juta siswa. Akankah anggaran sebesar itu membuahkan berjuta generasi penerus yang mempunyai karakter atau bibit koruptor masa depan yang lulus melalui UN yang tidak jujur.
UJIAN Nasional tahun ini tidak lagi menjadi penentu skelulusan siswa, namun bisa menjadi penentu kelulusan untuk para orangtua dan guru sebagai tim suksesnya.
Orangtua harusnya menyadari benar bahwa merekalah penanggung jawab utama dalam pendidikan putra-putrinya. Berhasil tidaknya pendidikan seorang anak dihubungkan dengan perkembangan pribadi orangtuanya dan baik tidaknya hubungan, komunikasi dan role model dalam keluarga.
Pandangan umum para orangtua, mengganggap anak yang menginjak remaja tidak perlu diawasi terlalu dalam dan menyerahkan pendidikan hanya kepada sekolah, menggambarkan bahwa orangtua kurang bertanggung jawab. Hal tersebut terlihat apabila ada pertemuan orangtua ataupun pengambilan nilai rapor, hanya sebagian kecil orangtua yang menyempatkan untuk hadir. Namun apabila nilai yang didapatkan sang anak tidak memuaskan, tak jarang langsung menyalahkan pihak sekolah yang tidak becus mendidik.
Ujian Nasional adalah salah satu bentuk pembuktian tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan sang anak dan sebagai donatur generasi masa depan. Apakah anak tersebut bisa lulus, lulus dengan curang, atau lulus dengan jujur. Apakah anak tersebut bisa menjadi generasi yang berkarakter atau calon koruptor masa depan.
Orangtua dapat menjadi tim sukses UN, dengan memberikan penguatan pribadi kepada anak, bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dengan UN, namun jangan dianggap remeh.
Orangtua dapat memantau kesiapan anak dalam menghadapi UN dengan beragam cara, diantaranya; dengan memahami informasi tanggal penting UN, mengkondisikan situasi rumah lebih nyaman dan kondusif, berkomunikasi lebih dekat tanpa harus mengingatkan anak untuk belajar secara berulang-ulang, mengingatkan kepada anak untuk percaya diri dan tidak terpengaruh dengan bocoran soal yang beredar, dan berkomunikasi dengan guru atau wali kelas berkenaan dengan kesulitan yang dialami selama proses belajar di sekolah.
Pendidikan juga merupakan tanggung jawab utama guru sebagai motor penting dalam proses belajar mengajar di kelas. Tugas guru di sini bukan hanya mendidik siswa menjadi pintar dan mampu menjawab soal-soal UN dengan benar, namun membangun karakter siswa, dengan menjadi teladan.
Akan sangat berbahaya apabila mendidik anak supaya pintar namun tanpa karakter moral.
Mendikbud Anies Baswedan mengatakan ada dua jenis karakter. Pertama, karakter moral, yakni kejujuran, keikhlasan. Kedua, karakter kinerja, seperti sikap tangguh dan ulet.
Seorang guru harus bisa menanamkan kejujuran dalam diri siswa sebagai bagian dari pembangunan karakter. “Jujur saja tapi pemalas, tentu tidak banyak gunanya. Oleh karena itu untuk membangun karakter siswa, guru mesti bisa menjadi teladan. Kemudian membiasakan siswa, dan baru mendisiplinkan.”
Paradigma umum berkenaan bahwa guru adalah tim sukses bobroknya UN, yang membantu siswa dengan cara memberikan jawaban soal UN, harusnya berubah. Guru adalah tim sukses UN JUJUR, karena guru haruslah percaya diri dengan kemampuannya dalam mentransfer ilmu kepada siswa, dan yakin siswa mampu menjawab soal-soal yang diujikan.
Suatu kebanggaan dan pengabdian seorang guru, apabila dapat membentuk generasi calon pemimpin masa depan yang berkarakter, berarti guru telah membantu untuk mengubah Indonesia lebih baik ke depannya.
Pemerintah menetapkan hasil UN tidak menjadi syarat kelulusan. Hal itu dilakukan agar bukan hanya nilai tinggi yang dicapai tapi juga kejujuran. Dengan anggaran sebesar Rp560 Miliar, yang konsep dasarnya untuk membentuk generasi yang lebih baik ke depannya. Niat baik pemerintah ini harus disambut dengan baik dan disukseskan oleh para orangtua dan pihak sekolah khususnya guru.
UN Jujur adalah hoax, akan berubah apabila tercipta pendidikan kaya ilmu dan berkarakter melalui kolaborasi dari orang tua dan guru, sehingga tercipta harmoni yang sempurna antara rumah dan sekolah.
Oleh: Yenni Lidyawati MPd
Guru SMAN Sumatera Selatan