Mimbar Jumat
BKPRMI SUMSEL dari Periode ke Periode
ADA ungkapan dari orang bijak : “Seorang organisatoris ulung adalah dia yang berhasil menurunkan estafet kepemimpinan kepada orang sesudahnya, dan pen
TRIBUNSUMSEL.COM - ADA ungkapan dari orang bijak : “Seorang organisatoris ulung adalah dia yang berhasil menurunkan estafet kepemimpinan kepada orang sesudahnya, dan penggantinya itu berhasil lebih baik darinya menjalankan roda organisasi”.
INILAH yang terjadi dengan BKPRMI yang akan bermusyawarah mencari pengganti pengurus. Dan mulai tanggal 3 sampai 5 April 2015 ini, berlangsung MUSWIL (Musyawarah Wilayah) BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) VIII (ke delapan) bertempat di Asrama Haji Palembang.
Kalau menurut hitungan MUSWIL-nya berarti sudah tujuh periode berlalu atau tujuh orang ketua. Ternyata tidak, sebab sampai periode ketujuh ini baru 5 (lima) orang tercatat sebagai ketua BKPRMI Sumsel. Organisasi ini berdiri atau mulai eksis di Sumatera Selatan sejak tahun 1985- 1990 dipimpin oleh M.Ali Azhari, ketua pertama. Waktu itu 1 periode= 5 tahun. Yang dipilih oleh Tim Formatur waktu itu.
MUSWIL I-II (1990-1994 - 1994-1998 pertama dan kedua ) terpilih Drs. Ayik Ali Idrus sebagai ketua. MUSWIL III-IV (ketiga dan keempat)1998-2001- 2001- 2004 terpilih Drs. Zakaria Matcik, MUSWIL V (kelima), 2004-2007- terpilih Sohiri AR (satu periode). MUSWIL VI (ke enam dan ketujuh ), 2007-2010-2010-2014 memilih Alhanan ketua dan Sekretaris Drs. Zulkarnain Daud Idris, dua periode.
Drs.Zulkarnain Guru SMKN 2 Plg. itu, agaknya sudah pantas menduduki jabatan ketua BKPRMI sesudah MUSWIL VIII (ke delapan) ini.
Periode pertama Sekretariat BKPRMI semula Masjid Taqwa Jl.Telaga Palembang (tahun 1985 hingga tahun 1991). Pada tahun 1991 itulah dimulainya TK/TP Al Qur’an metode Iqro, Mungkin karena tidak nyaman dengan banyaknya anak-anak yang “bermain” di masjid, seorang pejabat yang kebetulan menjadi pengurus masjid Taqwa, mengusir mereka. Maka tahun 1992 mereka pindah ke Rumah Pribadi M.Ali Azhari, Km 4 Lrg. Jasa Bhakti, depan MAPOLDA SS sampai tahun 2008, sampai periode keenam.
Berbeda dengan Dewan Pimpinan Pusat BKPRMI yang bermarkas di bagian bawah (lantai dasar) masjid Istiqlal Jakarta. Karena memang bangunan masjid Istiqlal dibuat sedemikian rupa sehingga sangat memungkinkan untuk Sekretariat beberapa Organisasi Islam di sana, dan mereka harmonis.
Pengurus BKPRMI Sumsel berusaha mendapatkan Sekretariat yang ideal dan refresentatif. Adalah seorang pengusaha bernama HM.Syukri bin H.Senen menyerahkan kepada pengurus sebuah Musholla untuk Sekretariat berlokasi di Jl. Letnan Yasin, depan RSUP Palembang. Sekretariat “Musholla Nurul Islam” itu dimanfaatkan oleh salah satu badan otonom BKPRMI yaitu LPP DPI (Da’wah dan Pengkajian Islam) yang dipimpin oleh Direktur Wilayahnya Muhammad Syubli.LN.
Kemudian pada tahun 2001 HM.Syukri juga memberikan (mewakafkan) sebidang tanah (± 2000 m) kepada BKPRMI untuk dimanfaatkan menjadi masjid dan kantor atau apalah. Lokasinya di sekitar KM 9 Kelurahan Kebun Bunga. Yang sekarang sudah berdiri disana sebuah Masjid, gedung pertemuan dan juga sekolah. Dan sudah ada Yayasan “Al Kahfi” yang mengelola asset itu. Lokasi itu agaknya memang kurang cocok untuk Sekretariat, karena tempatnya yang agak terpencil. Maka tahun 2008 pengurus menerima “kebaikan hati” gubernur Sumsel untuk memanfaatkan Gedung bekas Dinas Kesehatan sebagai Sekretariat, walau terpaksa berdesakan bersama Ormas-ormas lain. Seperti LPTQ, ICMI, MUI, Lembaga Adat dan lain-lain.
Adanya konsep mempelajari Al Qur’an dengan Metode IQRO’ oleh KH. As’ad Humam dari Yogjakarta (tahun 1991) dan ditawarkan kepada BKPRMI, membuat BKPRMI tertarik untuk “memasarkannya” ke seluruh Indonesia melaui TKA (Taman Kanak-kanak Al Qur’an) dan TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an). Akhirnya sampai sekarang BKPRMI “asyik” membina TKA dan TPA sehingga lupa dengan “Remaja Masjid”nya.
Waktu itu setiap hari Ahad ada pembinaan para Ustadz/ustadzah di Masjid “As Saadah” untuk menyamakan Missi, Visi dan metode mengajar serta pengetahuan Organisasi BKPRMI. Pada masa itu semangat para ustadz/ustadzah membina anak-anak TK/TP Al Qur’an sangat antusias sekali. Apalagi anak –anak yang belajar membayar.
Dengan baju seragam mulanya kuning muda, kemudian belakangan seragam itu beraneka ragam, seperti batik dan sebagainya. Setiap tahun ada Wisuda Santri, jumlahnya sampai ribuan se Sumatera Selatan, biasanya di Pusatkan di Palembang, dengan pakaian “kebesaran Toga, Gordon” dan sebagainya. Biasanya melibatkan semua pejabat di tingkat kota, kabupaten sampai tingkat Provinsi.
Memperhatikan ungkapan orang bijak di atas, mungkin saja ada “pemuda” yang sudah bangkotan duduk di organisasi dan tidak mau bergeser, baik melalui forum resmi seperti MUSWIL atau MUSDA dan sebagainya, sehingga dia puluhan tahun di organisasi, saking hobbinya berorganisasi, minta terus dikatakan “pemuda”.
Meski umurnya sudah lebih dari 50 tahun, meski dia sudah beranak bahkan sudah pula punya cucu. Pengurus Wilayah sudah silih berganti dari periode ke periode, sementara dia masih mendekam, keenakan duduk, lupa berdiri.
Itu artinya si “pemuda” itu bukan organisatoris, dia tidak ada maksud mewariskan kepemimpinannya kepada orang yang lebih muda. Lebih celaka lagi kalau dia jadi “pemain tunggal”. Dia ketua, dia sekretaris dan dia bendahara. Waah, hebat dong! Artinya organisasi itu akan mati kalau sang pemimpin mati.Tentunya bukan ini yang diharapkan, kader organisasi yang berhasil dan baik adalah yang dapat memberikan estafet kepemimpinan kepada orang lain.