Mimbar Jumat
Musim Batu Atau Zaman Batu?
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil
TRIBUNSUMSEL.COM - Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. (Al Ankabut, 40)
Setidaknya sejak tahun 2014 lalu muncul “Musim Batu” di mana-mana terlihat orang keranjingan batu. Hanya saja yang perlu diperhatikan adanya musim batu ini apakah sekedar “KAB” (Keranjingan Asesoris Batu), ini saya pinjam istilah Bung Gusjandjara Arni, dalam “Warta Da’wah”(Edisi 01/Th.XV/Jan.2015), itu Fenomena belaka? Ataukah sudah mengarah kepada kemusyrikan? Sebab Wabah epidemik (penularan) penyakit demam asesoris batu ini, menjalar hampir kesemua tingkat golongan warga, lelaki perempuan, ibu bapak remaja dan anak-anakpun terkena penularan KAB.
Bangsa Indonesia ini agaknya sering dilanda musim. Ada musim yang rutine datang setiap bulan, dan setiap tahun. Seperti musim panen, panen apa saja, mulai dari panen padi, jagung, ubi, buah mangga, durian, rambutan, duku dan segala jenis buah.Ini sudah biasa dan tidak aneh lagi, termasuk musim layang-layang, musim petasan dan lain-lain. Ada buah musiman, buah tahunan dan ada juga buah tanpa musim.
Musim-musim itu ada berlangsung terus sepanjang zaman, tetapi ada yang tergilas oleh zaman. Seperti musim Ikan Tempalo, musim Ikan Arwana, musim ikan LOUHAN dan sebagainya, musim-musim ikan itu seolah tergilas oleh zaman, hilang begitu saja. Apakah “Musim Batu” juga akan tergilas zaman ? entahlah, ataukah kita akan kembali kezaman batu lagi? kita tunggu saja akhirnya nanti.
Ada seloroh seorang teman ; sekarang ini kalau isteri kehilangan suami, jangan dikira dia main wanita lain, atau selingkuh tapi mungkin sang suami ada di pasar Batu atau tempat mengasah batu. Untuk batu mereka rela menghilangkan waktu berjam-jam. Usahkan sholat, makanpun mungkin mereka lupa, saking asyiknya memilih atau mengasah batu. Di mana saja ada tumpukan batu koral/batu kali sekarang, pastilah banyak orang yang mengerumuninya, mencari kalau-kalau ada batu yang berharga.
Zaman Jahiliyah
Di zaman dulu orang-orang Jahiliyah mulai dari ummat Nabi Nuh As, Nabi Luth As, Nabi Ibrahim As, sampai ummat Nabi Muhammad Saw, menyembah patung dan berhala dari batu serta diberi nama seperti ; Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr, ada pula Latta, Uzza, Manat dan Hubal dan lain-lain.
Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang berbicara tentang batu, patung dan berhala. Diantaranya ayat-ayat berikut ini ; “Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr {nama-nama berhala pada qabilah kaum Nuh} (QS.Nuh, ayat 23).
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala(Batu),{Asal makna Inaatsan ialah wanita-wanita. Patung-patung berhala yang disembah Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan sebagai Laata, al Uzza dan Manah. Dapat juga berarti di sini orang-orang mati, benda-benda yang tidak berjenis dan benda-benda yang lemah} dan (dengan menyembah berhala (Batu itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” (An Nisa, 117)
Zaman sekarang ada juga nama-nama batu seperti ; Teratai Pancawarna dan Sarang Tawon (Khas MURATARA), Sunkist, Akik Pancawarna (Asal OKU, Baturaja), Sungai Dareh (Asal Sumbar). Biru Langit (Spirtus),Garut Hijau (dari Jawa), Biduri Bulan, Lumut, Aren, Lavender, Cendana, Kulit Jeruk, Mata Biru dan Cempaka Madu (dari Aceh). Adapula yang bernama Badar, mulai dari Badar Sulaiman, Badar Asem, Badar Emas, Badar Perak, mungkin juga ada Badarudin. Rubi, Giok, Giok Kandi, adapula Giok Arab tapi bergambar Naga, Bacan Hijau, Safir Biru, Kecubung, Kecubung Ayek, dan mungkin masih banyak lagi.
Orang pasti mengelak bila dikatakan “menyembah batu”. Jelas batu-batu itu tidak disembah seperti patung atau berhala zaman dulu.Tetapi yang sering terdengar dari pembicaraan orang-orang gila batu, ada jenis batu yang menjadi kiblat adanya Tuhan tandingan.
Karena ditengarai jenis batuan itu dapat merubah nasib, penglaris dagang, merubah posisi jabatan terhormat, perubahan status sosial, juga termasuk nasib perjodohan. Ada batu yang disebut sebagai jimat pengasihan, atau si pemakai akan tenang jiwanya jika dia memakai batu tersebut. Sehingga timbul kecintaan yang mendalam pada batu atau Cincin itu. inilah yang dinamakan syirik. Nauzubillahiminzalik, perhatikan firman Allah ini.
Luruskan Iman
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu {Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah, termasuk percaya kepada kekutan batu} mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(QS.Al Baqoroh; 165)
Jika sekedar senang dengan batu karena nilai seninya, dibuat cincin penghias jari mungkin tidak menjadi soal. Tetapi bila mempercayai, apalagi meyakini batu-batu itu mempunyai kharisma, kekuatan dan sebagainya, itu sama artinya bertuhan kepada batu, apalagi sampai lupa makan, sholat dan kewajiban lainnya. Maka itu kepada mereka kita ingatkan dengan firman Allah ini ;
“ Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. (Al Ankabut, 40)
Bila kepercayaan kepada batu zaman sekarang terjerumus kepada syirik, atau mempersekutukan Allah, dengan kata lain kembali kezaman batu. Saya hanya khawatir azab Allah akan turun kepada bangsa ini dalam berbagai bentuk, tidak mesti seperti yang pernah terjadi zaman dulu, sebagaimana firman Allah ;