Mimbar Jumat
Pemuda Dilarang Salah Ambil Tindakan
Yang paling penting dilakukan sebagai pemuda baik itu pelajar maupun mahasiswa ialah jihad melawan rasa malas dalam diri kita sendiri dan bersungguh s
TRIBUNSUMSEL.COM - Yang paling penting dilakukan sebagai pemuda baik itu pelajar maupun mahasiswa ialah jihad melawan rasa malas dalam diri kita sendiri dan bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu untuk mempersiapkan dirinya karena ia merupakan aktor yang diharapkan dapat mengubah hal tersebut.
KIAN marak di beritakan oleh banyak media tentang jihad dan terorisme tentu sangat menarik minat pemuda untuk dapat mengkajinya lebih dalam. Mencari suatu kebenaran makna akan jihad dan bahaya serta ancaman yang di timbulkan oleh aksi terorisme agar tidak terjebak dalam suatu sekumpulan pemuda yang gelisah, mencerminkan kekacauan akidah, kedangkalan berpikir, emosional, dan beringas. Mereka adalah pemuda yang kurang atau tidak paham akan makna sesungguhnya mengenai jihad dan tidak memiliki bekal yang memadai tentang kitabullah serta sunnah Rasul maupun perjuangan beliau dalam berdakwah.
Selain itu, mereka memiliki tindakan yang serampangan terhadap kitabullah dan sunnah Rasul yang mengambil makna-makna lahiriah lalu dianggapnya hal itu sebagai ajaran agama yang sakral, tidak boleh dilanggar dan mereka pertahankan dalam derajat yang boleh dikata sangat membabi buta.
Agar tidak terjebak dalam dinamika berfikir seperti diatas maka kita sebagai pemuda harus lebih dulu paham makna jihad itu sendiri.
Jihad yang identik dengan aksi terorisme ini merupakan pemahaman yang sangat keliru oleh masyarakat dan jangan sampai pemuda yang merupakan harapan terbesar bangsa juga ikut salah menerjemahkan jihad dalam bentuk peperangan mengangkat senjata, membantai dengan tidak manusiawi, bahkan melakukan aksi bom bunuh diri untuk melawan orang kafir yang memusuhi agama Allah, maka selesailah dan pasti surga.
Jihad sebagaimana amalan lainnya, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa jenis jihad ditinjau dari obyeknya, memiliki empat martabat, yaitu:
1. Jihad memerangi nafsu
Nabi Muhammad bersabda “Seorang mujahid adalah orang yang berjihad memperbaiki dirinya dalam ketaatan kepada Allah.”Jihad memerangi hawa nafsu merupakan jihad dalam bentuk ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangannya, memerangi jiwa dengan cara menuntut ilmu dan memahami agama Islam, memahami al Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman.
2. Jihad memerangi setan
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :1(10)
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh (kalian), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”Lalu jihad memerangi setan merupakan perlawanan diri kita terhadap godaan-godaan syetan yang akan merusakan iman dan melawan keinginan buruk yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
3. Jihad memerangi orang kafir dan munafik
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman: 1(11) “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam.Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”
Jihad memerangi orang kafir dan munafik disini ialah memerangi mereka secara hati, lisan, harta dan jiwa.S ecara hati ialah tidak memberikan loyalitas ataupun kecintaan terhadap mereka. Secara lisan ialah menjelaskan kebenaran dan membantah kesesatan serta kebatilan-kebatilan mereka. Secara harta adalah menafkahkan harta di jalan Allah dalam perkara jihad perang atau dakwah, serta menolong dan membantu kaum Muslimin. Secara jiwa adalah memerangi mereka dengan tangan sampai mereka masuk Islam atau kalah.Keempat komponen itu akan membentuk sebuah kekuatan dalam diri kita agar senantiasa berpegang teguh pada agama Allah.
4. Jihad memerangi orang zholim, ahli bid’ah, dan pelaku kemungkaran
Rasulullâh shollallâhu ‘alahi wa sallam bersabda“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka hendakkah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu, maka dengan lisannya, jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya keimanan.”
Berjihad dengan tangan ditujukan bagi siapa yang mempunyai kemampuan untuk mengubah dengan tangannya, sesuai dengan batas kemampuan yang Allah berikan kepada mereka. Lalu berjihad dengan lisan , hal ini juga bagi siapa yang punya kemampuan merubah dengan lisannya. Selanjutnya ,berjihad dengan hati. Yaitu mengingkari kezholiman, bid’ah dan kemungkaran yang terlihat bila tidak mampu merubahnya dengan tangan atau lisannya.
Keempat jenis jihad di atas jelas telah membuktikan bahwa jihad tidak serta merta harus memerangi orang kafir dengan cara kekerasan, anarki, membabi buta membantai dengan tidak manusiawi yang justru menceerai nilai – nilai islam murni itu sendiri.
Namun yang paling penting dilakukan sebagai pemuda baik itu pelajar maupun mahasiswa ialah jihad melawan rasa malas dalam diri kita sendiri dan bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu untuk mempersiapkan dirinya karena ia merupakan aktor yang diharapkan dapat mengubah hal tersebut.
Pemuda memiliki semangat yang kuat serta pikiran yang jernih. Rasulullah Muhammad SAW, mengatakan bahwa orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah (fi sabilillah) hingga ia kembali ke rumahnya.
Ilmu dan Ibadah
Rasulullah Muhammad SAW sangat mendorong kegiatan menuntut ilmu. Beliau mengatakan bahwa kelebihan orang yang memiliki ilmu pengetahuan dibandingkan orang yang ahli ibadah namun tidak berpengetahuan adalah bagaikan perbandingan cahaya bulan purnama dengan cahaya bintang-bintang di langit.
Sebagai mahasiswa, kita memiliki potensi untuk menjadi lebih baik dan lebih berkualitas. Oleh karena itulah, keberadaan kita tentunya harus membuat kita bisa menjadi jauh lebih baik dan berkembang.
Terakhir, penulis ingin menekankan bahwa disamping kita harus bersungguh-sungguh (berjihad) untuk menjadi seseorang yang cerdas dan profesional, kita juga harus berusaha untuk menguatkan kedekatan kita dengan Allah. Allah lah sumber kekuatan dan inspirasi kita. Firman Allah dalam QS AL-Imran ayat 160 sangat jelas akan hal tersebut.
“Jika Allah menolong kamu, maka tak ada yang bisa mengalahkan kamu, tapi jika Allah meninggalkan kamu, maka siapakah yang bisa menolong kamu setelah itu. Dan hanya pada Allah lah orang mukmin bertawakkal”
Oleh : Ayatullah Farhan
Aktivis HMI Komisariat FH Unsri
Sekretaris Jendral BEM FH Unsri