Liputan Khusus
Rela Bayar Rp 6 Juta untuk Jadi TKS di Pemkab PALI
Mereka rela mengeluarkan uang untuk mengabdikan sebagai Tenaga Kerja Sukarelawan (TKS).
TRIBUNSUMSEL.COM, PALI - Bekerja di kantor pemerintah seperti menjadi idaman bagi sebagian para kaum muda yang baru menyelesaikan masa studi Sekolah Menengah Atas (SMA), menyandang gelar diploma III dan strata I. Mereka rela mengeluarkan uang untuk mengabdikan sebagai Tenaga Kerja Sukarelawan (TKS).
Bahkan sebagian TKS rela bekerja tanpa dibayar upah atau gaji per bulan demi memakai baju seragam dinas baju hijau hansip dan baju seragam kuning di Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) PALI.
Gayung pun bersambut ada penawaran dan pembeli maupun sebaliknya, disisi lain para pekerja tersebut membutuhkan lapangan kerja namun disisi lain dimanfaatkan oleh oknum tertentu yang mengaku bisa menjanjikan bekerja di Pemkab PALI sebagai TKS bahkan mereka dijanjikan akan diangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dari sumber Tribun, seorang pria yang bekerja sebagai TKS di Pemkab PALI dengan memakai kostum baju safari warna hijau dan penampilan rapi mengaku sudah lima tahun belum dibayar gaji, bahkan dirinya untuk bekerja di lingkungan Pemkab PALI harus mengeluarkan uang.
"Orangtua saya memberikan uang Rp 3 juta dan mengaku kenal dekat dengan pejabat di lingkungan Pemkab PALI," kata sumber Tribun.
Menurutnya, uang yang disetor kepada oknum tersebut tidak terlalu mahal, bahkan ada yang memberi uang sampai Rp 6 juta untuk mempercepat agar surat lamaran tersebut di acc(terima) pejabat Pemkab PALI.
Meski sebagian TKS hanya digaji Rp 600 ribu per bulan dengan cara dibayar per triwulan (tiga bulan satu kali) bahkan ada yang belum dibayar sampai lima bulan bekerja, mereka tetap semangat bekerja di Daerah Otonomi Baru (DOB) yang belum menginjak usia dua tahun setelah pemekaran dari Kabupaten Induk.
"Saya hampir enam bulan bekerja di Pemkab PALI, namun belum pernah digaji sepeser pun, Pemerintah beralasan belum ada anggaran untuk membayar gaji saya selama enam bulan," katanya seraya mengatakan masih banyak temannya yang belum dibayar gaji.
Ia menjalaskan jarak tempuh dari Pemkab PALI ke rumahnya berkisar puluhan kilometer. Selama berkerja enam bulan ia terus meminta uang saku kepada orangtua untuk biaya transportasi seperti mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) motor miliknya dan biaya kehidupan sehari-hari.
"Saya sebenarnya malu, minta uang saku untuk ongkos bekerja, namun apadaya gaji saya belum pernah dibayar selama berkerja," keluhnya ketika ketemu wartawan Tribun yang meminta nama tidak dicantumkan untuk kenyaman saat berkerja di Pemkab PALI.
Berharap Anak Kelak Jadi PNS
Orangtua dari TKS tersebut berharap agar anak yang berkerja TKS di Pemkab PALI bisa diangkat sebagai PNS, bahkan dirinya rela meroggoh uang Rp 3 juta sampai Rp 6 juta untuk memperlancar anaknya bekerja di Pemkab PALI.
"Saya memberi uang, kepada yang membawa berkas surat lamaran anak saya agar cepat masuk berkerja di Pemkab PALI sebagai TKS," katanya.
Menurutnya, uang tersebut tidak terlalu membeban bagi keluarganya, asalkan anak bisa bekerja di Pemkab PALI dan memakai baju seragam Pemkab PALI.
"Biaya anak saya bekerja sehari-hari tetap saya yang menanggung, karena gaji anaknya belum dibayar, bahkan apabila gaji anak saya dibayar tidak cukup juga untuk biaya kehidupan sehari-harinya, seperti biaya trasportasi berkarja serta biaya lainya," ungkap pria yang berumur diatas 50 tahun tersebut.
Dia mengatakan setelah anaknya lama mengabdi di Pemkab PALI maka akan berharap diangkat sebagai PNS sesuai dengan informasi yang diberikan oknum tersebut. (mg8)