Ramai Buru Harta Karun di Banyuasin
Warga Beramai-ramai Buru Harta Karun di Desa Margo Mulyo, Banyuasin
Temuan bangkai kapal misterius diduga peninggalan kerajaan sebelum masa Sriwijaya telah memicu warga berduyun-duyun datang ke Desa Margo Mulyo,
TRIBUNSUMSEL.COM, BANYUASIN - Temuan bangkai kapal misterius diduga peninggalan kerajaan sebelum masa Sriwijaya telah memicu warga berduyun-duyun datang ke Desa Margo Mulyo, Kecamatan Muara Sugihan, Banyuasin. Mereka berburu harta karun berupa emas.
Cerita temuan teko emas seharga Rp 70 juta dan gaji buruh angkut senilai Rp 10 juta menjadi penyemangat para pemburu harta karun dari berbagai daerah. Mereka melakukan pencarian menggunakan cangkul, mesin air, ayakan untuk melimbang, dan bahkan paranormal.
"Adik saya itu dapat cincin, ditawar orang gak dijual. Warga banyak yang menemukan serpihan-serpihan emas. Mereka menjualnya karena itu murni emas asli," kata Subari, anak Lasmijan.
Tribun bertamu ke rumah Subari, Sabtu (23/8) lalu. Subari ini anaknya Lasmijan, pemilik lahan persawahan tempat ditemukan bangkai kapal berukuran besar di Desa Margo Mulyo, pada 2010 lalu.
Di lahan tempat penemuan bangkai perahu itu, merupakan aliran sungai alam yang sudah mati. Di sepanjang aliran sungai itu, menurut Subari, banyak ditemukan berbagai benda-benda seperti emas, pecahan gerabah, maupun tembikar. Berburu harta karun, kata Subari, sudah melibatkan "orang pintar" atau paranormal.
Bahkan di beberapa titik tertentu, lahan tempat penemuan benda-benda bersejarah itu dilakukan penggalian dengan menggunakan mesin.
Ketika musim hujan, biasanya warga sekitar memanfaatkan lahan tersebut untuk mencari emas dengan cara melimbang.
Titik pencarian khususnya di areal persawahan yang digenangi air. Saat itulah warga menggunakan peralatan sederhana menyaring tanah untuk mendapatkan serpihan emas.
"Ini sudah sepi, kemarin masih banyak yang ke sana mencari emas. Ada yang menggali tanah menggunakan mesin air, jadi tanahnya disedot atau dicangkul juga. Biasanya tiap tahun selalu ada yang mencari emas. Kalau musim hujan, pastinya pasti ada yang melimbang di sana," kata Subari.
Informasinya, di beberapa titik temuan sejarah tersebut selain di Margo Mulyo juga ada di Desa Rejosari. Dua wilayah ini dijadikan sebagai tempat berburu harta karun. Selama ini banyak warga yang menemukan emas baik itu cincin maupun hanya berupa serpihan-serpihan saja.
Pantauan Tribun, di lahan persawahan milik Basri, warga desa Rejosari SP 11, Jalur 14 Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin, sebuah pecahan-pecahan tembikar berserakan.
Di sebagian titik lahan persawahan seluas 20 meter persegi itu, selain pecahan tembikar, ditemukan juga berbagai benda kuno seperti pecahan guci keramik dan lain sebagainya dengan beragam bentuk bahkan tengkorak pun ada.
Kondisi lahan tersebut tampak seperti telah dilakukan penggalian menggunakan cangkul. Itu terlihat dari struktur tanah yang tidak sama dengan lahan sekitarnya. Tak begitu dalam cangkulan tanah tersebut, tapi berbagai pecahan benda kuno sudah terlihat.
Tribun Sumsel juga mengunjungi penemuan bangkai perahu di Desa Margomulyo Kecamatan Muara Sugihan Banyuasin. Di lahan persawahan milik Lasmijan itu, bangkai perahu sudah tidak tampak. Tanaman jagung sudah tumbuh di atas penemuan bangkai perahu tersebut. Tiap tahun lahan tersebut selalu dikelola.
Sementara, penemuan bangkai perahu berupa papan yang panjangnya sekitar 11 meter di lahan itu pada tahun 2010 lalu, hingga kini masih diletakkan di pinggir kediaman Lasmijan. Kondisinya sudah retak-retak akibat perubahan cuaca.
Sedangkan penemuan tiang-tiang yang diduga bekas perumahan jaman dahulu, juga ditemukan warga di desa Sugihwaras kecamatan Muara Sugihan. Kondisinya sama, saat ini sudah ditimbun dalam tanah kembali. Kemudian lahannya dipergunakan untuk penggarapan sawah oleh warga setempat.
Di beberapa titik penemuan benda-benda bersejarah tersebut, tidak ada satu pun lahan yang tidak dimanfaatkan warga atau pemiliknya. Mereka mengolah lahan itu untuk bercocok tanam, meskipun mereka tahu lahan yang mereka kelola terdapat situs sejarah.
Kawasan Transmigrasi Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin menyimpan bukti sejarah aktivitas peradaban manusia pada masa lampau. Beragam temuan tertanam di dalam tanah menunjukkan adanya aktivitas manusia di sepanjang sungai alam yang saat ini telah terpendam dan menjadi bangunan rumah serta kebun masyarakat.
Satu di antaranya temuan perahu kayu yang terbalik di areal persawahan Desa Margomulyo Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin pada tahun 2010, yang telah menyibak sebuah sejarah aktivitas masyarakat. Perkembangan budaya masyarakat yang ditandai dengan penggunaan beragam gerabah serta pembuatan perahu oleh masyarakat kala itu.
Penemuan benda benda sejarah yang sempat diteliti tersebut, rupanya mengundang orang yang mengaku sebagai pemburu harta karun berdatangan. Mereka mencoba peruntungan mencari bendapeninggalan sejarah bernilai tinggi di antara sisa peradaban masa lampau yang kini terpendam.
"Baru tahun ini sedikit sepi. Perburuan benda sejarah di sepanjang jalur sungai alam yang diperkirakan alur ditemukannya bangkai perahu sepanjang 11 meter tersebut," ungkap Subari (36), anak Lasmijan pemilik lahan persawahan ditemukan bangkai perahu kayu tersebut.
Ia mengungkapkan, beberapa kali sejumlah orang berdatangan untuk meminta izin melakukan pencarian benda bersejarah di lokasi tersebut. Mulai menggunakan jasa paranormal hingga menggunakan mesin untuk mencari keberadaan harta karun tersebut.