Alokasi Pupuk Bersubsidi PT Pusri Dipangkas 15 Persen Mulai Tahun 2019

PT Pusri Palembang mulai tahun 2019 memangkas alokasi pupuk bersubsidi yang selama ini disalurkan ke masyarakat sebesar 15 persen

Tribun Sumsel/ Arif Basuki Rohekan
PT Pusri Palembang mulai tahun 2019 memangkas alokasi pupuk bersubsidi yang selama ini disalurkan ke masyarakat. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-PT Pusri Palembang mulai tahun 2019 memangkas alokasi pupuk bersubsidi yang selama ini disalurkan ke masyarakat.

Jumlah pupuk bersubsidi yang disalurkan selama ini sekitar 50 persen dari produksi pupuk urea PT Pusri.

"Tantangan ke depan, akan ada pengurangan ketersediaan pupuk Public Service Obligation (PSO) atau bersubsidi, dari total yang dialokasikan pemerintah dari sekitar 9,5 juta ton menjadi 8,5 juta ton."

"Jelas ini berpengaruh juga pada alokasi dari PT Pusri, dengan pengurangannya sekitar 10-15 persen," kata Direktur utama PT Pusri Palembang, Mulyono Prawiro disela-sela pengantongan akhir 2018 dan perdana 2019, Senin (24/12/2018) malam.

Menurut Mulyono, meskipun ada pemangkasan jumlah pupuk subsidi bagi petani, namun hal itu dirasa tidak akan terlalu berpengaruh signifikan, sebab pupuk akan dilakukan penjualan secara komersil.

Cara Pesan Pupuk Online Praktis dan Mudah Klik e-PAS dari PT Pusri, Bisa Juga Konsultasi Berkebun

Ipit Pitharsi Meninggal Kecelakaan di Tol Johor, Sosok Pegawai Panutan, Konsisten, dan Rajin

"Ini jadi kerja keras kawan-kawan lagi, sebab produksi pada tahun 2019 sekitar 2,05 juta ton lagi, dan harus kita jual habis, tidak boleh menambah stok, karena akan menambah biaya."

"Alokasi subsidi berkurang, maka harus kita jual sisanya menjadi produksi komersil," ujarnya.

Diterangkan Mulyono, sepanjang tahun 2018 PT Pusri berhasil berhasil memproduksi pupuk, diatas target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

Dimana untuk produksi amoniak yang terealisasi sebanyak 1.531.570 ton atau 108 persen, dari RKAP yang ditetapkan 1.415.400 ton, dan Urea sebesar 2.175.200 ton atau 107 persen dari RKAP 2.027.500 ton, yang berasal dari pabrik Pusri IB, III, IIB dan IV.

"Sedangkan untuk pabrik NPK teralisasi 104.290 ton atau 104 persen, dari RKAP 100.000 ton. Jelas ini membanggakan dalam kondisi saat ini, bisa memproduksi over dari yang ditargetkan, dan juga pemasaran yang produknya sudah terjual habis," capnya.

Dijelaskan Mulyono, persaingan bisnis pupuk ke depan akan sangat ketat, dan menjadikan pihaknya untuk melakukan efisiensi khususnya pada bahan baku gas, yang harganya masih belum bersaing dengan kompetitor.

Fakta Mobil Palembang BG 1659 IO Korban Tsunami, Ini Duduk Perkaranya

Promo Hari Natal 2018, McDonalds Tawarkan Beli 1 Gratis 1 Paket Beef Prosperity Burger

Belum lagi pabrik tua yang boros penggunaan gas khususnya pabrik Pusri III dan IV, terus berbenah agar bisa bersaing terhadap serbuan pupuk asal China.

Pabrik pupuk China memiliki pabrik generasi baru dan teknologi efiensi serta bahan baku yang murah.

"Peta persaingan hampir sama tahun 2019 nanti, dimana China juga melakukan kegiatan efiensi di produksi mereka sehingga relatif sama."

"Teman- teman produksi harus bekerja lebih kuat dan berat menanggung beban ini, karena harus melakukan efisiensi. Sebab tanpa efisiensi kita kalah berkompetisi," bebernya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved