Berita Muratara
Ada 142 Kasus Anak Stunting, Dinkes Akui Orang Tua di Muratara Belum Paham Urus Gizi Bayi di Janin
Kebanyakan orang tua di Muratara belum paham betul cara mengurus gizi bayi, seharusnya dilakukan sejak dalam kandungan hingga dilahirkan
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Farlin Addian
TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Musirawas Utara (Muratara), mendata sejak Januari hingga sekarang ada 142 anak yang terkena kasus stunting (kurang gizi berdampak gangguan pertumbuhan).
Dampak penyakit stunting di Muratara, banyak pertumbuhan fisik anak tak sesuai atau terhambat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muratara, dr Mahendra mengatakan, pemerintah berupaya menurunkan angka stunting yang berkembang di masyarakat.
Baca: Melintas di Jalan Lematang Indah Pagaralam Diimbau Hati-hati, Polisi Beberkan Ciri-ciri Pelaku Begal
Menurutnya, kebanyakan orang tua di Muratara belum paham betul cara mengurus gizi bayi, seharusnya dilakukan sejak dalam kandungan hingga dilahirkan.
Solusinya, lanjut dr Mahendra untuk meningkatkan pengetahuan bagi orangtua Dinkes Muratara akan menyediakan kelas cara mengurus anak mulai dari pengenalan gizinya.
Baca: Kumpulan Lagu Guru Lengkap dengan Lirik dan Video, Cocok untuk Hari Guru 25 November
"Dari situ kita juga bisa mengenalkan kepada ibu-ibu terhadap pengaruh kurang gizi dan berbagai dampak dari penyakit anak jika tidak dirawat dengan baik," katanya, Kamis (22/11/2018).
Untuk itu, perbaiki gizi dari ibu hamil hingga melahirkan supaya mencegah penyakit stunting yang mengakibatkan anak-anak lebih pendek.
Baca: Peserta CPNS 2018 Tak Lolos Passing Grade Berpeluang Isi Formasi Kosong, Begini Hitung-hitungannya
Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan bayi.
Stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa.
Kata Mahendra, stunting itu, sebenarnya definisi tinggi badan tidak sesuai umur, hal itu merupakan faktor gangguan pertumbuhan yakni kurang gizi, penyakit dan faktor keturunan.
Baca: Begal Beraksi di Jakabaring, Lusiana Pasrah Serahkan Sepeda Motor dan Uang Belanjaan Rp 1 Juta
"Untuk gizi sendiri jika rutin diberikan kepada anak bayi dari sejak dalam kandungan hingga dilahirkan maka tumbuh kembang anak sesuai usianya," kata dr Mahendra.
Namun, jika asupan gizi yang diberikan kepada bayi hanya sedikit maka akan berpengaruh pada perkembangannya.
Akibat kurangnya gizi yang diberikan kepada bayi, berdampak menimbulkan penyakit dan pengaruh lain terhadap pertumbuhan anak.
"Kalau faktor keturunan merupakan penyebab terakhir karena banyak orangtua yang pendek tapi anaknya tinggi begitupun sebaliknya, jadi permasalahannya kembali ke cara mengurus anak sejak bayi dengan benar," bebernya.
Stunting juga dikaitkan dengan faktor lingkungan karena untuk di desa cenderung membiarkan anak bermain diluar rumah tanpa diawasi.
"Anak yang bermain dilingkungan yang bebas bisa berdampak penyakit datang hingga berpengaruh pula kepada gizi anak dan gangguan kecerdasannya," ungkapnya.