Waspada ! Wilayah Bandung Berpotensi Terguncang Gempa Pasca Sesar Lembang Aktif Kembali
Guncangan gempa berkekuatan 7 SK di Lombok berdampak besar, meski gempa tersebut terjadi
TRIBUNSUMSEL.COM -- Guncangan gempa berkekuatan 7 SK di Lombok berdampak besar, meski gempa tersebut terjadi di 18 kilometer barat laut.
Gempa berkedalaman 15 kilometer itu merusak sejumlah bangunan dan menewaskan 105 orang.
Aktivitas ini dibangkitkan oleh deformasi bantuan dengan mekanisme penggerak naik.
Katanya, di daerah Flores hingga Lombok terdapat patahan atau sesar yang memanjang.
Berkaca dari bencana gempa yang terjadi di Lombok, warga yang bermukim di Bandung, mulai dari Lembang hingga sejumlah daerah di Kota Bandung, harus waspada.
Warga harus mengenal wilayahnya dan cara menyelamatkan diri ketika terjadi gempa bumi.
Sebab, kawasan padat penduduk di uatara Kota Bandung itu ternyata berada di jalur sesar Lembang.
Hasil liputan Tribun Jabar pada Agustus 2017 lalu, menjelaskan, sesar ini diprediksi akan menghasilkan gempa berkekuatan 6,8 skala Richter jika bergerak dalam waktu yang tiba-tiba.
Dengan guncangan sebesar itu, kawasan tempat Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, dan keluarganya tinggal ini bisa luluh lantak seperti ketika gempa mengguncang Bantul, Yogyakarta (2006), atau di Pidie Jaya, Aceh (2016).
Ancaman ini makin nyata karena terbukti bahwa sesar ini dalam keadaan aktif.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sepanjang 2016 sampai Maret 2017 setidaknya terdapat 31 gempa yang terjadi di Jabar dan sebagian di antaranya dapat dirasakan dari Lembang.
Dua dari ke-31 gempa itu bahkan berpusat di barat daya Lembang dan Kota Bandung.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), Sri Hidayati, mengatakan, dari penelitian timnya bersama Geoteknologi LIPI sejak 2015 diketahui keaktifan pergeseran sesar Lembang, yang membentang sepanjang 29 kilometer dari Padalarang di Kabupaten Bandung Barat (KBB) hingga Gunung Manglayang di Kabupaten Bandung ini mencapai antara 3 milimeter hingga 5,5 milimeter per tahun.
Dari penelitian itu juga diketahui bahwa potensi terjadinya gempa bumi tidak hanya disebabkan pergerakan sesar Lembangnya, tapi juga dari penujaman lempengan (subduksi) di wilayah selatan, akibat adanya gerakan antara lempengan tektonik Indoaustralia ke arah lempengan tektonik Euroasia.
Dengan kondisi itu dan merujuk pada topografi rawan bencana yang dibuat PVMBG, efek guncangan gempa bumi akan dua kali lebih kuat.