Pilpres 2019
Jelang Pilpres di Kubu Prabowo dan Jokowi, Istilah Emak-emak dan Ibu Bangsa Jadi Unsur Politis
Istilah emak-emak atau ibu bangsa menjadi cara Joko Widodo dan Prabowo Subianto memikat pemilih perempuan
TRIBUNSUMSEL.COM - Istilah 'emak-emak' atau 'ibu bangsa' menjadi cara Joko Widodo dan Prabowo Subianto memikat pemilih perempuan menjelang pemilihan presiden pada 2019 mendatang. Apakah itu akan efektif?
Pilih 'emak-emak' atau 'ibu bangsa'? Menurut warganet, memilih salah satu istilah itu artinya berkubu pada salah satu calon presiden.
Baca: Terinspirasi Lagu Kolam Susu Milik Koes Plus, Farhat Abbas Tercetus Surga Neraka, Ini Maksudnya
Keriuhan ini dimulai dari munculnya istilah 'emak-emak' yang diidentikkan dengan pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno.
Baca: Daftar Lengkap Rincian Formasi CPNS 2018 Kabupaten Banyuasin: Download PDF di Sini
Baca: Jadwal Siaran Langsung dan Live Streaming China Open 2018, Perjuangan Pebulutangkis Indonesia
Adapun tagar yang terkait dengan istilah 'emak-emak' adalah #2019gantipresiden dan #2019prabowosandi.
Sandiaga Uno memang kerap kali menggunakan istilah 'emak-emak' tersebut dalam Twitternya.
Ada pula akun yang mengaku sebagai Partai Emak-emak pendukung Prabowo dan Sandiaga Uno.
Sementara itu, Kongres Wanita Indonesia yang diketuai Giwo Rubianto Wiyogo menolak sebutan emak-emak pada pembukaan Kongres Wanita Indonesia di Yogyakarta, 14 September 2018.
"Kami tidak mau kalau kita perempuan-perempuan Indonesia yang sudah punya konsep ibu bangsa sejak tahun 1935 sebelum kemerdekaan, dibilang emak-emak. Kami tidak setuju. Tidak ada thepower of emak-emak, yang ada, the power of ibu bangsa," kata Giwo Rubianto, dalam video yang dipublikasikan oleh Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
Acara tersebut dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Presiden pun kemudian menuliskan di Twitternya. "Jadilah Ibu Bangsa, wahai perempuan Indonesia".
Pernyataan Giwo ini mendapat tanggapan riuh dari media sosial. Kata 'ibu bangsa' kemudian diidentikkan dengan kubu Joko Widodo.
Hurriyah, Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia, menilai bahwa polemik soal 'emak-emak' dan 'ibu bangsa' ini adalah upaya kedua calon presiden untuk menarik pemilih perempuan.
Dari 197 juta jumlah pemilih sementara, setengahnya adalah perempuan sehingga pemilih perempuan jadi ceruk yang sangat menarik untuk digarap oleh kedua kandidat.
Menurut Hurriyah, pemilih perempuan menjadi incaran karena beberapa kelebihan dibanding para pemilih laki-laki.
Karakter pemilih perempuan dinilai lebih loyal dan punya peran strategis untuk berkampanye.
"Tanpa disuruh pun mereka kampanye, dengan gaya sederhana, gaya ibu-ibu, sesuai dengan masalah yang dihadapi sehari-hari. Mereka bisa bicara politik dalam arisan, kelompok pengajian dan lain-lain," kata Hurriyah ketika dihubungi oleh BBC News Indonesia melalui telepon.