Pilpres 2019

Jelang Pilpres di Kubu Prabowo dan Jokowi, Istilah Emak-emak dan Ibu Bangsa Jadi Unsur Politis

Istilah emak-emak atau ibu bangsa menjadi cara Joko Widodo dan Prabowo Subianto memikat pemilih perempuan

Tribunbatam.id
Jokowi dan Prabowo 

Menurutnya, saat Sandiaga Uno pertama mencalonkan diri sebagai cawapres, pria tersebut melihat potensi pemilih perempuan dan berusaha mengambil pilihan kata 'emak-emak' agar lebih dekat ke publik pemilih.

"Istilah ini diambil dari yang sedang trendy di sosial media karena belakangan kita sering mendengar istilah "the power of emak-emak", istilah yang mudah didengar dan dicerna oleh netizen," kata Hurriyah.

Apalagi saat ini ada beberapa isu yang mudah dikaitkan dengan perempuan, seperti misalnya kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.

"Jika Prabowo dan Sandiaga Uno ingin menggaet pemilih perempuan dengan sebutan 'emak-emak', kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin ingin merebut pangsa pasar yang sama, tapi harus menemukan istilah yang berbeda," kata Hurriyah.

"Saya tidak melihat istilah ini sebagai sebutan yang bernada mengecilkan perempuan dan yang satu meninggikan, tidak. Ini memang pemilih perempuan suaranya besar dan masing-masing kubu berlomba-lomba menarik perhatian mereka," kata dia.

Seberapa efektif upaya ini?

Hurriyah menilai bahwa pada 2019 nanti, pertarungan kedua calon akan sangat ketat. Kedua calon akan berusaha dengan serius menarik beberapa kelompok pemilih. Terutama, pemilih perempuan dan pemilih pemula.

Kedua kubu dinilainya akan berusaha membentuk kelompok pemilih yang identik mewakili masing-masing kelompok. Tapi apakah cara ini akan efektif?

"Kalau hanya berhenti sampai soal emak-emak, ini kelompok ibu bangsa, tanpa secara serius merespons isu-isu perempuan atau menjawab aspirasi kelompok perempuan, saya kira tidak akan terlalu efektif," kata dia.

Hingga saat ini, menurutnya kedua kubu belum secara nyata mendengarkan aspirasi para perempuan dan merespons persoalan nyata yang dialami oleh para 'emak-emak' atau 'ibu bangsa'.

Seharusnya, kedua calon sudah harus bicara program nyata. Kubu oposisi bisa memberi kritik pada pada program-program pemerintah yang sudah berjalan dan tawaran solusi.

"Saat ini sudah ada kritik, tapi belum ada alternatif tawaran yang bisa diusung," kata dia.

Sementara itu, petahana pun dinilainya belum punya cara menjawab kelemahan-kelemahan yang disebut dalam kritik.

"Kritik terhadap isu ekonomi dan kesehatan belum direspon secara baik, misalnya dengan tawaran program untuk menangani persoalan riil yang terjadi," kata Hurriyah.

Menurutnya, selama ini pemilih tidak diberi alternatif dan wacana yang lebih mendidik dan bermanfaat.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved