Kisah Gugurnya Briptu Anumerta Wahyu, Keluarga Syok Hingga Tak Boleh Membuka Kain Kafan jenazah!

Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas menjadi salah satu dari 5 korban meninggal dunia akibat kerusuhan di ruta

TRIBUNSUMSEL.COM -- Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas menjadi salah satu dari 5 korban meninggal dunia akibat kerusuhan di rutan Salemba cabang Brimob atau lebih dikenal dengan rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Selasa (8/5/2018) malam hingga Rabu (9/5/2018) dini hari.

Kejadian ini bermula karena cekcok antara tahanan dan petugas dari personel Brimob Polri yang membuat polii mensterilkan lingkungan di sekitar Mako Brimob.

Jenazah para korban kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depokdiserahkan kepada keluarga masing-masing pada Rabu (9/5/2018).

Tiga jenazah dibawa ke kampung halamannya, salah satunya Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas yang dibawa ke Kebumen.

Jenazah almarhum tiba di rumah duka Desa Kamulyan, Kecamatan Kwarasan, Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (10/5/2018) dini hari sekitar pukul 02.50 wib.

Saat mobil jenazah Rumah Sakit Polri dengan pengawalan dari pihak kepolisian sampai, isak tangis dari sanak saudara dan tetangga yang sudah menanti sejak sehari sebelumnya mengiringi kedatangan jenazah.

Peti jenazah Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas dibungkus bendera merah putih.

Salah satu yang tampak dalam kesedihan itu adalah ibunda korban, Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas, Surati (53).

Surati sangat terpukul dengan kematian putra bungsunya itu.

Dirinya nampak belum percaya jika sang buah hati telah pergi untuk selama-lamanya.

Ia mengungkapkan kesedihannya dan pengalaman terakhir bersama almarhum anaknya.

"Terakhir Whatsapp saya tanggal 5 April, ngucapin selamat ulang tahun. Dia cerita kalau seneng ditempatkan di Mabes Polri," katanya.

Sementara itu ayah korban Serma (purn) Pudjiono (60) mengungkapkan, selama hayatnya, wahyu merupakan sosok yang pendiam.

Namun dibalik itu, lanjut Pudjiono, putranya termasuk orang yang cakap dan berprestasi.

"Waktu pendidikan (SPN Purwokerto), Wahyu selalu dapat ranking," ujarnya yang dikutip dari Kompas.com.

Meski demikian, Wahyu yang terakhir pulang ke rumah pada Maret lalu tersebut tidak pernah sekalipun bicara akan bergabung dengan Densus 88.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved