Mobil Masuk Got, Aksi Pembunuhan Paranormal Terungkap Antara Cemburu dan Hutang Piutang
Maesa menyebut, pelaku Dewi dan Wisnu, adalah otak pembunuhan berencana tersebut.
TRIBUNSUMSEL.COM, TEMANGGUNG - Kepolisian Resor (Polres)Temanggung, Jawa Tengah, menangkap tujuh orang yang diduga sebagai pelaku pembunuhan terhadap Sugeng Raharjo (35), warga Klidang Lor, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (13/9/2017) dini hari.
Ketujuh orang itu adalah Dewi, perempuan asal Klidang, Kabupaten Batang.
Kemudian Wisnu, Aris, Didit, Kuncoro, Sunarto, Fajar dan Didit, semuanya pria asal Boja, Kabupaten Kendal.
Kepala Polres Temanggung AKBP Maesa Soegriwa menjelaskan, semua pelaku ditangkap setelah melalui serangkaian penyelidikan, olah tempat kejadian perkara (TKP), dan keterangan para saksi.
"Mereka diciduk di dua lokasi berbeda, yakni di Klidang, Kabupaten Batang dan Boja, Kabupaten Kendal," kata Maesa dalam gelar perkara di markas Polres setempat, Rabu siang.
Untuk diketahui korban ditemukan tidak bernyawa di perkembunan karet PT Perkebunan Nusantara IX, Desa Selosabran, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung.
Korban dikenal sebagai paranormal yang konon bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Maesa menyebut, pelaku Dewi dan Wisnu, adalah otak pembunuhan berencana tersebut.
Dewi ingin membunuh korban lantaran persoalan utang-piutang.

Sebelum membunuh, Dewi mengaku sempat berobat kepada korban dengan membayar biaya sebesar Rp 150 juta.
"Tapi karena tak kunjung sembuh, Dewi mau minta uangnya kembali. Namun korban tidak mau melunasi. Sementara Wisnu berniat membunuh korban karena cemburu dengan korban yang dekat dengan Dewi," jelasnya.
Dua pelaku itu kemudian diduga bersekongkol dan mengajak lima teman-temannya untuk mengeksekusi korban.
Para pelaku membawa korban ke tengah perkebunan karet lalu memukulnya sampai meninggal dunia.
Untuk membunuh korban, Dewi rela menjual beberapa barang-barang miliknya dan kemudian diberikan kepada para pelaku lainnya.
“Kelima pelaku lainnya ini mendapat bagian uang dari Dewi bervariasi antara Rp 600.000 sampai Rp 1 juta, besarannya upah tergantung perannya masing-masing,” katanya.
Usai membunuh, para pelaku yang menggunakan mobil melarikan diri melewati wilayah Singorojo.
Namun, mobil yang ditumpangi tersebut masuk ke got karena sedang dilakukan perbaikan jalan.
Lalu pelaku meminta bantuan warga. Warga ada yang curiga karena ada bercak darah yang menempel di mobil.
"Kami tangkap seminggu setelah jenazah korban ditemukan warga. Kami juga temukan sejumlah kancing baju milik korban yang lepas dan tertinggal di sebuah rumah makan di daerah Kendal," ucapnya.
Untuk diketahui, korban Sugeng ditemukan tewas di perkebunan karet milik PT Perkebunan usantara IX Bojongrejo di Dusun Sapen, Desa Selosabrang, Kecamatan Bejen, Sabtu (9/9/2017).
Saat ditemukan, ada bekas jeratan di leher korban dan juga tusukan benda tajam di bagian lehernya.
Selain itu, bagian kepala korban juga ditutupi dengan karung plastik.
Berita ini sebelumnya sudah diterbitkan di Kompas.com dengan judul Bayar Rp 150 Juta tetapi Penyakit Tak Kunjung Sembuh, Dewi Bunuh Paranormal
Tidak Manusiawi, Istri Hamil Sembilan Bulan Malah Dibunuh dengan Modus Dirampok
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tak terima selalu dimarahi sang istri dan mengetahui istrinya berselingkuh, membuat Hardiyanto (35) mengatur skenario untuk melakuan pembunuhan terhadap istrinya sendiri Ernawati (25).
Bersama tiga orang kerabatnya, Hardiyanto membuat skenario seolah-olah mereka menjadi korban perampokan saat akan menuju ke rumah orangtua Ernawati di Kecamatan Sumber Harta dengan mengendarai sepeda motor.
Ketika tiba di Jalan setapak kebun kelapa sawit Desa Lubuk Pandan Kecamatan Muara Lakitan Mura, mereka dihadang tiga orang tidak dikenal yang mengenakan topeng.
Saat itulah, Yanto berusaha melawan para pelaku yang tidak lain masih keluarganya tersebut.
"Mereka seolah-olah mau merampok dan sempat bertanya "kau Yanto bukan?". Karena takut ketahuan, jadi aku pura-pura melawan. Saat itulah, istri saya juga ikut membantu," ujarnya saat diamankan di Mapolda Sumsel, Selasa (28/2/2017).
Ketika sang istri mau membantu, salah seorang pelaku yang membawa senjata api rakitan langsung menembak kepala istri Hardiyanto.
Ernawati langsung meninggal ditempat kejadian karena terkena tembakan di bagian kepala.
Seolah-olah memang murni perampokan, pelaku lain mengambil tas sandang berisikan uang Rp 8 juta yang dibawa Ernawati.
Usai mendapatkan tas, mereka langsung kabur sedangkan Hardiyanto berpura-pura mengalami luka usai diperampok.
Dari kejadian tersebut, polisi melakukan penyelidikan dan meminta keterangan saksi-saksi termasuk Hardiyanto.
Polisi juga melakukan olah tempat kejadian dan saat melakukan penyelidikan ditemukan beberapa hal yang janggal.

Dari situlah, dilakukan penyelidikan dan kuat dugaan bila perampokan ini telah diatur.
Akhirnya polisi menyimpulkan bahwa otak perampokan yang disertai pembunuhan terhadap Ernawati tidak lain Hardiyanto yang merupakan suami dari Ernawati.
Dari pengakuan Hardiyanto, bila tiga pelaku yang melakukan perampokan adalah keluarganya yakni Ridho Ilahi (24), Dadang (dpo) dan Yani (dpo).
Polres Musi Rawas Dalami Motif Perampokan yang Menawaskan Ibu Hamil
Kapolres Musi Rawas (Mura) AKBP Hari Brata didampingi Kasatreskrim Mapolres Musa AKP Satria Dwi Darma, mengatakan tidak mau menduga-duga terkait motif dari aksi pembegalan yang menewaskan Ernawati (35).
Seorang ibu muda yang mengandung Janin berusia sembilan bulan dengan dua luka tembak di kepala, Sabtu (18/2) sekira pukul 15.30.
Ernawati menjadi korban pembegalan saat dia dan suaminya Yanto (40) hendak pulang ke rumah mereka di desa Lubuk Pandan, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas (Mura)
"Motif sesungguhnya dari aksi pembegalan itu belum bisa dipastikan sebelum salah satu diantara diduga tiga pelaku berhasil di tangkap. Sedangkan sekarang kita masih dalami, Karena bisa saja ada unsur dendam, unsur ada konflik pribadi, atau niat memang sengaja melakukan aksi pencurian dan kekerasan (Curas)," ungkapnya, saat dibincangi Tribunsumsel.Com, Senin (20/2/2017).
Hari juga menyebutkan alasan lain mereka belum bisa menentukan motif sesungguhnya, karena saat kejadian tidak ada saksi lain.
Hanya suami dari Ernawati yang melihat secara langsung peristiwa itu terjadi.
Sehingga untuk menyimpulkan apakah itu murni perampokan atau bukan adalah suaminya.
"Karena sampai saat ini suami korban belum bisa kita lakukan pemeriksaan. Karena dia masih trauma dan kita aparat kepolisian menghormati itu. Tapi kita sudah melakukan pemeriksaan kepada Jalil selaku Danru atau sekuriti di PT Lonsum. Karena dia, pasca peristiwa itu terjadi yang pertama dihubungi oleh Yanto ," ujarnya.