Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Sejarah Kelas 12 Halaman 103 Kurikulum Merdeka, Bab 2 Asesmen: Soal Esai

Kunci Jawaban Sejarah Kelas 12 Halaman 103 Kurikulum Merdeka, Bab 2 Asesmen: Soal Esai. Buku ditulis Martina Safitry dkk.

Penulis: Vanda Rosetiati | Editor: Vanda Rosetiati
TANGKAP LAYAR BUKU KEMENDIKDASMEN
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Kunci Jawaban Sejarah Kelas 12 Halaman 103 Kurikulum Merdeka. Buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII Edisi 1 ditulis penulis Martina Safitry dkk. (KemendikbudRistek 2022) 

TRIBUNSUMSEL.COM - Artikel berikut memuat Kunci Jawaban Sejarah Kelas 12 Halaman 103 Kurikulum Merdeka, Bab 2 Asesmen: Soal Esai.

Kunci jawaban untuk soal pada Buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII Edisi 1 ditulis tim penulis Martina Safitry, Indah Wahyu Puji Utami dan Aan Ratmanto diterbitkan Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2022. 

Halaman 103 dan 104 memuat 5 soal esai Asesmen Bab 2 Demokrasi Liberal Hingga Demokrasi  Terpimpin (1950-1966).

Selengkapnya soal dan kunci jawaban diolah dari buku panduan guru KemendikbudRistek. 

______________

Kunci Jawaban Sejarah Kelas 12 Halaman 103 Kurikulum Merdeka

ASESMEN

Soal Esai

1. Perhatikanlah sumber foto dan narasi berikut! (lihat buku paket, halaman 103)

Dengan mempertimbangkan foto dan kutipan di atas, analisislah posisi dan peran para aktivis dan organisasi Kowani dalam konstelasi pergerakan perempuan Asia Afrika di tengah Perang Dingin!

Kunci Jawaban:

Foto tersebut memperlihatkan delapan orang anggota atau aktivis Kowani yang menjadi delegasi Indonesia pada Kongres Perempuan Asia-Afrika 1958 di Colombo. Pada foto itu, mereka terlihat mengenakan kebaya, kain batik, atau kain tenun tas, sanggul, dan dandanan yang rapi. Para perempuan ini terlihat percaya diri dengan identitasnya sebagai perempuan Indonesia. Para
perempuan ini juga merupakan sebagian kecil dari perempuan Indonesia yang mengeyam pendidikan dan memiliki jaringan yang baik sehingga berkesempatan untuk mewakili Kowani dan Indonesia dalam konferensi yang penting di Asia dan Afrika.

Para perempuan ini termasuk perempuan yang progresif atau berpikiran maju pada zamannya. Kowani memainkan peranan penting dalam pergerakan perempuan di masa ini melalui keterlibatannya sebagai salah satu inisator Kongres Perempuan Asia-Asfrika pertama. Di tengah segala keterbatasan dan posisi perempuan saat itu yang masih dipandang sebelah
mata, para perempuan ini mendiskusikan masalah-masalah penting dan masih relevan di masa kini, di antaranya masalah kesehatan, pendidikan, wanita dan kewarganegaraan, perbudakaan dan perdagangan wanita dan anak, masalah perburuhan, dan kerjasama erat di antara wanita Asia dan
Afrika.

Penting untuk dicermati, dalam situasi Perang Dingin dan perebutan pengaruh di antara Blok Barat dan Blok Timur, posisi perempuan masih dianggap lebih rendah dari laki-laki. Melalui Kongres Perempuan Asia-Afrika, para perempuan ini menunjukkan bahwa perempuan Asia-Afrika memiliki
solidaritas tinggi dan memainkan peran penting dalam mendorong berbagai diskusi terkait dengan berbagai masalah terkait perempuan.

2. Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi perpecahan di antara dwitunggal Sukarno-Hatta karena perbedaan pandangan politik. Mengapa Hatta tidak sepakat dengan Sukarno mengenai Demokrasi Terpimpin?

Kunci Jawaban:

Hatta adalah tokoh pergerakan nasional Indonesia yang sangat giat memperjuangkan terwujudnya demokrasi rakyat di Indonesia. Bagi Hatta, kemerdekaan Indonesia berarti berakhirnya “daulat tuan” dan dimulainya "daulat rakyat" yang diwujudkan dalam parlemen yang demokratis.

Oleh karenanya, Hatta tidak sejalan dengan Demokrasi Terpimpin yang memusatkan kekuasaan di tangan Sukarno. Demokrasi Terpimpin memberikan kesempatan pada Sukarno untuk menjadi penguasa yang otoriter dan bertentangan dengan ide Hatta mengenai demokrasi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved