Berita Viral
Kisah Pilu Ibu Hamil di Jayapura Meninggal Bersama Bayinya usai Diduga Ditolak 4 Rumah Sakit
Seorang ibu hamil meninggal dunia bersama bayinya usai diduga ditolak 4 rumah sakit saat melahirkan di Jayapura.
Ringkasan Berita:
- Irene Sokoy meninggal bersama bayinya usai diduga ditolak 4 rumah sakit di Jayapura, Papua
- Pihak rumah sakit membantah telah melakukan penolakan ke Irene
- Gubernur Papua minta maaf hingga sebut kebodohan jajaran pemerintah
TRIBUNSUMSEL.COM – Kisah pilu Irene Sokoy, seorang ibu hamil di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Jayapura, Papua, meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya.
Ia meninggal usai diduga ditolak 4 rumah sakit saat hendak melahirkan.
Dari data yang dihimpun Kompas.com, Irene Sokoy meninggal pada Senin (17/11/2025) pukul 05.00 WIT setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan dari RSUD Yowari, RS Dian Harapan, RSUD Abepura hingga RS Bhayangkara tanpa mendapatkan penanganan memadai.
Kepala Kampung Hobong, Abraham Kabey yang juga mertua almarhum menceritakan Irene mulai merasakan kontraksi pada Minggu siang (16/11).
Keluarga membawanya menggunakan speedboat menuju RSUD Yowari.
Namun, kondisi Irene yang memburuk tidak segera ditangani karena dokter tidak ada di tempat.
Proses pembuatan surat rujukan pun sangat lambat.
“Pelayanan sangat lama. Hampir jam 12 malam surat belum dibuat,” ujar Abraham.
Keluarga kemudian membawa Irene ke RS Dian Harapan dan RSUD Abepura, namun kembali tidak mendapat layanan.
Perjalanan dilanjutkan ke RS Bhayangkara, tempat keluarga diminta membayar uang muka Rp 4 juta karena kamar BPJS penuh.
“Bukan pertolongan yang diberikan, tapi kami diminta bayar uang muka,” ungkap Abraham.
Baca juga: Sosok NS & JY Pasutri Aniaya Anak Angkat di Jayapura, Suami ASN, Istri Pendeta, Cekcok dengan Polisi
Klarifikasi Rumah Sakit
Wakil Direktur Rumah Sakit Dian Harapan, drg Aloysius Giyai, memberikan klarifikasi bahwa pihaknya tidak menolak pasien, termasuk Irene.
"Rumah Sakit Dian Harapan (RSDH) Jayapura tidak pernah menolak pasien, kami selalu layani masyarakat biarpun tidak punya BPJS, selalu kami bantu uruskan jaminan BPJS atau lainnya," katanya.
Direktur RSUD Yowari, Maryen Braweri, turut memberikan penjelasan terkait lambatnya penanganan yang dialami Irene.
Ia menyebut pasien datang pada Minggu (16/11/2025) sore dan awalnya direncanakan melahirkan secara normal.
“Pada saat pasien datang itu sudah pembukaan lima dan sampai 22.10 WIT baru pembukaan lengkap dan bayi sudah kelihatan. Namun karena kondisi jantung janin menurun, maka dokter menyarankan untuk operasi,” ujar Maryen.
Namun dokter kandungan di RSUD Yowari sedang berada di luar kota.
Akhirnya pasien dirujuk ke RS Dian Harapan.
“Untuk dokter kandungan di rumah sakit Yowari hanya ada satu orang, namun sedang ada kegiatan di luar kota, sehingga kami koordinasi dengan RS Dian Harapan untuk dirujuk ke sana,” ujarnya.
Pasien kemudian dibawa menggunakan ambulans didampingi dua perawat.
Namun di tengah perjalanan, rumah sakit rujukan mengabarkan bahwa ruang BPJS kelas III penuh dan dokter spesialis anestesi tidak tersedia.
"Makanya pasien dibawa ke RSUD Abepura dengan alasan lokasi terdekat,” kata Maryen.
Di RSUD Abepura, pasien kembali ditolak karena ruang operasi sedang direnovasi.
Selanjutnya, pasien dibawa ke RS Bhayangkara, tetapi ruang BPJS kelas III penuh dan hanya tersedia ruang VIP dengan uang muka Rp 4 juta.
"Di satu sisi keluarga tidak bawa uang, sehingga petugas kami minta untuk dilakukan tindakan, tetapi karena tidak terima akhirnya pasien dibawa menuju ke rumah sakit RSUD Jayapura,” jelasnya.
Dalam perjalanan, Irene mengalami kejang-kejang sehingga ambulans berusaha kembali ke RS Bhayangkara.
Namun sebelum tiba, Irene dinyatakan meninggal dunia.
Maryen menegaskan RSUD Yowari telah mengikuti prosedur.
“Kita sudah melaksanakan sesuai prosedur yang ada. Di sini memang hanya ada 1 dokter dan saat itu berada di luar kota, namun petugas kita terus berkoordinasi dengan dokter dalam menangani pasien hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit lain,” katanya.
Tuntutan Evaluasi Pelayanan
Kepala Distrik Sentani, Jack Judspn Puraro, menyampaikan rasa duka mendalam atas insiden ini.
Ia menegaskan perlunya perbaikan layanan kesehatan agar kasus serupa tidak terulang.
"Kami sangat berduka atas kejadian ini. Saya meminta kepada semua pihak terkait, terutama Dinas Kesehatan dan pihak rumah sakit, untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem rujukan dan pelayanan kesehatan yang ada," kata Jack.
Ia juga menekankan pentingnya pertanggungjawaban jika ditemukan kelalaian dalam penanganan pasien.
"Jika ada kelalaian atau kesalahan prosedur yang menyebabkan hilangnya nyawa, tentu harus ada pertanggungjawaban. Ini penting agar kejadian serupa tidak terulang lagi," ujarnya.
Gubernur Papua: Kebodohan Jajaran Pemerintah
Gubernur Papua Matius Derek Fakhiri menyampaikan permohonan maaf mendalam kepada keluarga Irene Sokoy, ibu hamil yang meninggal bersama bayi yang dikandungnya setelah ditolak empat rumah sakit di Kabupaten dan Kota Jayapura.
Ia menyebut tragedi tersebut sebagai bukti kebobrokan layanan kesehatan di Papua dan berjanji melakukan evaluasi total.
“Saya mohon maaf atas kebodohan jajaran pemerintah dari atas sampai bawah. Ini contoh kebobrokan pelayanan kesehatan di Papua,” kata Fakhiri usai mendatangi rumah keluarga Irene di Kampung Hobong, Distrik Sentani, dikutip dari rilis yang diterima, Sabtu (22/11/2025).
Ia mengakui banyak fasilitas kesehatan di Papua tidak dikelola dengan baik, termasuk peralatan medis yang rusak.
Karena itu, ia memastikan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap rumah sakit, termasuk mengganti para direktur RS yang berada di bawah pemerintah provinsi.
“Saya mengaku banyak peralatan medis rusak karena tidak dikelola dengan baik,” ujarnya.
Fakhiri menyebut dirinya telah meminta bantuan langsung kepada Menteri Kesehatan untuk memperbaiki layanan rumah sakit di Papua.
“Saya pastikan akan membenahi semua ini,” tegas mantan Kapolda Papua tersebut.
Ia juga menegaskan komitmennya menyatukan seluruh direktur rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, untuk mengutamakan keselamatan pasien di atas semua prosedur administrasi.
“Layani dulu pasien, baru urus yang lain. Tidak ada alasan,” katanya.
Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judul Diduga Ditolak Empat Rumah Sakit, Ibu Hamil di Jayapura Tewas Bersama Bayinya dan Ibu dan Bayinya Meninggal Ditolak 4 RS, Gubernur Papua: Mohon Maaf atas Kebodohan Pemerintah
Baca berita lainnya di Google News
Bergabung dan baca berita menarik lainnya di saluran WhatsApp Tribunsumsel.com
| Batal Bertemu Suami yang Ceraikannya Jelang Dilantik PPPK Aceh Singkil, Safitri Kini Mantap Cerai |
|
|---|
| VIDEO Detik-detik Pesawat BRO Skydive Jatuh di Persawahan Karawang, 5 Orang Selamat |
|
|---|
| Melda Safitri Diminta Rujuk dengan Suami Usai Mediasi di BKPSDM Aceh Singkil ? Publik : Jangan Mau |
|
|---|
| Motif Eks Sopir Bakar Rumah Hakim Khamozaro Waruwu di Medan, Curi Emas Rp480 Juta |
|
|---|
| Curhatan Faisal Tanjung Disalahkan Gegara Laporkan Guru SMAN 1 Luwu Utara, Hukum Dicabik-cabik |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sumsel/foto/bank/originals/ibu-dan-bayi-meninggal-dunia-usai-diduga-ditolak-4-rumah-sakit-di-jayaoura.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.