Berita Viral

Sosok KH Abdul Karim, Pendiri Ponpes Lirboyo Kediri yang Disorot usai Ramai Seruan Boikot Trans 7

K.H. Abdul Karim pemilik Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, jadi sorotan setelah di tengah aksi boikot stasiun televisi, Trans7.

|
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM
PEMILIK PONPES LIRBOYO- Gerbang gapura masuk Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur. K.H. Abdul Karim pemilik Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, jadi sorotan setelah di tengah aksi boikot stasiun televisi, Trans7. 

Ringkasan Berita:
  • K.H. Abdul Karim pemilik Pondok Pesantren Lirboyo Kediri,
  • Trans7 menayangkan video cucunya, Kiai Anwar Manshur dengan narasi menyinggung pondok Pesantren Lirboyo
  • Pada 1910, KH. Abdul karim bersama istri tercintanya hijrah dan mendirikan Pondok Pesantren Lirboyo

TRIBUNSUMSEL.COM -  K.H. Abdul Karim pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, jadi sorotan di tengah warganet heboh lakukan aksi boikot stasiun televisi, Trans7.

Tagar #BoikotTrans7 trending nomor satu di media sosial X (Twitter) dengan 7,084 cuitan.

Dalam video yang ditayangkan Trans7memperlihatkan video menyoroti kekayaan cucunya, Kiai Anwar Manshur Lirboyo yang dituntun saat keluar dari mobil mewahnya.

Sejumlah alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri mengecam soal viral tayang Trans7 yang diduga merendahkan martabat kiai dan pesantren.

Baca juga: Duduk Perkara Ramainya Aksi Boikot Trans 7 Berujung Minta Maaf, Tayangan Santri dan Kiai Disorot

Sosok  K.H. Abdul Karim

KH. Abdul Karim atau sering disapa Mbah Manab (1856 - 1954) adalah ulama pendiri Pondok Pesantren Lirboyo yang berlokasi di Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.

Beliau dilahirkan sekitar tahun 1856 di Dukuh Banar, Desa Diyangan, Kawedanan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, sebagai anak ketiga dari pasangan Abdur Rahim dan Salamah.

Selain berprofesi sebagai petani, ayah Kiai Manab juga seorang pedagang.

Sepeninggal ayahnya Abdur Rahim, Kiai Manab memutuskan untuk merantau demi menuntut ilmu, mengikuti jejak kedua kakaknya yakni Aliman dan Mu’min.

Pesantren yang pertama kali dia singgahi terletak di desa Babadan, Gurah, Kediri.

Kemudian dia meneruskan pengembaraannya ke daerah Cepoko, Nganjuk, di sini kurang lebih selama 6 Tahun. 

Setelah dirasa cukup, dia meneruskan ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, di sinilah dia memperdalam kajian ilmu Al Quran.

Lalu dia melanjutkan pengembaraan ke Pesantren Sono, Sidoarjo, sebuah pesantren yang terkenal dengan ilmu sharaf-nya. 

Selama tujuh tahun lamanya dia menuntut ilmu di pesantren itu, selanjutnya dia memperdalam lagi ilmunya di salah satu pesantren besar di Pulau Madura yang diasuh langsung oleh Syaikhona Kholil Bangkalan selama 23 tahun.

Pada tahun 1908, ia menikah dengan putri Kiai Sholeh, Banjarmlati, Kediri bernama Siti Khodijah alias Nyai Dhomroh. 

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved