Berita Nasional

Aset Disita, Ini Daftar Bos Pemilik Smelter Timah yang Terlibat Kasus Korupsi Rugikan Negara Rp300 T

Kejaksaan Agung (Kejagung) menyerahkan enam tempat pemurnian biji timah atau smelter ke PT Timah TBK milik para terdakwa da

Editor: Moch Krisna
Youtube Sekretariat Presiden
PENYERAHAN BARANG RAMPASAN- Penyerahan barang rampasan negara dari tambang ilegal yang melakukan pelanggaran hukum kepada PT Timah Tbk, disaksikan oleh Presiden Prabowo Subianto. 

 

Negara Rugi Rp 300 Triliun

Sebelumnya Presiden RI Prabowo Subianto mengunjungi Pangkalpinang, Bangka Belitung untuk meninjau aset sitaan Kejaksaan Agung RI terhadap korupsi timah. 

Penertiban tambang timah ini merupakan tindak lanjut dari penanganan kasus korupsi di PT Timah Tbk yang menyebabkan kerugian keuangan negara hingga Rp 300 triliun dan menguntungkan sejumlah pihak. 

Kasus tersebut melibatkan 22 terdakwa dan 5 korporasi.

Dalam peninjauannya, Prabowo mengklaim telah menyelamatkan kerugian negara senilai Rp7 triliun dari tambang timah ilegal.

Prabowo Subianto pun mengaku akan terus memburu kerugian tambang timah ilegal di Pulau Bangka Belitung tidak peduli siapapun beking di belakangnya. 

Hal itu diungkapkan Prabowo Subianto saat mengecek hasil rampasan Kejaksaan Agung RI atas korupsi PT Timah di Smelter Tinindo Internusa, Pangkalpinang, Bangka Belitung pada Senin (6/10/2025). 

"Ke depan berarti ratusan triliun itu bisa kita selamatkan untuk rakyat kita," kata Prabowo, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin.

Prabowo menyebut, enam smelter dan barang-barang yang disita ini mencapai Rp 7 triliun. 

Namun, masih banyak tanah jarang dari PT Timah yang berpotensi memiliki nilai tinggi. 

Oleh karenanya, ia optimistis kerugian Rp 300 triliun dari PT Timah bisa dikembalikan ke masyarakat Indonesia. 

"Tapi, tanah jarang yang belum diurai mungkin nilainya lebih besar. Sangat besar. Tanah jarang, Monasit ya. Monasit itu 1 ton nilainya bisa ratusan ribu dollar, bisa sampai 200.000 dollar Amerika Serikat, monasit. Padahal total ditemukan puluhan ribu ton mendekati 4.000 ton," ucap dia. 

 

(*)

 

 

 

Sumber: Kompas
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved