Berita Viral

Reaksi Keluarga Wahyu 'Hacker' Bjorka Ditangkap, Ngaku Tak Punya Uang ke Jakarta, Bantah Yatim Piatu

Pihak keluarga WFT (22) alias Wahyu pria yang disebut hacker Bjorka baru mengetahui sang anak ditangkap, kesal dan mengamuk tak dikabari langsung

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
Tangkapan layar Youtube Kompas TV
BJORKA - WFT alias Wahyu Malonggo (23) yang diduga sebagai Hacker Bjorka ditangkap oleh Direktorat Kriminal Umum khususnya Tim Resmob Subdit Jatanras Polda Sulut dan Tim Cyber Polda Metro Jaya (PMJ). Pihak keluarga WFT (22) alias Wahyu pria yang disebut hacker Bjorka baru mengetahui sang anak ditangkap, kesal dan mengamuk tak dikabari langsung 

TRIBUNSUMSEL.COM - Pihak keluarga WFT (22) alias Wahyu pria yang disebut hacker Bjorka baru mengetahui sang anak ditangkap.

Wahyu ditangkap setelah diduga pemilik akun X dengan nama @bjorkanesiaa atas kasus pembobolan 4,9 juta data nasabah salah satu bank swasta di Indonesia.

Penangkapannya berlangsung pada Selasa (23/9/2025) di rumah kekasihnya, MGM, di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Baca juga: Syoknya Pacar Wahyu Diduga Hacker Bjorka Ditangkap, Sempat Perkenalkan Diri sebagai Tukang Servis HP

Ditangkapnya Wahyu membuat keluarga kesal dan mengamuk.

Pasalnya, Bjorka Manado ini memiliki keluarga di Kampung Komo Dalam, Lingkungan 5 Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado.

Ada adiknya yang bernama Nesa Taha serta paman dan tantenya, Idris Taha, Risna Taha, dan Ririn Taha.

Mereka mengaku tak dikabari langsung oleh polisi ketika Wahyu ditangkap.

Keluarga hanya mendapat telepon dari keluarga sang kekasih.

Kemudian, Idris dan Nesa sempat ke Kakas pada Rabu (24/9/2025) dengan niat menjenguk Wahyu.

"Dia kan ditangkap (Selasa) malam, kemudian katanya sempat nginap di hotel di Kakas. Pas dicek tidak ada," jelas Idris ketika ditemui Tribunmanado,com, Jumat (3/10/2025).

Karena tak mendapati Wahyu di hotel tersebut, Idris dan Nesa pergi ke Polsek Kakas.

Namun, pihak polsek pun hanya meminta keluarga mengecek ke Polda Sulut.

Lantaran kesal, sang adik sempat mengamuk di Polsek Kakas.

"Dia sempat mengamuk karena ini adiknya sendiri, tapi tidak bisa bertemu," tambah Idris.

Baca juga: Wahyu "Bjorka" Ditangkap, Bjorkanism Muncul: Aku Masih Bebas, Seseorang yang Menghebohkan Tahun 2022

Keluarga Kesal Kekasihnya Bilang Wahyu Anak Yatim

Hingga saat ini, tak ada informasi yang benar-benar jelas diberikan kepada keluarga.

Mereka hanya diberikan kontak polisi Polda Metro Jaya untuk mengikuti perkembangan kasus.

"Itupun sudah saya hubungi tidak ada balasan apapun sampai sekarang. Sudah beberapa kali saya hubungi," aku Idris.

Terakhir, keluarga hanya diminta ke Jakarta untuk menengok langsung.

"Tapi kami tidak ada yang punya uang, kami hanya berjualan di sini. Cuma lihat dari televisi kabarnya," tambah Idris.

Selain itu, mereka juga tak punya keluarga maupun teman di Jakarta untuk memantau kondisi Wahyu.

Keluarga juga mengaku jengkel lantaran pihak kekasih Wahyu tak mengatakan ke polisi bahwa ia masih ada keluarga di Manado.

Saat penangkapan, mereka hanya bilang bahwa Wahyu sudah yatim piatu.

"Mereka cuma bilang sudah yatim piatu, padahal masih ada keluarga di sini. Otomatis mereka (polisi) langsung bawa ke Jakarta karena tahunya tidak punya siapa-siapa," kata Risna sambil menangis.

Baca juga: Ini Kata Polisi Soal Hacker Bjorka yang Ditangkap di Minahasa Asli atau Palsu

Dilansir Tribunmanado.co.id, WFT tinggal mengikuti sang kekasih.

Wahyu merupakan warga Kelurahan Lawangirung, Manado, Sulawesi Utara.

Wahyu menjalin kasih dengan seorang wanita yang tinggal di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa.

Saking seriusnya hubungan ini, Wahyu bahkan tinggal mengikuti sang kekasih.

"Ia memang sudah lama tidak tinggal di sini. Dia punya seorang kekasih di Totolan," ujar seorang tetangga di Kelurahan Lawangirung.

Wartawan Tribun Manado sempat menemui orang tua sang pacar di Totolan.

Sang kekasih masih syok saat mengetahui identitas asli Wahyu.

Orang tua tersebut mengatakan Wahyu selama ini menunjukkan sikap yang penuh cinta dan perhatian.

"Ia suka membantu kami. Kami tidak menyangka dia adalah Bjorka yang sedang diburu polisi," ujarnya.

Wahyu memperkenalkan dirinya hanya sebagai tukang servis ponsel.

Saking baiknya, keluarga kekasihnya bahkan berharap bisa bertemu lagi dengannya. 

Uang Hasil Kejahatan Digunakan untuk Bantu Orang

Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, menyebut bahwa uang hasil kejahatan Wahyu digunakan untuk membantu keluarga dekat.

"Dia menghidupi keluarganya," ujarnya.

Wahyu alias Bjorka akhirnya dibekuk oleh tim Resmob Polda Sulawesi Utara di Minahasa. Ia adalah hacker yang sempat mengguncang dunia maya Indonesia dengan meretas data nasabah senilai 4,9 juta dan meraup keuntungan hingga US$9.000.

Meskipun dikenal sebagai hacker berpenghasilan besar, Wahyu tinggal di rumah sederhana di Kelurahan Lawangirung. Rumahnya kecil, hanya sekitar empat meter lebarnya, dengan dinding biru kusam dan jendela kaca nako. Sebuah handuk tampak tergantung di salah satu sisinya.

Saat Tribun Manado mengunjungi rumah itu pada Jumat (3/10/2025), terlihat isi rumah yang padat—meja, kursi, lemari, dan peralatan rumah tangga bertumpuk di ruang sempit.

Benarkah Wahyu Bjorka yang Buat Heboh se-Indonesia Dulu?

Wakil Direktur Reserse Siber AKBP Fian Yunus menekankan bahwa WFT mengaku telah mengeksplor dark web sejak 2020. 

Meski mengaku menggunakan nama Bjorka sejak 2020, polisi masih menyelidiki apakah WFT adalah sosok yang benar-benar berada di balik deretan peretasan besar pada 2022–2023.

“Yang Opposite, ya mungkin. Karena di internet, everybody can be anybody. Itu masih dalam penyelidikan,” ujar Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak, dilansir dari Tribunnews.com, Kamis (2/10/2025).

Kemunculan hacker Bjorka sempat menghebohkan publik Indonesia pada periode 2022–2023.

Sebelumnya, Bjorka mengklaim dirinya memiliki data dari kebocoran data situs pemerintahan dan menjual data tersebut secara online dalan Breach Forum di situs tersebut.

Aksinya memicu perdebatan soal keamanan siber nasional, tata kelola data publik, hingga keseriusan pemerintah dalam melindungi informasi sensitif masyarakat.

Fian menjelaskan bahwa di dark web, sejumlah akun anonim menjual berbagai jenis data, termasuk data pribadi hasil peretasan dan serangan ransomware. 

Namun, aparat penegak hukum internasional, yakni Interpol, FBI, serta kepolisian Prancis dan Amerika Serikat menutup platform dark web yang digunakan WFT. 

“Sehingga si pelaku ini akan lompat dari satu aplikasi dark web ke aplikasi dark web yang lain. Tetapi perangkat bukti digital yang kita temukan itu masih tersimpan di dalam perangkat-perangkat tersebut dalam bentuk jejak digital,” ujar Fian.

“Nah untuk yang sekarang kita bisa melihat secara kasat mata, pelaku ini aktif di dark forum, namanya darkforum.st itu sejak Desember 2024 dengan nama Bjorka,” tambah Fian.

Pada bulan yang sama, WFT mengganti nama menjadi SkyWave. Selanjutnya, pada Maret 2025 ia kembali mengubah nama menjadi ShinyHunter, dan pada Agustus 2025 berganti lagi menjadi Opposite 6890.

“Jadi tujuan pelaku melakukan perubahan nama-perubahan nama ini adalah untuk menyamarkan dirinya dengan membuat menggunakan berbagai macam, tentunya email atau nomor telepon atau apa pun itu sehingga yang bersangkutan sangat susah untuk dilacak,” ungkap Fian.
 
Tidak Lulus SMK

Fian menegaskan, WFT bukan merupakan seorang ahli Information Technology (IT).

“Hanya orang yang tidak lulus SMK. Namun, sehari-hari secara otodidak dia selalu mempelajari IT,” ucap Fian.

Saat melancarkan aksinya, Herman memastikan bahwa WFT beraksi seorang diri di rumahnya tanpa bantuan orang lain.

“Ya, sehari-hari dia tidak ada pekerjaan, jadi memang setiap hari hanya di depan komputer. Dia sudah lama sekali dari 2020, dia sudah mulai mengenal dan mempelajari komunitas dark web, dark forum,” ungkap Herman.

“Dari situlah pelan-pelan dia mulai mempelajari bagaimana mencari uang di dunia dark web, di dunia komputer. Ya, itu saja,” tambah dia.

Fian tidak bisa memastikan, apakah WFT merupakan Bjorka yang memang sempat menghebohkan Indonesia atau tidak.

“Mungkin, jawabannya saya bisa jawab, mungkin. Apakah Bjorka 2020? Mungkin. Apakah dia Opposite 6890 yang dicari-cari? Mungkin,” kata Fian.

Fian menjelaskan, di dunia siber ada istilah everybody can be anybody. Oleh karena itu, polisi masih mendalami keterkaitannya.

“Kami perlu pendalaman lebih dalam lagi terkait dengan bukti-bukti yang kami temukan, baik itu data-datanya, jejak digitalnya, sehingga itu bisa kita formulasikan. Saya belum bisa menjawab 90 persen, tetapi kalau anda tanya sekarang, saya bisa jawab, mungkin,” ujar dia.

Awal Muncul 2022

Melansir Kompas.com, nama Bjorka pertama kali mencuat pada Agustus 2022.

Ia mengunggah 26 juta data pelanggan IndiHome ke forum Breached.to.

Data itu mencakup riwayat pencarian, nama pelanggan, alamat email, hingga NIK. Tak berhenti di situ, pada 31 Agustus 2022, Bjorka membagikan data registrasi kartu SIM milik jutaan pengguna Indonesia.

Seminggu kemudian, 6 September 2022, giliran data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diklaim diretas, berisi informasi pemilih mulai dari nama, NIK, alamat, hingga status disabilitas.

Aksi Makin Nekat: Doxing Pejabat Publik

Bjorka semakin menyita perhatian ketika membocorkan dokumen yang diklaim surat menyurat Presiden Joko Widodo, termasuk yang dilabeli “rahasia” dari Badan Intelijen Negara (BIN).

Ia juga melakukan doxing terhadap sejumlah pejabat negara, di antaranya Ketua DPR Puan Maharani, Menkominfo Johnny G Plate, Menteri BUMN Erick Thohir, hingga Menko Marves Luhut Pandjaitan.

Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan, bahkan sempat membantah kebenaran sebagian data pribadinya yang disebarkan.

“NIK-nya salah. Nomor HP-nya juga salah. Itu enggak tahu saya, (Bjorka) ngambil datanya dari mana. Kebanyakan salah itu data-datanya,” ujarnya (13/9/2022).

Aksi Bjorka membuat pemerintah turun tangan. Presiden Joko Widodo menggelar rapat khusus bersama Menko Polhukam Mahfud MD, Menkominfo Johnny G Plate, Kepala BSSN Hinsa Siburian, dan BIN.

Hasilnya, dibentuk tim khusus atau emergency response team untuk merespons serangan siber.

Mahfud MD kala itu menegaskan bahwa sebagian data yang dibocorkan bukan data rahasia, meski tetap mengakui adanya kebocoran.

"Sebenarnya bukan data yang sebetulnya rahasia, yang bisa diambil dari mana-mana cuma kebetulan sama,” kata Mahfud (12/9/2022).

Jejak Berlanjut hingga 2025

Meski aktivitasnya sempat mereda, nama Bjorka kembali mencuat setelah polisi menangkap WFT pada September 2025 di Sulawesi Utara.

Ia diduga terkait akses ilegal dan kebocoran data nasabah sebuah bank swasta.

Berdasarkan pengakuan pelaku, ia mengusai sejumlah data, termasuk data perbankan, data perusahaan kesehatan, serta data perusahaan swasta di Indonesia.

Pelaku mengklaim juga telah memperjualbelikan data tersebut melalui berbagai akun media sosial, yakni Facebook, TikTok, hingga Instagram dengan nama serupa.

“Dari hasil penjualan tersebut, pelaku menerima pembayaran melalui akun-akun kripto yang dimiliki oleh pelaku dan secara rutin pelaku ini juga selalu mengganti,” kata Kasubdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon dalam jumpa pers, Kamis (2/10/2025). 

Setelah enam bulan penyelidikan dan penyidikan, Subdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya akhirnya menangkap Bjorka alias WFT (22) di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa (23/9/2025).

Herman mengungkapkan, motif WFT mengunggah konten tersebut adalah untuk memeras bank swasta. 

Namun, aksi pemerasan itu belum sempat terjadi karena pihak bank melapor ke polisi sehingga pelaku berhasil ditangkap.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, WFT sudah aktif di media sosial dan mengaku sebagai Bjorka sejak 2020.

Pelaku juga memiliki akun di dark forum dengan nama Bjorka. Namun, pada 5 Februari 2025, akun dark forum milik WFT menjadi sorotan publik sehingga ia mengganti nama akun tersebut menjadi SkyWave.

“Kemudian setelah itu di bulan Februari juga pelaku meng-upload-nya melalui akun X yang bernama @bjorkanesiaa. Setelah itu dia akan mengirim pesan kepada bank yang dimaksud dengan niat untuk melakukan pemerasan,” tambah dia.

Pada Maret 2025, WFT melalui Telegram telah mengunggah ulang data yang dia peroleh. Hal ini memperkuat dugaan pelaku memiliki jaringan dan keterkaitan dengan forum-forum jual beli data secara ilegal.

Berdasarkan pengakuan pelaku, ia mengusai sejumlah data, termasuk data perbankan, data perusahaan kesehatan, serta data perusahaan swasta di Indonesia.

Pelaku mengklaim juga telah memperjualbelikan data tersebut melalui berbagai akun media sosial, yakni Facebook, TikTok, hingga Instagram dengan nama serupa.

“Dari hasil penjualan tersebut, pelaku menerima pembayaran melalui akun-akun kripto yang dimiliki oleh pelaku dan secara rutin pelaku ini juga selalu mengganti,” ungkap Herman.

“Jadi, setelah akun tersebut di-suspend, maka dia akan selalu mengganti dengan akun-akun yang baru dan menggunakan email yang baru,” tambahnya.

Data sejumlah perusahaan yang dikuasai WFT bernilai puluhan juta rupiah saat dijual di dark web. Nilai tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pelaku dan pembeli. 
 
(*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved